RSS

CERITA SEX DEWASA

Blog ini hanya boleh dibaca oleh orang dewasa!!
Tidak boleh dipraktekan, jika kamu masih dibawah umur.
Dilarang baca Blog ini di tempat umum, karena bisa bikin ngaceng!!!!!!!

Fitness Membawa Nikmat


Suatu hari cutiku di Bandung, aku menyempatkan diri untuk fitness,
menjaga kondisi tubuhku. Aku kerja di Jakarta, di sebuah event organizer
ternama. Hampir setiap dua hari sekali sehabis pulang kerja aku fitness
di sebuah hotel, dengan peralatan fitness yang lengkap. Maklum,
pekerjaanku membutuhkan vitalitas tinggi. Maka walaupun libur di
Bandung, atau tepatnya pulang ke kampung halaman, aku tidak pernah
melewatkan olahragaku yang satu ini. O ya, aku Aryo, biasa dipanggil
Ary. Usiaku 30 tahun, dan belum menikah. Tentunya hal ini merupakan
keuntunganku untuk bisa menikmati masa bujang lebih lama, having fun dan
get a life.

Sebenarnya tujuan fitnessku semula iseng, ingin melihat wanita-wanita
sexy berpakaian ketat (baju senam), tapi akhirnya terasa manfaatnya,
otot perutku rata, bisep dan trisepku terbentuk, hingga membuatku
percaya diri. Tapi tentunya kegiatanku ngeceng wanita berpakaian sexy
tidak pernah kulewatkan. Sambil menyelam minum air.. he he hee.
Ok, akhirnya kupilih sebuah hotel di bilangan Asia Afrika. Aku
membiasakan tidak langsung pulang ke rumahku. Satu hari cutiku,
kumanfaatkan untuk menikmati Bandung sendirian, daripada dengan
orang-orang rumah. Orang tuaku termasuk old fashion, yang penuh dengan
aturan ketat, walaupun ku sadar hal itulah yang dapat membuatku hidup
mandiri.
Hari itu masih sore sekitar pukul 16. 30. Setelah aku cek in dan
beristirahat sebentar, kumanfaatkan fasilitas fitness gratisku. Aku
mulai mengganti bajuku dengan celana pendek dan t-shirt tanpa lengan.
Ketika aku memasuki ruang fitness, aku melihat sekeliling, masih agak
kosong. Hanya ada beberapa pria di beberapa alat. Hmm, this is not my
lucky day, pikirku sambil berjalan menuju sepeda statis. Ku kayuh sepeda
itu sekitar lima menit dan beralih ke beberapa alat lainnya.
Sepuluh menit menjelang pukul lima sore, satu, dua wanita masuk.
Ok,
this isn’t my unlucky day after all. Aku makin semangat menarik beban.
Diikuti beberapa wanita lainnya, yang tentunya berpakain senam,
warna-warni, ada yang memakai celana panjang cutbray dan kaos ketat,
short pants dan atasan model sport bra, menambah indahnya pemandangan
tempat fitness tersebut. Beberapa di antara mereka ada yang duduk, ada
yang ngobrol, cekikikan, dan mencoba beberapa alat. Oh, mungkin mereka
mau ber-aerobic, pikirku.
Betul saja ketika seorang wanita berpakaian seperti mereka masuk dan
menotak-ngatik tape compo, dan terdengarlah suara musik house dengan
tempo cepat. Masing-masing mereka menyusun barisan dan mulai bergerak
mengikuti instruktur. Gerakan demi gerakan mereka ikuti. Masih pemanasan.
Tiba-tiba seorang wanita masuk, sangat cantik dibanding mereka, tinggi
165 kira-kira, rambut panjang diikat buntut kuda, memakai pakaian senam
bahan lycra mengkilat warna krem dengan model tank top dan g-string di
pantatnya. Bongkahan pantatnya tertutup lycra ketat warna krem lebih
muda, sehingga menyerupai warna kulit tangannya yang kuning langsat
hingga kaki yang tertutup kaos kaki dan sepatu. Woow, sangat seksi. Tak
sengaja kulihat bagian dadanya karena handuk yang menggantung di pundak
ditaruhnya dikursi dekat dengan alat yang kupakai. Tonjolan putingnya
terlihat jelas sekali, menghiasi tonjolan indah yang kira-kira 36 b
ukurannya. Sedikit melirik ke arahku lalu akhirnya mencari barisan yang
masih kosong dan mengikuti gerakan instruktur. Dadaku berdegup kencang
pada saat dia melirik walaupun hanya sedetik.
Gerakan demi gerakan instruktur diikutinya, mulai dari gerakan pemanasan
hingga gerakan cepat melompat-lompat sehingga bongkahan payudaranya
bergerak turun naik.
Batangku mulai membengkak seiring dengan lincahnya
gerakan si dia. Mataku terus tertuju pada si dia.
Posisiku kebetulan
sekali membentuk 45 derajat dari samping kirinya agak ke belakang. Hmm
betapa beruntungnya diriku. Hingga akhirnya dia melakukan gerakan
pendinginan. Keringat membasahi bajunya, tercetak jelas di punggung dan
dadanya, sehingga tonjolan puting itu terlihat jelas sekali, ketika dia
memutar badan ke kiri dan ke kanan.
Hingga akhirnya aku dibuat malu. Ketika aku memperhatikan dia, dia pun
memperhatikanku lewat pantulan kaca cermin yang berada di depannya
ketika aku mengalihkan pandangang ke kaca.
Dia tersenyum kepadaku lewat
pantulan cermin. Entah berapa lama dia memandangku sebelum aku sadar
dipandangi.
Aku langsung memalingkan muka dan beranjak dari alat yang
kupakai.
Aku segera berganti pakaian untuk berenang. Segera kuceburkan diri untuk
mendinginkan otak. Dua atau tiga balikan kucoba berganti gaya hingga
akhirnya balikan ke empat gaya punggung, kepalaku menabrak seseorang dan
terjatuh menyelam ke air. Sama-sama kami berbalik dan setelah berbalik
ku sadar yang ku tabrak adalah pantatnya si dia yang telah berganti
pakaian renang, potongan high cut di pinggul dengan warna floral biru
yang seksi. Kini tonjolan putingnya tersembunyi dibalik cup baju
renangnya, membuatku sedikit kecewa.
“Eh, maaf Mbak, nggak kelihatan, habis gaya punggung sih” kataku meminta
maaf.
“Nggak kok Mas, aku yang salah, nggak lihat jalur orang berenang”,
jawabnya sambil mengusap muka dan rambutnya ke belakang.
Si dia tersenyum kembali ke arahku, sambil lirikan matanya menyapu dari
muka hingga bagian pusarku.
“Kenalan dong, aku Aryo, biasa dipanggil Ary”, kataku sambil menyodorkan
tangan.
Dijabatnya tanganku sambil berkata”Linda, lengkapnya Melinda”, jawabnya.
Kami menepi ke bibir kolam, sambil mencelupkan diri se batas leher
masing-masing. Kami duduk bersampingan.
“Baru disini Mas?”, Linda mulai lagi membuka pembicaraan.
“Iya, tapi jangan panggil Mas, Ary aja cukup kok. Aku asli Bandung, tapi
memang baru kesini. Aku kerja di Jakarta. Kamu Lin?”, ku balik bertanya.
“Aku asli Bandung juga, kerja di bank B**, jadi CS. Deket sini kok,
seberangan. Aku biasa aerobic dan renang disini, duahari sekali, yang
ada jadwal aerobicnya saja”.
Pembicaraan kami berkembang dari hal kerjaan mengarah ke hal-hal yang
lebih pribadi. Linda baru putus dengan pacarnya, kira-kira dua minggu
yang lalu. Keluarga pacarnya tidak setuju dengan Linda dan pacarnya
dijodohkan dengan orang lain pilihan keluarganya. Agak sedih Linda
bercerita hingga..
“Lin, balapan yuk ke seberang, gaya bebas”, ajakku.
“Hayo, .. siapa takut?”, jawabnya.
Kami berdua berlomba sampai sebrang. Aku sedikit curang dengan mendorong
bahunya ke belakang sehingga Linda sedikit tertinggal. Pada saat aku
duluan di seberang..
“Ari, kamu curang, kamu curang”, rengeknya sambil memukul-mukul tanganku.
Aku tertawa-tawa dan bergerak mundur menjauhi Linda. Dia mengejarku,
sampai akhirnya”Byurr, .”., aku terjatuh kebelakang. Kakiku menyenggol
kakiknya hingga diapun terjatuh dan kami berdua tidak sengaja
berpelukan. Dadanya yang empuk menyentuh dadaku, membuat batangku
kembali membengkak. Ketika sama-sama berdiri, kami masih berpelukan
walau agak renggang.
Kami saling pandang, kemudian Linda memelukku kembali. Kesempatan ini
tidak ku sia-siakan dengan balas memeluknya. Udara Bandung yang dingin
pada sore yang beranjak malam tersebut, menambah kuatnya pelukan kami.
Batangku yang sedari tadi mengeras menyentuh perut bagian bawahnya
Linda, atau tepatnya diatas kemaluan Linda sedikit. Pantat Linda
bergerak mendorong, hingga batangku geli terjepit antara perut Linda dan
perutku. Berulang-ulang Linda melakukan itu, sehingga darahku berdesir.
“Emhh.”., Linda bergumam.
Sadar aku berada di tempat umum, walaupun kolam renang agak sepi, hanya
ada tiga orang selain kami, membuatku agak sedikit melepaskan pelukan
walau sayang untuk dilakukan.
“Lin, mending kita sauna yuk!”, ajakku menetralkan suasana.
Linda terlihat agak kecewa dengan sikapku yang sengaja kulakukan.
“Oke!”, jawabnya singkat.
Kami berdua mengambil handuk di kursi pinggir kolam, dan berjalan
bersamaan, menuju ruang sauna yang tak jauh dari kolam renang. Terbayang
apa yang dilakukan Linda saat di kolam, membuatku menerawang jauh
menyusun rencana dengan Linda selanjutnya.
“Kosong.”., kataku dalam hati melihat ruang sauna.
Kami berdua masuk, dan aku sengaja mengambil tempat duduk dekat pintu,
sehingga orang lain tidak dapat melihat kami beruda lewat jendela kecil
pintu sauna.
“Lin.”., belum sempat aku bicara, Linda menciumku di bibir.
Bibir kami saling berpagut melakukan french kiss. Penetrasi lidah Linda
di mulutku, menunjukkan dia sangat berpengalaman. Tangan Linda memegang
dadaku, kemudian mengusap menyusuri perut hingga sampai pada batangku
yang sudah berdiri dari tadi. Linda meremas batangku yang masih
terbungkus celana renang, sementara kuremas dua gunung montok. Betapa
kenyal dan kencang sekali payudaranya.
Temperatur ruang sauna menambah panasnya hawa disana. Kubalik Linda
membelakangiku. Kuciumi tengkuknya, dan ku remas payudaranya”.Emhh..
Ary.. ahh”, Linda melenguh. Ku susupkan tanganku ke payudaranya, dari
celah baju renangnya. Ku pilih putingnya, dan membuat Linda sedikit
menjerit, dan menggelinjang. Untungnya ruangan sauna kedap suara.
“Ary, aku butuh kamu Ry, .. malam ini saja.. ahh.”., Linda berbisik di
telingaku, sambil masih kumainkan putingnya.
“Lanjutkan di kamarku yuk, ..!” ajakku.
Punggung Linda menjauhi badanku dan berbalik.
“Kamu cek in di sini..?”, tanyanya dengan muka sedikit gembira.
“Bukannya kamu.”.
“Ya sayang.”., sambil akhirnya kutempatkan jari telunjukku di mulutnya.
Akhirnya kujelaskan alasanku.
Satu-satu kami keluar dari ruang sauna. Linda bergegas ke ruang ganti.
Begitupun diriku. Setelah siap, Linda menenteng tasnya dan kami pun
berjalan bersamaan. Kami berjalan sambil memeluk pinggang masing-masing,
layaknya sepasang kekasih yang sudah lama pacaran. Stelah mengambil key
card dari recepsionist, kami naik ke kamarku di 304.
Setelah masuk, pintu ditutup, dan langsung kami merebahkan diri di
ranjang. Untung ku pilih tempat tidur sharing. Linda masih memakai baju
seragam banknya, lengkap dengan blazer, sepatu hak tinggi dan stocking
hitam menggoda. Seksi sekali!
Linda di bawah sementara aku diatasnya menciumi bibimnya. Sesekali
kujilat leher dan telinganya. Linda meracau memanggil-manggil namaku.
Kubuka blazernya. Dari blouse putih tipis yang masih menempel, terlihat
jelas puting berwarna coklat menerawang. Hmm, sengaja tidak memakai bra
pikirku. Kubuka kancingnya satu persatu. Kujilati dadanya. Lidahku
menyapu dua bukit kembarnya yang mengencang. Rambutku diusapnya sambil
dia melenguh dan memanggil namaku berkali-kali. Sesekali kugigit putingnya.
Roknya kusingkapkan, ternyata dibalik stocking hitamnya itu, Linda tidak
memakai CD lagi. Ku jilat kemaluan Linda yang masih terhalang stocking.
Noda basah di bibir vagina tercetak jelas di pantyhosenya. Linda semakin
mecarau dan menggelinjang. Ku gigit sobek bagian yang menutupi vaginanya
yang basah. Kujilati labia mayoranya. Perlahan kusapu bibir vagina merah
merekah itu. Kucari klitorisnya dan kumainkan lidahku di sana.
Linda mengejang hebat, tanda orgasme pertamanya.
“Emhh Arryy.. ahh”, Linda sedikit berteriak tertahan.
“Makasih sayang.. oh.. benar-benar nikmat..!”.
“Pokoknya ganti stocking ku mahal nih”, Linda merengek sambil cemberut.
“Oke, tapi puaskan dulu aku Lin, .”., jawabku sambil rebahan di ranjang.
Linda kemudian berbalik dan berada di atasku. Blouse terbuka yang masih
menempel itu disingkirkannya. Hingga terpampanglah dua bukit menggantung
di atasku. Vagina basah Linda terasa di perutku. Rok yang tersingkap
dilepasnya lewat atas. Tinggal stocking yang masih menempel, sepatunya
pun telah lepas.
Linda kembali menciumiku. Lidahnya menyapu dadaku dan putingku. Sesekali
digigitnya, membuatku juga menggelinjang kegelian. Kemudian lidahnya
menyapu perutku hingga sampai ke batang penisku yang tegak. Linda
mengocoknya perlahan. Ujung lidahnya menari di lubang kencingku. Rasa
hangat itu terasa manakala lidahnya menyapu seluruh permukaan penisku.
Seluruh batang penisku terbenam di mulut Linda. Sambil dikocok, keluar
masuk mulutnya Linda.
“Ohh..!” aku pun tak luput meracau.
Hampir terasa puncakku tercapai, ku dorong linda menjauhi penisku, aku
bangun dan berlutut di belakang Linda.
“Masukkin Ry, fuck me please, Ohh.. arrghh.. Arryy!”, Linda berteriak
seiring dengan masuknya batang penisku sedikit-demi sedikit lewat celah
stocking yang kugigit tadi.
“Bless.”..Pantat Linda bergerak maju mundur, demikian juga pantatku,
saling berlawanan.
“Oh.. ooh.. ahh.. ahh.. God, .. fuck me harder.. Aaahh.. Ary.. yes”,
begitulah kalinat tak beraturan meluncur dari mulut Linda, bersamaan
dengan semakin capatnya gerakanku.
Ku remas-remas bongkahan pantat seksinya. Linda menjilati jari-jarinya
sendiri.
“Mmhh.. Aaahh.. mmh.”., desah Linda yang membuatku semakin bernafsu
untuk menggenjot pantatku.
Kemudian kami berganti posisi. Aku berbaring dan Linda berada di atasku.
Linda mengambil ancang-ancang untuk memasukkan penisku ke dalam vagina
basahnya. Linda terlebih dahulu mengusap-usapkan penisku di bibir
vaginanya. Aku makin kelojotan dengan perlakuan Linda. Centi demi centi
penisku dilahap vagina Linda.
“Blessh.”., lengkap sudah penisku dilahap vaginanya.
Linda bergerak turun naik beraturan. Payudaranya bergoyang turun naik
pula. Pemandangan indah terebut tidak kulewatkan saat badanku bangun,
dan wajahku menghampiri payudaranya. Kuremas dua gunung kembar yang
begoyang mengikuti irama siempunya. Kujilati dan kusedot bergantian.
“Errgh.. erghh.. ahh.”., Linda mendesah tanda menikmati genjotannya
sendiri.
Kini kutarik tubuh Linda sehingga ikut berbaring di atas tubuhku. Ku
mulai menggenjot pantatku dari bawah. Linda teridam dan menengadahkan
kepalanya, dan sesaat kemudian Linda berteriak meracau.
“Arrgghh.. oohh.. aah.. enakkhh.. aahh.. nikmathh.. ooh.”., serunya.
Kuyakin posisi seperti ini membuatnya merasakan sensasi yang tiada duanya.
5 menit dengan posisi seperti itu, Linda mengejang, dan berteriak
panjang”, AARRGHH.. Shit.. Uuuhh.. Ary.. aaihh.”., tanda dia mencapai
orgasme.
Terlepas penisku dari vaginanya tatkala Linda ambruk di sisiku. Linda
ngos-ngosan kecapean. Kini giliranku untuk mendapatkan kepuasan dari
Linda. Kubalik tubuh penuh keringat yang mengkilat terkena cahaya lampu.
Sungguh seksi sekali dia saat itu. Kubuka kedua kakiknya, dan ku lucuti
stocking hitam yang masih menempel di kakinya yang mulus. Terlihat indah
kaki nan putih mulus dari pantat hingga betis. Kujilati lubang anus
Linda, dan membuat dia sedikit mengangkat pantatnya keatas.
“Please.. Ary.. not now.. Give me a break.. Ohh.”., ratapnya ketika
mendapat perlakuanku.
Aku tak mempedulikan ratapannya. Justru aku semakin gila dengan
perlakuanku, menjilati lubang anusnya dan membuat penetrasi di lubangnya
dengan lidahku. Area perineumnya pun tak luput ku jilati. Hingga
akhirnya kuputuskan untuk mensodomi Linda, karena kulihat lubang anus
Linda agak sedikit besar dibanding orang yang belum pernah disodomi.
“Lin, siap ya.”., kataku sambil mengusapkan ludahku di penis yang masih
berdiri tegak.
“Apa.., mau apa Ry.. kamu ma.. AAHH, .. Aryy.. Janng.. aahh”, belum
selesai Linda bicara, aku telah menancapkan penisku di anusnya.. begitu
hangat, sempit dan lembut.
Kutarik kembali perlahan dan kumasukkan lagi. Iramanya ku percapat.
Linda pasrah, dan meracau tak karuan.
“Eh.. Ehh.. gimana, .. eh.. enak.. lin..?, tanyaku sambil menggenjot
pantat Linda seksi nan aduhai.
“Ohh.. Arriieh.. aagh.. nikmat rii.. ah.. Shitt.. C’mon.. harder
baby.”., jawabnya.
10 menit aku memompa batang penisku di anusnya, terasa cairan sperma
sudah ada di ujung kepala penisku. Buru-buru kutarik keluar penisku, dan
kubalik Linda menghadapku. Sambil kukocok, spermaku muncrat di muka
Linda. Linda yang tidak siap menerima spermaku di mukanya, mengelengkan
kepala kiri dan kanan, hingga spermaku membasahi rambut dan pipinya.
Hingga akhrinya mulutnya terbuka, dan sisa semprotan spermaku masuk di
mulutnya. Setelah spermaku habis, dia mengulum penisku. Aku yang masih
merasa geli namun nikmat, semakin menikmati sisa-sisa oragasme panjangku.
“God.. Thank you dear.. Linda.”., kataku sesaat setelah roboh ke samping
Linda.
“Curang lagi kamu Ry, .. Tau gitu ku minum semuanya.. kasi tau kek mau
mucrat di muka, gitu”, Linda cemberut menjawabnya.
Aku hanya tersenyum. Tak terasa kami bercinta cukup lama, hingga jam 10
malam.


0 komentar:

Posting Komentar