tag:blogger.com,1999:blog-8239879105461362332024-03-13T07:37:51.794+07:00CERITA SEX DEWASA!! Membaca Blog Ini Menyebabkan Ngaceng !!Unknownnoreply@blogger.comBlogger43125tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-85313733074110363512011-03-13T09:16:00.001+07:002011-03-13T09:16:21.761+07:00Kisah Tono dan Denita<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDemangan.Net%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.ilad
{mso-style-name:il_ad;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
<st1:city w:st="on">Ada</st1:city> sepasang kekasih bernama Tono dan Denita, mereka berdua tinggal bersama di sebuah <span class="ilad">rumah</span> yang terletak di daerah yang agak terpencil di <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on"><span class="ilad">Jakarta</span></st1:city></st1:place>. <span lang="SV">Sehari-harinya mereka hidup bahagia bersama dan mereka berencana untuk menikah dalam waktu dekat. Denita berusia 20 tahun sementara Tono <span class="ilad">baru</span> berusia 18 tahun. Banyak yang menyayangkan keputusan Denita untuk menikah dengan Tono, selain karena Tono lebih muda dari Denita, Denita sendiri adalah gadis yang sangat cantik. Wajahnya amat manis, rambut hitam panjangnya yang berkilau dan kulitnya yang putih mulus karena Denita masih merupakan keturunan Chinese menambah daya tariknya selain tubuhnya yang proporsional. Tinggi Denita sekitar 165 cm, tubuhnya yang langsing namun padat cukup menonjolkan bagian <span class="ilad">dada</span> dan pantatnya yang lumayan besar. Orang-orang merasa bahwa Tono tidak pantas untuk Denita karena selain penakut, Tono juga tidak begitu mandiri. Walaupun demikian, mereka saling mencintai satu sama lain. Denita sudah membeli gaun pengantinnya, dan Tono juga sudah mempersiapkan benda-benda yang mereka perlukan nantinya.<a name='more'></a><o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Suatu malam, ada segerombolan penjahat berjumlah 6 orang datang ke rumah Tono dan Denita. Mereka terdiri dari 5 laki-laki dan seorang perempuan. Mereka berhasil melumpuhkan Tono dan menawan Denita. Denita sempat melawan, namun salah satu penjahat itu menjambak rambut panjang Denita dan memukul perutnya sehingga Denita terkapar kesakitan; Denita lalu ditampar dan diikat di ranjang dengan masih menggunakan gaun tidurnya dan mereka memukuli Tono didepan Denita. Denita yang sadar bahwa ia tidak mungkin bisa melawan para penjahat itu hanya bisa pasrah, ia masih shock saat dipukul tadi. Denita memohon pada para penjahat itu untuk tidak menyakiti Tono, namun ia justru ditertawakan karena melindungi Tono. Para penjahat itu mulai tertarik melihat wajah Denita yang cukup cantik dan keseksian tubuh Denita yang mengenakan gaun tidurnya itu. Mereka juga kagum melihat keberanian Denita. Para penjahat itu lalu mulai mencari barang-barang berharga, namun mereka tidak menemukan apapun. Penjahat perempuan itu menemukan gaun pengantin Denita dan <span class="ilad">cincin</span> nikah Tono dan Denita. Ia lalu menemukan sebuah ide, dan ia lalu memberitahukan idenya itu pada para temannya. Kelima penjahat laki-laki itu setuju pada ide perempuan itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Perempuan itu lalu membawa Denita ke kamarnya, dan mengancam akan membunuh Tono apabila Denita tidak menuruti kemauannya. Perempuan itu lalu menelanjangi Denita dan membawa cewek itu ke <span class="ilad">kamar</span> mandi. Denita lalu dimandikan oleh perempuan itu, rambutnya dicuci dan tubuhnya diberi wewangian, sehingga tubuh Denita memancarkan <span class="ilad">aroma</span> yang amat wangi. Perempuan itu juga mencukur rambut di kewanitaan Denita hingga bersih. Denita lalu dipaksa meminum air mentah sebanyak dua gayung penuh oleh perempuan itu sehingga Denita merasa agak pusing karena perutnya kembung.<br />
Setelah selesai mandi, perempuan itu mendandani Denita secantik mungkin. Ia lalu memakaikan celana dalam yang baru, <span class="ilad">stocking</span>, sarung tangan, dan gaun pengantin milik Denita lengkap dengan rok petticoat agar rok gaunnya tampak mengembang kepada Denita, sehingga Denita benar-benar terlihat seperti pengantin wanita yang hendak menikah. Perempuan itu memerintahkan Denita agar berkelakuan seperti yang ia perintahkan. Saat dipengantinkan, perempuan itu menyadari bahwa Denita sedang dalam masa subur saat melihat bercak di pembalut wanita dan celana dalam yang sebelumnya dipakai Denita.<br />
Sementara itu, para penjahat laki-laki itu menyekap Tono di sofa ruang tamu untuk menunggu Denita. Mereka mengejek dan memukul Tono di sofa itu. Hingga Tono babak belur tak berdaya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Tak lama kemudian, pintu kamar Denita terbuka dan keluarlah perempuan itu beserta Denita yang sudah dipengantinkan. Tono dan para penjahat itu terpesona melihat kecantikan Denita. Denita mengenakan gaun pengantinnya yang bertipe braless dengan rok petticoat sebagai rok dalam sehingga rok gaunnya tampak mengembang dan gaun itu berekor panjang, rok gaun Denita dihiasi dengan pita-pita yang terjalin sehingga rok itu tampak berlapis-lapis. Rambut Denita yang hitam panjang dibiarkan tergerai, dan dihiasi dengan tudung kepala <span class="ilad">sutra</span>. Mahkota <span class="ilad">bunga</span> berwarna putih yang dipakaikan di kepala Denita menambah kecantikan Denita. Bibir dan kelopak mata Denita berwarna pink. Denita memakai stocking putih, sarung tangan berwarna putih, dan sepatu hak tinggi berwarna putih. Dengan gaun model braless itu, dada Denita yang berukuran 34 B terlihat menonjol, dan tubuhnya menampakkan kesan seksi karena gaun itu memang agak ketat untuk Denita. Gaun itu makin tampak serasi dengan kulit Denita yang putih mulus karena Denita masih merupakan keturunan Chinese. Para penjahat itu berdiskusi sebentar, lalu mereka mengikat Tono erat-erat, dan membawa Tono ke kamar. Tono lalu didudukkan di kursi sofa yang mereka pindahkan dari ruang tamu kedalam kamar itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Sementara itu, Denita dipakaikan celemek putih berenda oleh para penjahat itu, dan disuruh memasak makanan untuk para penjahat itu. Denita lalu memasak makanan untuk para penjahat itu dengan diawasi oleh perempuan itu. Saat memasak, Denita sering kentut, perempuan itu menyadari bahwa Denita akan buang air besar. Denita lalu menghidangkan masakannya ke para penjahat itu. Saat menghidangkan makanan, perempuan itu menepuk pantat Denita dan Denita langsung kentut. Wajah Denita memerah karena malu. Para penjahat itu memerintahkan Denita untuk menari dan bernyanyi untuk menghibur mereka saat makan sebagai hukuman karena ia kentut. Denita dipaksa menyanyikan lagu dangdut untuk mengiringi tariannya. Denita dipaksa bergoyang sehingga lekuk tubuhnya dapat dipertontonkan dihadapan para lelaki itu. Para penjahat itu amat menyukai makanan yang disajikan Denita karena Denita memang mahir memasak, terlebih mereka bisa mendengar suara merdu Denita sambil menonton tarian Denita yang gemulai. Setelah selesai makan, para penjahat itu lalu menyuruh Denita menjilati piring bekas makanan mereka seperti seekor anjing. Perempuan itu berbisik memberi perintah pada Denita. Denita sempat menolak perintah perempuan itu, namun ia terpaksa menuruti perintah perempuan itu setelah ia kembali diancam.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Denita kemudian dibawa ke <span class="ilad">toilet</span> oleh para penjahat itu. Denita lalu menuruti perintah perempuan itu untuk berkelakuan seperti yang ia perintahkan. Denita menungging, lalu menarik rok gaunnya keatas hingga celana dalamnya yang berwarna putih berenda terlihat. Para penjahat itu bersiul melihat pantat dan paha mulus Denita yang masih dibalut stocking putih itu.<br />
Perempuan itu kemudian membagi undian kepada para penjahat itu untuk mengundi tubuh Denita. Tubuh Denita dibagi <span class="ilad">menjadi</span> 4 bagian tubuh yang diundi lewat secarik kertas untuk menentukan hak masing-masing para penjahat itu atas tubuh Denita. Penjahat pertama memenangkan memek Denita, sekaligus keperawanan pengantin itu. penjahat kedua juga mencabut kertas bertuliskan vagina Denita, namun ia tampak kesal karena keperawanan Denita sudah diantri duluan oleh rekannya, apalagi pandangannya dari tadi tertuju kepada pantat montok pengantin cantik yang sedang menungging itu, seolah tidak sabaran ingin memperawani liang dubur Denita yang masih belum terjamah lelaki. Penjahat ketiga tampak cukup puas saat mendapatkan mulut dan bibir Denita yang mungil itu, dimana ia akan dilayani dengan servis oral dari bibir pink sang pengantin.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Penjahat keempat tidak begitu senang saat mendapatkan lubang pantat Denita, ia merasa tidak senang kalau harus bercinta dengan lubang pantat pengantin itu. Apalagi mengingat Denita kentut saat mereka makan, ia malah merasa makin jijik dengan gadis itu. Ia yakin lubang pantat gadis itu pasti dipenuhi kotoran yang jorok, dan tentu saja, ia tidak mau terkena penyakit karena kuman-kuman kotoran Denita dalam duburnya. Namun, penjahat kedua menawarkan untuk menukarkan jatah mereka dengan imbalan Rp. 15.000 pada rekannya itu. walaupun keberatan, penjahat keempat itu menerima tawaran temannya itu. Denita tertegun dan merasa amat terhina saat menyadari keperawanan duburnya dihargai hanya Rp. 15.000, bahkan jauh lebih rendah dari biaya sewa pelacur semalaman.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Penjahat terakhir yang berbadan paling besar mendapat “kehormatan” untuk menyetubuhi Denita sepuas hatinya di bagian manapun yang ia mau karena penjahat itu tampaknya adalah pemimpin gerombolan itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Denita terkejut saat salah satu penjahat yang “membeli” pantatnya di undian itu tiba-tiba mengelus dan meremas pantatnya yang seksi sambil menggoda bahwa Denita cantik, namun ia ‘nakal’ karena melawan mereka dan kentut saat mereka makan. Wajah Denita memerah karena malu dan marah, ingin rasanya ia menampar penjahat yang kurang ajar itu, namun ia tidak berdaya karena mereka pasti semakin akan berbuat buruk pada Tono dan dirinya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Penjahat itu lalu melorotkan celana dalam Denita hingga terlepas, sehingga pantat dan kewanitaan Denita terlihat jelas. Denita dipaksa melebarkan kakinya dan menungging di kloset, tangan Denita disuruh memegang kloset itu. Denita mulai dipermalukan oleh penjahat itu, penjahat itu lalu bertanya pada Denita apakah Denita hendak buang air besar. Denita yang malu menggelengkan kepala, namun penjahat itu mengatakan bahwa ia tak percaya. Penjahat itu kembali menyingkapkan rok gaun Denita hingga pantat Denita kembali terlihat jelas, ia lalu mencengkeram kedua bongkahan pantat Denita dan menariknya ke arah berlawanan sehingga lubang pantat Denita terlihat. Tanpa merasa jijik, dibenamkannya hidungnya ke lubang pantat itu dan diendusinya lubang kotoran Denita. Denita merasa geli saat hembusan nafas lelaki itu menyapu lubang terlarangnya itu, apalagi kumis lebat lelaki itu menggelitik pantatnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Setelah puas mengendusi pantat Denita, penjahat itu mengejek Denita dengan mengatakan bahwa ia mencium bau kotoran cewek itu. Penjahat itu lalu mengambil dua tangkai cotton buds. Salah satu cotton buds itu dilesakkannya kedalam lubang pantat Denita, sehingga Denita mengejang terkejut sesaat. Penjahat itu lalu mengorek pantat Denita dengan cotton buds itu selama beberapa detik dan tiba-tiba menarik cotton buds itu keluar dari pantat Denita sehingga Denita meringis. Kapas cotton buds yang tadinya berwarna putih itu kini berwarna kuning kecoklatan karena kotoran Denita. Denita malu sekali saat dipaksa melihat cotton buds yang sudah dilapisi oleh kotorannya itu. Penjahat itu juga sempat memukuli pantat Denita sebagai hukuman karena Denita kentut sehingga kedua belahan pantat Denita yang tadinya putih mulus kini berwarna pink kemerahan karena dipukul.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Denita lalu dipaksa duduk di kloset, sementara perempuan itu menarik rok Denita keatas, dan menarik kedua tungkai kaki Denita ke arah yang berlawanan sehingga kewanitaan Denita terlihat jelas karena Denita berada dalam posisi mengangkang. Perempuan itu lalu menyuruh Denita untuk buang air besar dihadapan mereka. Denita terkejut mendengar perintah perempuan itu, terutama saat perempuan itu mengatakan bahwa penjahat laki-laki yang memenangkan pantat Denita di undian akan mencuci pantat Denita setelah Denita buang air besar. Denita lalu berpura-pura sedang dalam keadaan tidak ingin buang air besar, namun para penjahat laki-laki itu mengancam Denita apabila Denita tidak buang air besar, maka Tono akan mereka bunuh. Denita terpaksa menuruti perintah para penjahat itu untuk buang air besar, namun Denita memohon pada para penjahat itu agar mereka tidak menyakiti Tono.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Wajah Denita memerah karena malu saat para penjahat itu menyaksikan dirinya buang air besar. Denita merintih sejenak, lalu kentut dengan keras. Beberapa saat kemudian, kotoran Denita berjatuhan dari pantatnya. Para penjahat itu menutup hidung mereka karena bau kotoran Denita, namun mereka terangsang melihat Denita yang cantik sedang buang air besar dengan mengenakan gaun pengantinnya. Denita sendiri merasa amat malu, baru kali ini seumur hidupnya ia buang air besar sambil ditonton pria, apalagi mata mereka tampak lebih tertuju melihat ke selangkangannya. Denita juga melihat bagian kejantanan para penjahat itu tampak menegang saat melihatnya buang air besar. Tidak jauh berbeda dengan para penjahat laki-laki itu, perempuan itu terus melihat dan mengamati vagina Denita, ia tersenyum saat melihat Denita tidak banyak kencing saat buang air besar.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Setelah selesai buang air besar; sesuai perintah perempuan itu, Denita lalu meminta penjahat laki-laki yang memenangkan pantatnya untuk mencuci pantatnya. Penjahat laki-laki itu lalu membersihkan pantat Denita, Denita merasa malu saat jari penjahat itu menyentuh dan mencuci lubang pantatnya dengan air. Namun Denita merasa nyaman karena penjahat itu membersihkan pantatnya dengan lembut, terutama saat menyentuh lubang pantat Denita. Setelah pantatnya selesai dibersihkan, Denita dipaksa berterima kasih kepada penjahat itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Denita lalu diberi pilihan oleh para penjahat itu untuk menikah massal dan bercinta dengan mereka, atau menyaksikan Tono dibunuh. Dengan berat hati, Denita memilih untuk mengorbankan dirinya. Denita tidak diperbolehkan memakai celana dalam oleh kelima penjahat itu, supaya ia siap bercinta dengan mereka.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Denita dan para penjahat itu lalu kembali ke kamar. Sesampainya di kamar, Perempuan itu lalu berdiri di belakang sebuah meja yang dijadikan seperti altar oleh para penjahat itu. Denita lalu bergandengan dengan salah satu penjahat itu, dan mereka berjalan menuju ‘altar’ itu. Setibanya di altar, mereka melecehkan Denita yang mengenakan gaun pengantin dengan berpura-pura mengadakan upacara pernikahan. Denita dan penjahat itu lalu berlutut di depan altar buatan itu. Denita mengucapkan sumpah setianya kepada penjahat itu dan mengakui kekuasaan penjahat itu atas dirinya, namun penjahat itu melecehkan Denita dengan menolak mengakui Denita sebagai istrinya, dan mengakuinya sebagai penghibur. Penjahat itu mengaitkan tali merah di ibu jari Denita sebagai ‘cincin kawin’. Denita tidak dapat berbuat banyak agar Tono selamat. Tono yang tidak tahu bahwa Denita dipaksa menikah oleh perempuan itu berteriak keras, namun mulutnya disumpal dengan pembalut wanita bekas Denita oleh para penjahat itu. Perempuan itu lalu mengawasi Tono. Denita ‘menjual’ dirinya sebagai penghibur kepada para penjahat itu satu-persatu di ‘pernikahan’ itu. Denita mengakui 5 orang lelaki sebagai suaminya malam itu, namun ia tidak pernah dianggap sebagai istri oleh mereka. Semua jari di tangan kanan Denita dipasangi tali merah itu. Denita ‘menikah’ saat usianya baru 20 tahun.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Setelah pernikahan itu, Denita lalu melaksanakan ‘kewajibannya’ sebagai seorang istri dari para penjahat itu. Denita berlutut di ranjang, kedua pahanya dibuka lebar-lebar. Denita lalu menunggingkan pantatnya, siap untuk bercinta. Denita menitikkan air mata menghadapi perlakuan para ‘suaminya’. Wanita itu membawa sebuah kamera yang ia dapatkan dari lemari Denita dan siap mengabadikan malam itu. Sambil disaksikan oleh Tono yang terikat didepan ranjang, dagu lancip Denita ditegadahkan ke wajah salah satu penjahat itu dan bibir mungil Denita dicium oleh penjahat yang mendapat undian untuk memperoleh mulutnya, Denita merasa sedikit aneh karena ia berciuman untuk pertama kalinya. Penjahat pertama itu memaksa memasukkan lidahnya ke mulut Denita, Denita hanya bisa pasrah menahan rasa geli saat lidah penjahat itu menggerayangi mulutnya. Penjahat itu memeluk tubuh Denita dengan erat, tangannya dilingkarkan ke pinggul Denita sambil sesekali meremas pantat Denita. Penjahat itu tampaknya berusaha menyedot ludah Denita sambil menjilati gigi dan lidah Denita untuk merangsang Denita.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Adegan berciuman itu membuat para penjahat yang lain terangsang, penjahat yang melepas celana dalam Denita lalu menyingkap rok gaun Denita, mereka melihat kewanitaan Denita agak lembab, tanda bahwa Denita terangsang. Penjahat berikutnya lalu berbaring dibawah selangkangan Denita dan segera menjilati kewanitaan Denita. Denita terkejut saat merasa kewanitaannya dijilati, namun ia tidak bisa melawan karena tangannya dipiting oleh penjahat yang sedang berciuman dengannya. Denita hanya bisa meronta saat ia merasakan sensasi yang aneh di kewanitaannya, sensasi yang baru pertama kali ia rasakan sebagai seorang wanita. Denita berusaha mengatupkan pahanya, namun penjahat itu menarik kedua tungkai pahanya kearah yang berlawanan, dan menekan paha Denita. Denita tidak mampu melawan tenaga penjahat itu, apalagi penjahat itu cukup kekar perkasa. Lama kelamaan Denita semakin terangsang sehingga kewanitaannya semakin banyak mengeluarkan cairan cintanya, membuat penjahat yang menjilati kewanitaannya kini mulai menghisap cairan cintanya. Penjahat itu sesekali menjilat klitoris Denita, sehingga Denita semakin menggelinjang kegelian. Denita juga tidak lagi berusaha mengatupkan pahanya, karena tenaganya mulai habis karena sensasi yang ia terima di mulut dan kewanitaannya. Usaha kedua penjahat itu akhirnya berhasil; setelah beberapa lama berciuman dan dijilati, Denita mulai terangsang karena keahlian berciuman dan jilatan para penjahat itu. Denita lalu menjulurkan lidahnya dan mulai memainkan lidahnya dengan lidah penjahat itu, Denita juga menerima ludah yang dituangkan penjahat itu ke dalam mulutnya dan menelan ludah itu. Denita dan penjahat itu lalu mulai saling mengulum bibir mereka.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Denita merasa malu sekali saat para penjahat yang sedang menunggu giliran menjelaskan kepada Tono bahwa Denita sedang terangsang dan menunjukkan kewanitaan Denita yang semakin banyak mengeluarkan cairan sebagai bukti. Walaupun Tono berusaha tidak mendengar, Denita tetap merasa malu sekali, Ia seharusnya mengenakan gaun pengantinnya saat menikah dengan Tono, namun kini ia malah terangsang dan bercinta dengan pria lain dihadapan Tono sambil mengenakan gaun pengantinnya. Tono sendiri mulai terangsang, kemaluannya juga terlihat menegang karena baru pertama kalinya ia melihat kewanitaan Denita setelah sekian lama mereka berpacaran dan tinggal bersama.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Setelah merasa cukup memberikan Denita ‘pemanasan’, penjahat yang menghisap cairan kewanitaan Denita berhenti. Ia lalu memberi isyarat pada temannya yang sedang berciuman dengan Denita. Penjahat itu menganggukkan kepalanya dan berhenti mencium bibir Denita. Denita lalu dipaksa belutut dengan paha yang terbuka lebar di hadapan Tono, penjahat yang menghisap cairan kewanitaan Denita lalu melepas celana dan celana dalamnya. Tono dan Denita bisa melihat kemaluan pria itu yang sudah menegang, dan tonjolan uratnya terlihat jelas, apalagi ukurannya cukup besar, sekitar 17 cm. Penjahat itu lalu berbaring dibawah tubuh Denita, ia mengatur posisi kemaluannya yang sudah menegang agar tepat dibawah kewanitaan Denita sehingga posisi mereka kini menjadi ‘woman on top’. Dua dari tiga penjahat yang belum mendapat kesempatan untuk bercinta dengan Denita lalu memegang rok gaun Denita di arah yang berlawanan, dan menarik petticoat dan rok gaun Denita keatas sehingga kewanitaan Denita dan kemaluan penjahat itu terlihat jelas oleh Tono.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Perempuan itu lalu menyuruh Denita menurunkan pinggulnya. Denita yang menyadari apa yang akan terjadi berusaha menolak, namun perempuan itu mengeluarkan pisau dari sakunya dan mengacungkan pisau itu ke leher Tono. Denita tidak dapat menolak lagi. Perempuan itu menyuruh Tono melihat adegan terenggutnya keperawanan Denita. Denita mulai menurunkan pinggulnya dengan pelan, ia bisa merasakan kemaluan penjahat itu di mulut kewanitaannya. Sambil menutup mata, Denita terus melanjutkan menurunkan pinggulnya pelan-pelan. Karena tidak sabar, salah satu penjahat itu memegang pinggul Denita dan menurunkannya dengan cepat, seketika itu juga kemaluan penjahat itu menghunjam vagina Denita. Denita menjerit kesakitan karena keperawanannya direnggut, apalagi ukuran penis itu begitu besar, sehingga hanya masuk sebagian di kewanitaannya walaupun kewanitaannya sudah basah oleh cairan cintanya dan ludah penjahat yang tadi menjilati memeknya itu. Penjahat itu mendesah puas, ia bisa merasakan hangatnya liang kewanitaan Denita dan juga vagina Denita yang masih sempit karena baru pertama kalinya dimasuki kejantanan lelaki. Penjahat itu mulai memegang pinggang Denita dan menggoyangkan pinggul Denita, layaknya goyangan gerakan dangdut, agar penisnya masuk sepenuhnya di vagina Denita. Denita hanya merintih pelan saat ia ‘digoyang’ diatas penis penjahat itu. Perlahan-lahan penis penjahat itu mulai tertelan masuk kedalam vagina Denita Beberapa saat kemudian, penjahat itu mengubah goyangan Denita menjadi pompaan. Denita dientot naik-turun sehingga penis itu menghunjam vaginanya berulang kali. Jeritan Denita semakin keras, tapi mulut Denita langsung disumpal dengan kemaluan penjahat yang berciuman dengannya. Denita lalu dipaksa untuk mengoral kemaluan penjahat itu.<br />
Denita hanya bisa pasrah mengulum dan memainkan kemaluan penjahat itu di dalam mulutnya sambil menangis menahan rasa perih di kewanitaannya, namun suara tangisan Denita terhalangi oleh kemaluan penjahat yang menyumpali mulutnya. Denita merasa amat jijik dan hampir muntah saat mengulum kemaluan penjahat itu yang bau, namun penjahat itu malah menekan kepala Denita ke kemaluannya sehingga pangkal penis itu masuk hingga ke tenggorokan Denita, dan membuat Denita sulit bernafas. Penjahat itu puas saat merasakan kehangatan mulut dan kelembutan bibir Denita. Denita lalu diperintahkan untuk menjilat dan mengemut kemaluan itu. Setelah sekitar 15 menit diperkosa, Denita mulai tidak bisa mengontrol tubuhnya lagi, rintihannya berganti menjadi lenguhan dan ia kini menggerakkan tubuhnya sesuai nalurinya, para penjahat itu tertawa melihat Denita yang terbawa nafsunya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Beberapa menit kemudian, penjahat yang dioral oleh Denita menekan kepala Denita dengan keras di penisnya lalu memuncratkan spermanya tepat ke tenggorokan Denita. Denita terkejut saat merasa mulutnya dipenuhi cairan kental yang amis. Penjahat itu terus menekan kepala Denita sehingga Denita terpaksa menelan bibit-bibit bayi yang baru saja dituangkan ke mulutnya itu. Suara lenguhan Denita terdengar semakin keras saat penjahat itu melepas penisnya dari mulut Denita, penjahat itu tertawa puas melihat benang lendir sperma di mulut Denita yang terlihat jelas diantara gigi Denita yang putih saat Denita membuka mulutnya ketika ia melenguh.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Penjahat yang sedang memompa Denita melihat bahwa temannya sudah memberi Denita sperma. Ia juga tak mau kalah dari temannya itu sehingga ia mempercepat pompaannya. Akibatnya, Denita semakin melenguh keras merasakan kenikmatan di kewanitaannya, yang kini sudah bisa dimasuki penuh oleh penis penjahat itu. Namun penjahat itu tidak membiarkan Denita mencapai orgasme, ia mengontrol gerakan memompanya, sesekali gerakannya begitu cepat, namun saat merasa Denita hendak orgasme, ia memperlambat pompaannya sehingga Denita semakin kerepotan. Penjahat itu juga sering menggoda Tono dengan cara memeluk Denita dari belakang dan menjilati wajah Denita yang cantik atau sesekali menghentikan gerakannya, sehingga Denita secara otomatis menggoyang-goyangkan pantatnya agar penis itu tetap menyodoknya. Para penjahat itu menertawakan tingkah Denita itu sambil menyebutnya pelacur. Penjahat itu juga sesekali menghentikan pompaannya dan memaksa Denita melihat penisnya yang sedang menyatu dengan kewanitaan Denita. Beberapa saat kemudian, penjahat itu mendesah keras dan Denita menjerit saat kewanitaannya dimasuki para calon bayi mereka, hasil buah percintaan Denita dengan penjahat itu. Penjahat itu lalu mencabut penisnya dari kewanitaan Denita setelah ia merasa spermanya telah tertuang hingga habis.<br />
Dengan kejamnya, perempuan itu menyuruh para penjahat itu segera mengangkat kedua tungkai kaki Denita setinggi mungkin dan tegak lurus sehingga Denita kini bertumpu pada bahunya. Kewanitaan Denita sengaja dipamerkan di depan Tono agar Tono melihat jelas proses awal kehamilan Denita. Tono dapat melihat jelas paha Denita yang indah yang dibalut dengan stocking putih itu dan pusar Denita. Rok gaun Denita menutupi wajah Denita, dalam keadaan seperti itulah Denita dibiarkan selama beberapa menit agar sperma hasil percintaannya membuahi rahimnya sehingga ia kelak dapat hamil.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Penjahat yang baru saja menuangkan spermanya di vagina Denita itu mengocok-kocok liang vagina Denita agar spermanya benar-benar tertelan habis ke dalam tubuh pengantin wanita itu untuk memastikan bahwa spermanya dapat menjadikan Denita sebagai seorang ibu bagi anak-anak mereka kelak.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Denita menangis keras dan meronta-ronta saat merasakan sperma penjahat itu semakin cepat memasuki rahimnya dalam jumlah yang banyak. Namun, Penjahat yang dioral Denita segera melumat bibir Denita sehingga Denita tidak bisa mengeluarkan suara lain selain rintihan pelan.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Di dalam hatinya, Denita tidak mau menjadi ibu dari anak yang akan ia kandung hasil dari pemerkosaan itu, apalagi dari pria yang sama sekali tidak ia cintai, namun disisi lain sebagai seorang wanita, Denita merasa aneh dan takut bercampur bahagia karena ia akan menjadi seorang wanita sepenuhnya saat melahirkan bayi yang ia kandung kelak dan menjadi ibu dari anak itu. Tono terpukul saat melihat kewanitaan gadis yang ia cintai kini telah dipenuhi calon bayi dari pria lain, pertanda bahwa Denita bisa saja hamil dari percintaannya dengan penjahat itu.<o:p></o:p></span><br />
Perempuan itu lalu membisikkan sesuatu pada Denita untuk membujuk dan meyakinkan Denita agar Denita dapat menerima kehamilannya itu sebagai kodrat, dan mengatakan bahwa kehamilan adalah impian tiap wanita, dan Denita baru saja mulai menapaki jalan menjadi seorang wanita sejati. Perempuan itu juga mulai membisikkan keindahan menjadi seorang ibu pada Denita sekaligus kembali mengancam akan membunuh Tono apabila Denita bertingkah macam-macam, sehingga Denita mulai berhenti menangis dan mulai dapat menerima calon bayi yang akan ia kandung. Denita juga tidak lagi meronta, ia tampaknya pasrah menerima nasibnya itu. Lagipula, ia tidak mau Tono kembali dilukai oleh para penjahat itu.<br />
Beberapa menit kemudian, setelah perempuan itu merasa sperma penjahat itu telah sepenuhnya masuk dan mengering di kewanitaan Denita, Denita mulai disiapkan untuk kembali bercinta dengan 3 penjahat yang masih menunggunya. Denita tidak lagi berontak, ia hanya menuruti perintah para penjahat itu tanpa menolak lagi.<br />
Ketiga penjahat yang berikutnya sudah melepas celana mereka dan penis mereka yang cukup besar terlihat sudah menegang cukup lama sejak adegan percintaan Denita sebelumnya.<br />
Penjahat yang ketiga lalu duduk di kursi, laki-laki itu bertubuh jauh lebih besar dan gagah dari penjahat yang baru merenggut keperawanan Denita, tingginya sekitar 190 cm dan kulitnya yang hitam gelap makin menonjolkan kesan sangarnya; kontras dengan Denita yang tingginya hanya sekitar 160 cm dan berkulit putih. Denita gemetar melihat laki-laki itu, yang rupanya adalah penjahat yang tadi memukulnya. Laki-laki itu rupanya adalah pemimpin para penjahat itu, ia memiliki penis dengan ukuran terbesar, sekitar 20 cm. Tonjolan urat penisnya terlihat jelas. Penis berwarna hitam itu terlihat berdiri tegak dengan gagah perkasa, siap membawa Denita ke kenikmatan surgawi. <span lang="SV">Tono dan para penjahat bahkan lainnya sempat minder melihat kegagahan lelaki itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Perempuan itu membisikkan sesuatu ke Denita, dan Denita mengangguk tanda mengerti. Denita lalu berlutut di depan lelaki itu dan memasukkan penis itu ke mulutnya, Denita mulai memainkan penis besar itu di dalam mulutnya Bibirnya yang mungil memijat kemaluan itu, liur Denita membasahi penis itu, dan penis itu terkadang digesekkan di giginya yang putih. Penjahat itu memegang kedua buah dada Denita dan sesekali meremasnya. Ia merasa gemas melihat gadis muda secantik Denita dalam balutan busana pengantinnya sedang memberinya servis. Tak lama kemudian, penjahat itu melorotkan bagian dada gaun Denita, sehingga kedua buah dada Denita ‘melompat’ keluar karena Denita tidak memakai bra. Penjahat itu lalu mengeluarkan penisnya dari mulut Denita, perempuan itu kembali memberi Denita perintah baru. Denita lalu menjepit penis itu diantara kedua buah dadanya, dan mengocok penis itu dengan kedua buah dadanya itu sambil menjilati ujung penis itu. Mereka yang menonton adegan itu menelan ludah; Denita seperti sedang makan hot dog. Buah dada Denita yang putih dan montok bagaikan roti menjepit sempurna kemaluan penjahat itu yang hitam gelap seperti sosis. Tak lama kemudian, Denita kembali disembur sperma hangat dari ‘sosis’ yang ia ‘makan’, sehingga wajah dan buah dadanya berlepotan dengan sperma kental. Penjahat itu beristirahat sebentar, sementara para penjahat yang lain menyendoki sperma yang berlepotan di wajah dan tubuh Denita, lalu memaksa menyuapi Denita dengan sperma itu sehingga sperma yang tadinya berceceran di wajah dan dada Denita kini pindah kedalam perut Denita. Para penjahat itu juga memaksa membersihkan kewanitaan Denita dari bercak darah keperawanannya dan bekas sperma yang mengering.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Setelah cukup beristirahat, penjahat lalu menyuruh Denita untuk kembali melayaninya. Denita lalu menaikkan rok gaunnya dengan bantuan kedua penjahat lainnya dan mendudukkan dirinya dengan arah menghadap penjahat itu, tepat diatas kemaluan penjahat itu sehingga sekali lagi kewanitaannya dimasuki penis. Denita lalu memeluk leher penjahat itu, ia juga melingkarkan kakinya ke pinggang penjahat itu dan menyilangkan kedua mata kakinya sehingga kini ia mengunci pinggang penjahat itu. Setelah merasa sudah siap, Denita mulai menggerakkan pinggulnya agar penis penjahat itu semakin memasuki kewanitaannya, karena kewanitaannya masih sempit dan penis itu begitu besar. Penjahat itu memegangi pinggul Denita dan membantu Denita memasukkan penisnya kedalam liang kewanitaan Denita sambil menjilati dan mengisap puting susu Denita yang sudah mengeras. Denita hanya mendesah ringan saat menyusui penjahat itu. Setelah ia merasa penisnya telah masuk sepenuhnya kedalam memek Denita, penjahat itu memegang pinggul Denita dengan kencang dan mulai memompa Denita naik turun sambil meremas dada Denita dan menggigiti puting susu Denita. Denita jelas kewalahan menghadapi sensasi di kewanitaan dan puting susunya sekaligus, Denita pun mendesah keras penuh kenikmatan.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Penjahat itu lalu memanggil salah satu rekannya yang masih belum bercinta dengan Denita. Penjahat keempat itu datang menghampiri Denita dengan membawa sebuah pompa ban. Denita mengenal penjahat itu sebagai penjahat yang mengendusi pantatnya di toilet sebelumnya. Penjahat lalu berlutut di depan kursi itu, tepat didepan pantat Denita. Kemudian Ia menelusup ke dalam rok gaun Denita dan menarik kedua bongkahan pantat pengantin wanita itu ke arah berlawanan sehingga terlihatlah lubang pantat yang tadinya ia cuci. Rupanya penjahat ini adalah penggemar pantat wanita, ia mulai meludahi pantat seksi itu dan memasukkan jari tengahnya kedalam anus Denita. Denita menjerit saat lubang pantatnya dimasuki benda yang tak dikenal itu, namun mulutnya disumpal dengan celana dalam putihnya yang ia pakai saat dijadikan pengantin. Pantat Denita yang seharusnya dipakai untuk mengeluarkan kotorannya sekarang dipakai untuk pemuas nafsu lelaki itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Perlahan lahan jari penjahat itu terbenam dalam lubang pantat Denita, penjahat itu dapat merasakan kehangatan dan kelembutan dalam lubang pantat Denita karena daging lubang pantat itu melingkari jari penjahat itu dengan pas seperti sebuah cincin. Penjahat itu lalu mengocok jarinya didalam anus Denita untuk membuka lubang pantat itu lebih lebar, sehingga Denita semakin tak berdaya, serasa ada tornado yang berputar dalam pantatnya, apalagi tubuhnya masih terhempas-hempas karena dientot oleh pemimpin para penjahat itu. Habis sudah Denita diperkosa dari depan dan belakang, Denita hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras karena ia tidak dapat menjerit karena mulutnya disumbat, namun ia merasakan sensasi yang luar biasa karena ia sedang bercinta dengan 2 lelaki sekaligus dengan menggunakan kedua lubang tubuhnya. Denita lalu mulai menikmati kocokan di anusnya itu, ia berharap kocokan itu tidak pernah berhenti.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Setelah cukup mengocok anus Denita sekitar 10 menit, penjahat itu mencabut jarinya dari pantat Denita sehingga lubang pantat Denita kini terbuka lebar sebesar lubang jari kelingking dan tidak bisa terkatup lagi, dari lubang pantat itu tercium bau tidak sedap. Denita terhenyak, ia sebenarnya masih ingin penjahat itu mengorek duburnya hingga puas, Denita sempat menggelengkan kepala saat penjahat itu mencabut jarinya dari pantat Denita. Bahkan kotoran Denita kembali muncrat sedikit saat jari itu tercabut dari pantatnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Penjahat itu lalu menggoda Denita sambil mengatakan bahwa Denita masih belum bisa menceboki pantatnya sendiri dengan baik, bahkan setelah menjadi seorang pengantin wanita. Ia lalu menawarkan untuk membersihkan pantat Denita. Denita yang sudah dilanda nafsu hanya mengangguk dengan segera, ia mengira penjahat itu akan membersihkan pantatnya dengan tissue, namun penjahat itu tersenyum dan segera menelusup lagi kedalam pantat Denita tanpa membawa tissue. Sadarlah Denita bahwa penjahat itu hendak menjilati duburnya. Denita menggeleng keras namun terlambat, penjahat itu menjulurkan lidahnya dan memasukkan lidahnya kedalam pantat Denita, penjahat mulai menjilati anus Denita, lidahnya dibenamkannya kedalam lubang pantat pengantin wanita itu sedalam mungkin untuk mencicipi nikmatnya anus Denita tanpa peduli bahwa Denita baru saja buang air besar, dan tidak menghiraukan aroma tidak sedap dari lubang pantat Denita. Denita merasa geli sekali saat pantatnya dicicipi seperti itu, lidah itu terasa seperti daging yang licin dan lunak memasuki pantatnya. Penjahat itu dengan senang hati menjilati lubang pantat Denita, bahkan ia juga menjilati kotoran Denita yang sedikit berlepotan setelah pantatnya dikocok tadi. Denita benar-benar tidak habis pikir, ada juga lelaki yang mau memakan kotoran wanita seperti itu. Namun penjahat itu malah semakin senang menjilati pantat Denita, seperti mimpi ia bisa menikmati pantat pengantin secantik Denita. Ia tidak keberatan walau harus memakan kotoran cewek cantik itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Setelah puas menikmati lezatnya pantat Denita, penjahat itu memasukkan pentil pompa ban itu ke dalam anus Denita. Penjahat itu lalu memompa pantat Denita agar penuh berisi angin. Denita melenguh saat ia merasa perut dan pantatnya sudah dipenuhi angin. Penjahat itu baru berhenti memompa Denita setelah mendengar suara kentut Denita yang pelan.<br />
Penjahat yang sedang memompa vagina Denita lalu berdiri mengangkat Denita yang masih memeluk lehernya dengan mudahnya sambil memegangi kedua bongkahan pantat Denita. Kuncian kaki Denita terlepas sehingga paha Denita terangkat membentuk huruf ‘M’, Denita tetap memeluk leher penjahat itu dengan erat agar ia tidak jatuh. Penjahat yang lainnya mengangkat rok gaun Denita keatas sehingga lubang pantat Denita terlihat jelas didepan mata penjahat keempat yang menggemari pantat wanita itu. Denita akhirnya juga kehilangan keperawanan pantatnya, setelah pantatnya disodomi oleh kemaluan penjahat itu dari belakang. Denita melenguh keras sekali saat penis besar itu memasuki anusnya. Saat pantat Denita dimasuki kemaluan penjahat itu, Denita langsung kentut karena tubuhnya sudah dipenuhi angin, sehingga penjahat itu semakin tergoda. Setiap kali kemaluan penjahat itu membentur lubang pantat Denita, Denita selalu kentut. Cairan kewanitaan Denita juga meluber ke lubang pantatnya sehingga memudahkan penis penjahat itu untuk memasuki anusnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Tono takjub melihat pemandangan itu, baru kali ini ia melihat adegan percintaan seperti itu. Seorang pengantin wanita yang cantik bagai seorang putri raja, gadis yang amat ia cintai kini sedang bercinta dengan 2 orang nista. Tubuh yang putih mulus itu kini terapit oleh 2 tubuh gelap dan perkasa. Tubuh yang seharusnya diberikan Denita kepadanya kelak kini sedang dinikmati oleh para lelaki bejat itu, dan bahkan Denita akan mengandung buah cintanya dengan para lelaki itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Suara tumbukan antara tubuh Denita dan para penjahat itu menggema di ruangan itu selain suara desahan Denita, suara kentut Denita setiap kali pantatnya bertumbukan dengan kemaluan penjahat itu, suara kepuasan kedua penjahat yang mendapat kepuasan di kewanitaan dan lubang pantat Denita, dan suara jepretan kamera yang mengabadikan adegan percintaan itu. Kini Denita malah melenguh sendiri dan menggoyang-goyangkan pantatnya walaupun para penjahat itu berhenti memompanya; sehingga para penjahat itu kadang-kadang membiarkan Denita bergoyang sendiri. Para penjahat itu selalu mengingatkan Denita bahwa ia sedang diperkosa, tetapi Denita tidak peduli lagi, ia hanya merasakan kenikmatan luar biasa yang ia rasakan dan kini ia tidak mau melepaskan rasa nikmat itu, ia malah terus bergoyang agar kedua penis itu mengocoknya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Melihat sikap Denita, para penjahat itu lalu memanggil Denita dengan kata-kata kotor, seperti Puteri para pelacur, Pengantin Binal, atau Pelacur Glamor karena Denita cantik dan mengenakan gaun pengantinnya sehingga tampak seperti wanita yang kaya dan terhormat. Kata-kata itu semakin membuat Denita bersemangat dalam bercinta dengan para penjahat itu sehingga para penjahat itu semakin senang pada pelayanan Denita. Tono masih tidak percaya saat melihat Denita, yang dulunya amat galak saat masih kecil kini rela menurut pada para penjahat itu dan mau diperlakukan seperti itu. Denita mulai merasakan pengaruh dari 2 gayung air yang ia minum saat mandi tadi, kini ia kebelet hendak kencing, namun vaginanya masih disumbat oleh kemaluan pemimpin para penjahat itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Tak lama kemudian, tubuh Denita bergetar dengan hebat, ia melengkungkan tubuhnya, memeluk leher penjahat itu dengan erat, dan melenguh keras sekali, kakinya menendang-nendang ke segala arah, akhirnya Denita mengalami orgasme pertama kalinya. Bahkan kedua penjahat itu harus memegangi tubuh Denita yang bergerak menggelepar-gelepar dengan liar itu. Tanpa ia sadari, Denita juga kencing saat orgasme sehingga air seninya membasahi tubuh kedua penjahat itu. Tono dan para penjahat itu takjub melihat air kencing Denita yang keluar dan tertimpa cahaya lampu yang remang-remang, sehingga tampak seperti air terjun kristal. Pemimpin para penjahat itu semakin terangsang melihat Denita yang kencing saat orgasme, ia lalu menyodok Denita lebih cepat dan ia mengeluarkan spermanya tak lama setelah Denita mengejang karena orgasme.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Setelah merasa semua spermanya telah dikeluarkan, penjahat tadi memberi isyarat pada temannya yang sedang menikmati kenikmatan anal seks dengan Denita. Penjahat yang menyodomi Denita langsung memegang paha Denita, mengangkat tubuh Denita sehingga penis temannya itu tercabut, Denita melingkarkan tangannya ke bahu penjahat itu agar tidak jatuh. Penjahat itu menggendong Denita berjalan ke sekeliling kamar itu dalam keadaan anus Denita dan penisnya masih menyatu dalam pantat Denita sambil memamerkan memek Denita yang dibanjiri sperma. Tono bisa melihat banyaknya sperma di kewanitaan Denita meluber keluar dari rahim Denita, dan menimbulkan bercak di stocking putih itu. Penjahat itu menggendong Denita kehadapan Tono dan menunjukkan penisnya yang bersatu dalam tubuh Denita di lubang pantat Denita.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Penjahat itu lalu mengocok memek Denita di hadapan Tono, sehingga Denita melenguh nikmat dan cairan cintanya disertai sperma pemimpin penjahat itu meleleh keluar dari celah vaginanya. Tono dipaksa berlutut oleh perempuan itu di depan selangkangan Denita, pembalut wanita bekas Denita dicabut dari mulut Tono, dan Tono lalu dipaksa menjilati memek Denita yang masih mengeluarkan sperma dan cairan cintanya. Tono lalu menjilati memek kekasihnya itu sesekali ia menghisap-hisap klitoris Denita untuk menghisap sperma dan cairan cinta di kewanitaan Denita dengan harapan untuk menurunkan kemungkinan Denita akan hamil dari bibit para penjahat itu. Penjahat itu juga terus mengocok kewanitaan Denita. Denita benar-benar terbang ke langit ketujuh, sensasi yang ia rasakan amat luar biasa, dimana memeknya kini sedang dikocok oleh penjahat itu sekaligus dijilati oleh kekasihnya, sementara pantatnya masih terasa sedikit sakit dan sesak karena dipenuhi oleh penis penjahat itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Beberapa saat kemudian, mata Denita melotot lebar saat ia hendak mencapai orgasmenya, namun penjahat itu segera menghentikan kocokannya dan menarik Denita sedikit menjauhi Tono sehingga jilatan Tono di memek Denita terhenti. Akibatnya Denita tidak jadi orgasme. Denita menoleh ke arah penjahat itu dengan wajah yang sayu dan nafas yang terengah-engah memohon orgasmenya sehingga tawa para penjahat itu meledak melihat tingkah Denita. Mulut Tono lalu kembali disumpal dengan pembalut wanita itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Penjahat itu lalu memberi Denita perintah untuk menggerakkan pantatnya sendiri yang masih dimasuki penis. Denita segera mematuhi perintah penjahat itu, pantatnya digoyang-goyangkan dan ia memompa penis itu dalam pantatnya sendiri. Denita masih sesekali kentut, dan Tono dipaksa mencium pantat Denita yang masih dimasuki penis itu. Denita sendiri merasa amat malu saat Tono menciumi penis penjahat itu dan pantatnya, namun ia terus menggerakkan pantatnya dihadapan Tono karena ia sudah tidak tahan dengan kenikmatan di lubang pantatnya itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Setelah merasa kentut Denita semakin pelan; penjahat itu berbaring, dan sekali lagi perempuan itu menyuruh para penjahat itu untuk segera mengangkat kedua tungkai kaki Denita setinggi mungkin dan tegak lurus. Denita tetap dientot oleh penjahat itu, dan akhirnya seluruh sisa sperma penjahat ketiga itu memasuki rahim Denita. Penjahat yang menyodomi Denita mengganti posisi bercintanya dengan menelungkupkan Denita sehingga Denita kini dientot dari belakang dengan gaya anjing. Denita pasrah ditunggangi oleh penjahat itu dari belakang; ia berusaha menahan perih sekaligus kenikmatan di pantatnya saat penis itu memasuki pantatnya dan ia kentut. Saat celana dalam yang menyumpal mulutnya dilepas, Denita kembali mendesah keras, ia bahkan menuruti perintah penjahat itu untuk menggonggong seperti anjing betina.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Kedua tungkai kaki Denita lalu ditarik kebelakang oleh teman-teman penjahat itu melewati pinggang pemerkosanya itu; Denita lalu dipaksa menyilangkan kedua mata kakinya agar dirinya menjepit pinggang penjahat itu sehingga Denita kini seperti sebuah ikat pinggang. Dalam posisi itulah Denita kembali mengejang hebat dan melenguh keras sekali. Cairan cintanya muncrat disertai air kencingnya membasahi ranjang dan sebagian rok gaunnya saat ia mengalami orgasme kedua kalinya. Penjahat itu makin terangsang melihat Denita yang kencing sambil mengenakan gaun pengantin putih itu. Penjahat itu membungkuk dan mendekatkan wajahnya ke leher Denita; dijilatinya leher Denita yang basah karena keringat setelah orgasme sambil terus menyodok anus Denita. Sekitar 15 menit kemudian, penjahat itu merasa telah mencapai puncak kenikmatan, ia langsung mengganti targetnya, penis itu dicabut dari anus Denita dan langsung ditanamkan ke kewanitaan Denita dan Denita mendesah keras saat kewanitaannya dibanjiri para calon bayinya yang lain. Kini Denita bahkan menaikkan kakinya sendiri untuk memberikan kesempatan bagi para calon bayi itu untuk dilahirkan olehnya ke dunia. Tentu saja para penjahat itu dengan sukarela membantu Denita dengan kembali mengangkat kedua tungkai kaki Denita tinggi-tinggi seperti yang mereka lakukan sebelumnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Setelah dibuahi, Denita menungging dan penjahat itu membenamkan wajahnya ke pantat Denita yang kini sudah tertutup rok gaunnya. Diendusnya pantat cewek itu; ia bisa merasakan kelembutan rok gaun Denita dan mencium bau wangi rok gaun cewek itu bercampur dengan bau amis sperma dan bau pesing air kencing Denita.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Sebagai acara penutup, penjahat itu menepuk pantat Denita dan menyuruh Denita untuk kentut dihadapan mereka. Denita yang masih menungging kelelahan tidak merespon perintah penjahat itu. Akibatnya, para penjahat itu amat marah dan menyeret Tono ke arah Denita. Rok Denita disingkapkan, dan wajah Tono dibenamkan diantara bongkahan pantat Denita dengan hidung Tono yang sengaja diposisikan tepat di lubang pantat Denita. Tono sempat melihat lubang pantat Denita yang kini terbuka menganga amat lebar sebesar ibu jari orang dewasa setelah disodomi oleh penjahat itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Denita lalu dipaksa kentut oleh mereka dengan hidung Tono yang membenam di lubang pantatnya. Denita diancam dengan sebilah belati yang ditempelkan di lehernya. Dengan berat hati, Denita mengumpulkan segenap tenaganya yang sudah terkuras untuk memenuhi perintah para penjahat itu, mengentuti wajah Tono.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Denita meringis sejenak dan PREET… Denita akhirnya kentut dengan keras. Air matanya kembali meleleh karena rasa perih di pantatnya dan juga perasaan amat malu terhadap Tono, yang kini menciumi aroma anusnya. Tanpa bisa ditahan, Denita langsung jatuh terbaring di ranjangnya dalam posisi terlungkup.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Penjahat terakhir membalikkan dan mengangkangkan tubuh Denita di ranjang itu, pinggul Denita diberi bantal untuk menaikkan posisi pinggulnya. Setelah merasa posisi Denita sudah tepat, kaki Denita diangkat tinggi dan dilebarkan membentuk huruf ‘V’, sehingga mereka semua dapat melihat paha indah yang dibalut stocking putih itu. Kedua kaki Denita dipegangi oleh penjahat-penjahat yang baru bersetubuh dengannya. Denita melihat ukuran penis penjahat ini paling kecil diantara teman-temannya, mungkin karena itulah ia mendapat giliran terakhir untuk bercinta dengan Denita, lagipula penjahat itu adalah yang paling muda diantara gerombolan itu, bahkan lebih muda dari Tono karena postur tubuhnya seperti anak SMP, lebih pendek dan kurus dibandingkan Denita. Denita sempat menanyakan usia penjahat itu; betapa terkejutnya ia saat mendengar jawaban penjahat itu: 13 tahun! lebih muda 7 tahun darinya. Denita sempat meragukan kemampuan seks anak itu; tentunya anak itu tidak sehebat keempat lelaki yang baru saja menggagahinya. Tono amat iri melihat anak itu, ia sudah bisa menikmati tubuh gadis dewasa seperti Denita padahal usianya masih amat muda.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Anak itu memasukkan kemaluannya ke kewanitaan Denita dan mulai memompa Denita kembali. </span><span lang="PT-BR">Denita lalu dipapah keatas, dan ia memeluk leher anak itu. Bibir Denita lalu dilumat oleh anak itu. Kini Denita malah membalas menciumi bibir anak itu dan menuangkan ludahnya kedalam mulut anak itu. </span><span lang="SV">Anak itu dengan senang hati mereguk ludah pengantin wanita cantik itu. Denita tidak melawan lagi saat pinggulnya kembali dipegang. Secara otomatis Denita menggerakkan pantatnya dan vaginanya langsung menelan penis anak itu sepenuhnya. Mungkin karena anak itu masih amat muda sehingga penisnya belum bisa ereksi sepenuhnya dan tentu saja penis anak itu lebih kecil dari penis pemimpin mereka, maka agak gampang baginya untuk menembusi vagina Denita yang sudah diperawani teman-temannya yang lain. Vagina Denita yang sudah tidak perawan itu memang terlihat seperti lubang menganga yang besar akibat dimasuki penis besar pemimpin penjahat itu, namun masih cukup untuk memuaskan hasrat anak itu untuk menikmati nikmatnya tubuh wanita.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Setelah puas mereguk ludah Denita, anak itu lalu mengemuti puting susu kanan Denita dan menghisapnya dengan kuat, sementara tangannya memegangi payudara kiri Denita dan menyodorkan payudara itu ke mulut Denita. Anak itu menyuruh Denita untuk menyusui dirinya sendiri. Denita hanya menuruti perintah anak itu tanpa membantah, dengan rakusnya ia menghisap puting susunya sendiri seperti bayi yang hendak meminum air susu ibunya. Mereka kemudian saling bertukaran mencicipi payudara Denita; anak itu menyusu di payudara kiri Denita dan Denita mencicipi payudara kanannya sendiri. Denita terlihat seperti ibu yang menyusui anaknya karena tubuh Denita yang lebih besar dari anak yang sedang disusuinya. Denita sendiri tidak percaya melihat kemampuan bercinta anak itu yang hampir setara dengan keempat temannya tadi; walaupun usianya masih amat muda dibandingkan Denita. Denita tentunya bukanlah wanita pertama yang bercinta dengan anak itu.<br />
Suara desahan Denita dan tumbukan tubuh mereka menggema di ruangan itu, payudara Denita kini berbekas lipstik merah mudanya sendiri. Denita sendiri sudah kesulitan mengatur nafasnya, ia sudah lelah setelah dikawini oleh empat laki-laki sebelumnya dan kini ia harus melayani nafsu penjahat yang kelima ini. Tak lama kemudian, anak itu mencengkeram pinggul Denita dan menyemburkan spermanya kedalam rahim Denita diikuti dengan teriakan Denita. Setelah menerima semburan sperma anak itu, pelukan Denita terlepas dari leher anak itu; Denita rebah ke ranjang, terlentang tak berdaya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Pemimpin para penjahat itu segera naik ke ranjang, dihampirinya tubuh pengantin wanita yang tak berdaya itu. Tampaknya ia berniat memperkosa Denita untuk ketiga kalinya malam itu. Penis raksasanya pun kembali membesar seperti saat ia belum bercinta dengan Denita. Tono dan para penjahat itu terkagum melihat keperkasaan pemimpin penjahat itu. Penjahat itu lalu duduk di ranjang, dengan mudahnya ia memapah tubuh Denita yang masih lemas itu dan didudukkannya Denita diatas penisnya seperti sebelumnya saat ia memperkosa Denita di kursi. Memek Denita langsung menelan kemaluan penjahat itu diikuti rintihan pelan Denita. Kedua kaki Denita ditarik melewati pinggang penjahat itu. Penjahat itu memegang pantat Denita dan mulai memompa kewanitaan Denita kembali. Tidak seperti tadi, kini Denita terbaring lemas, sementara penjahat itu mengentotinya. Denita hanya bisa mendesah pelan karena staminanya benar-benar habis.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Melihat Denita yang kelelahan, penjahat itu mengatur irama entotannya dengan perlahan-lahan. Penjahat itu tampaknya menguasai teknik seks yang hebat. Setelah dientot pelan selama 5 menit, lenguhan Denita semakin keras, matanya merem melek, dan lidahnya terjulur keluar merasakan kenikmatan di vaginanya. Liur Denita meluber keluar dari mulutnya. Penjahat itu senang sekali melihat ekspresi Denita yang kini tampak persis seperti pelacur. Penjahat itu meraih kepala Denita, tubuh Denita lalu diangkat sehingga payudara Denita terjepit diantara tubuhnya dan tubuh penjahat itu. Penjahat itu segera mencium bibir Denita dan menghisap ludah cewek itu, sehingga kini suara lenguhan itu teredam. Denita tetap dientot sambil berciuman. Denita dan penjahat itu tetap dalam posisi itu selama 15 menit. Akhirnya, penjahat itu menggeram, dan menyemburlah spermanya memenuhi rahim Denita sekali lagi. Penjahat itu mendesah puas dan mencabut kemaluannya dari kewanitaan Denita. Sekali lagi kedua tungkai kaki Denita diangkat setinggi mungkin dan tegak lurus untuk memastikan agar Denita dapat menjadi hamil dari perkawinannya itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Setelah memastikan bahwa rahim Denita telah menyerap seluruh calon bayi pemimpin mereka dan setelah mereka puas mengentoti Denita, dimulailah acara bukkakke sebagai acara penutup. Keempat penjahat laki-laki itu berlutut mengelilingi tubuh Denita yang tergeletak diatas ranjang. Mereka lalu mengocok kemaluan mereka dihadapan Denita. Sementara pemimpin para penjahat yang baru saja mendapat giliran memperkosa Denita kini melebarkan paha Denita selebar mungkin sehingga vagina Denita terpampang jelas. Mereka menekan kepala dan hidung Denita sehingga Denita tidak bisa bernafas, Denita terpaksa membuka mulutnya dan bernafas melalui mulutnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Karena sudah terangsang berat dari tadi, satu persatu penis para penjahat itu menyemburkan sperma hangat kental memenuhi mulut Denita sehingga meluber keluar melewati bibir Denita. Namun, Denita tampaknya tidak mau menelan sperma mereka. Salah satu dari penjahat itu membawa sebuah sedotan minuman. Mereka lalu mulai menyendoki sperma yang tertampung di rongga mulut Denita dengan sedotan itu. Sperma yang berhasil disedot mereka lalu dituangkan ke memek Denita melalui sedotan itu, sementara memek Denita dikocok-kocok agar menyerap sperma mereka. Mereka berharap Denita mau menelan sperma mereka saat menyadari bahwa sperma yang masih tertampung di mulutnya akan dipakai untuk menghamilinya. Namun, Denita sudah kelelahan untuk berontak dan ia bersikeras untuk tidak menelan sperma para penjahat itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Nyaris setengah dari sperma yang tertampung di mulut Denita telah dituangkan ke rahim Denita, namun tidak ada tanda-tanda bahwa Denita akan menelan sperma di mulutnya. Karena kesal melihat tingkah laku Denita, mereka kembali menekan hidung Denita dengan keras sehingga Denita sulit bernafas, apalagi dengan sperma yang masih tertampung di mulutnya membuatnya tidak dapat bernafas menggunakan mulutnya. Denita terpaksa menelan sperma para penjahat itu. Setelah menelan seluruh sperma para penjahat itu yang disuapkan padanya, Denita langsung tertidur kelelahan.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Tono merasa amat geram karena ia hanya bisa melihat Denita diperkosa dalam keadaan sedang mengenakan gaun pengantinnya dan Denita diperkosa di depan matanya, namun ia tidak bisa menolong Denita.<br />
Denita benar-benar berantakan setelah perkawinannya dengan kelima penjahat itu, kedua payudaranya yang telah penuh cupangan dan bekas lipstiknya mencuat keluar dari gaunnya yang dilorotkan oleh pimpinan penjahat itu. Rok gaunnya tersingkap hingga pusarnya sehingga kewanitaannya terlihat jelas. Di stocking putihnya sudah terdapat banyak bercak darah keperawanannya dan sperma para penjahat itu.<o:p></o:p></span><br />
Wajah Denita yang berlumuran sperma tampak sayu; lipstiknya sudah meluber ke sekitar bibirnya yang masih terengah-engah kelelahan Matanya terpejam dan sembab, kelopak matanya yang dirias pink kini berantakan karena air matanya. <span lang="SV">Mahkota bunganya sudah rusak dan riasan bunga itu bertaburan di sekitar ranjang tempat ia kini terbaring. Tudung kepalanya yang sudah kusut masih menempel di rambutnya yang kini acak-acakan.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Penjahat perempuan itu kembali mendapat ide dan ia lalu berdiskusi sebentar dengan para penjahat yang baru saja berhasil memperkosa Denita. Para penjahat itu setuju dengan ide perempuan itu. Mereka lalu mendekatkan wajah Tono ke kewanitaan Denita. Tono bisa melihat bibir kewanitaan Denita yang tadinya seperti dua buah garis lurus kini telah melengkung akibat perkawinannya dengan kelima pria bejat itu. Tono bisa mencium bau amis sperma di kewanitaan Denita yang tadinya sempat dibanjiri sperma. Penjahat yang melepas celana dalam Denita lalu memijat kewanitaan Denita didepan wajah Tono. Denita kembali mendesah penuh kenikmatan karena jari-jari penjahat itu memijat vaginanya dengan sempurna. Beberapa saat kemudian, Denita mendesah keras sekali, tubuhnya menikung keatas, dan kedua kaki dan tangannya menegang. Penjahat wanita itu segera mencabut pembalut wanita bekas Denita dari mulut Tono, dan menempelkan mulut Tono ke kewanitaan Denita. </span><span lang="PT-BR">Tono lalu merasa mulutnya dipenuhi cairan panas dari kewanitaan Denita. Tono lalu sadar bahwa cairan dalam mulutnya itu adalah air seni Denita. Tono tidak punya pilihan lain selain mereguk air seni Denita. Rupanya apabila Denita telah mencapai puncak orgasmenya, maka ia akan buang air kecil. Kini Tono bisa merasakan sendiri air terjun kristal yang tadi ia lihat, dan bau pesing cairan itu. Setelah Tono selesai meminum air seni Denita, mulutnya kembali disumpal dengan celana dalam Denita.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="PT-BR">Mereka lalu merapikan Denita kembali dan memakaikan celana dalam putih yang baru pada Denita. Tono lalu dibawa ke toilet dan diikat di kloset, Tono bisa mencium bau tidak sedap dari dalam toilet itu karena Denita baru saja buang air besar didalam toilet itu, dan bahkan di kloset itu masih ada bekas kotoran Denita yang belum dibilas. Para penjahat itu lalu kembali ke kamar untuk menikmati indahnya bulan madu bersama pengantin mereka yang sedang terlelap sambil dijaga oleh teman perempuan mereka.<o:p></o:p></span><br />
TAMAT<br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-40011424452473612722011-03-13T09:14:00.001+07:002011-03-13T09:14:07.197+07:00Pemerkosaan Menjadi Kenikmatan<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDemangan.Net%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.ilad
{mso-style-name:il_ad;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
<span lang="SV">Hai, perkenalkan namaku Erina. Usiaku sekarang 18 tahun. Teman-temanku sering memuji wajahku <span class="ilad">yang</span> bulat dan manis dengan rambutku yang hitam sebahu yang menurut <span class="ilad">mereka</span> amat serasi dengan bentuk wajahku. Tubuhku yang mungil dengan tinggi 152 cm, memberi kesan imut yang sering <span class="ilad">menjadi</span> daya tarik tersendiri bagi teman-temanku. Aku merupakan seorang mahasiswi keturunan Chinese dari Medan yang bisa tergolong sebagai pendatang <span class="ilad">baru</span> di <span class="ilad">Jakarta</span>. Aku merantau ke Jakarta sendirian untuk melanjutkan pendidikanku di sebuah universitas swasta di Jakarta Barat. Sehari-harinya aku bekerja sebagai <span class="ilad">guru</span> les privat yang mengajar anak-anak sekolah yang pada umumnya adalah anak-anak SMP atau SD. Aku melakukan ini untuk membiayai uang kuliah dan segala keperluanku. Maklumlah, sebagai pendatang baru di kota besar seperti Jakarta, aku harus bisa membiayai segala keperluanku sendiri. Apalagi keluargaku yang berasal dari daerah juga bukan tergolong keluarga yang cukup mampu untuk membiayaiku, maka aku memutuskan untuk mandiri sendiri di perantauanku.<a name='more'></a><o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Suatu hari, aku mendapat panggilan dari sebuah keluarga yang ingin agar aku mengajar les anak tunggal mereka. Mereka menawarkan gaji yang bagiku amat tinggi dan kurasa cukup untuk membiayai kehidupanku di Jakarta. Tanpa pikir panjang lagi, segera kuterima tawaran keluarga itu, dan kami setuju bahwa aku akan mulai mengajar anak mereka besok sore harinya sepulang kuliah.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Esok harinya, aku pun datang untuk mulai mengajar murid baruku itu. Sesampainya di <span class="ilad">rumah</span> itu, aku tertegun melihat arsitektur rumah itu yang seperti sebuah istana yang dilengkapi <span class="ilad">taman</span> hijau dan dikelilingi pagar terali yang tinggi. Dibandingkan dengan rumahku di daerah yang hanya ¼ luas rumah itu, apalagi tempat kosku yang kecil dan sumpek, tentu saja memiliki rumah seperti ini sudah menjadi impianku sejak kecil.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">DING-DONG!! Kutekan bel pintu di sebelah pagar rumah itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Siapa?” terdengar suara wanita di Interkom yang terletak di samping bel pintu itu.<br />
“Saya Erina, guru les privat anak anda yang baru!” jawabku<br />
“Oh, Erina! Ayo, silakan masuk!”<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Tiba-tiba, gerbang terali rumah itu terbuka. Aku pun segera masuk kedalam. Pintu garasi itu terbuka dan keluarlah seorang wanita paruh baya, usianya sekitar 40-an tahun. Dari penampilannya yang necis seperti seorang business-woman, sudah jelas bahwa ia adalah pemilik rumah ini. Wanita itu segera menyambut kedatanganku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Halo, Erina! Bagaimana kabarnya?”<br />
“Baik-baik saja bu. Anda Bu Diana? Ibu Rendy?” tanyaku dengan sopan.<br />
“Ya, betul! Ayo masuk, kita bicara didalam!” ujarnya mempersilahkanku masuk<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Sambil menuju ke ruang tamu, kami berbincang-bincang sejenak. Dari situ aku tahu bahwa bu Diana adalah pemilik Bridal Studio ternama di Jakarta sekaligus seorang desainer gaun pengantin yang sering pergi ke luar negeri untuk melihat pameran-pameran di luar negeri. Bahkan, di rumahnya banyak terpajang piala penghargaan bagi desainer di pameran luar negeri. Sementara suaminya adalah kepala cabang sebuah <span class="ilad">bank</span> multinasional yang saat ini tinggal di Jerman. Maka ia hanya tinggal berdua saja dengan anaknya di rumah itu. Seringkali anaknya dititipkan ke kerabatnya apabila bu Diana hendak pergi ke luar negeri.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Aku pun dipersilahkan untuk menunggu di ruang tamu sementara bu Diana mengambilkan minuman untukku. Aku hanya terpaku melihat hiasan-hiasan indah di rumah itu. Rasa-rasanya, <span class="ilad">harga</span> salah satu hiasan patung ataupun lukisan itu cukup untuk membiayai uang kuliahku untuk satu <span class="ilad">semester</span>.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Hayo, kok malah melamun?” aku dikagetkan oleh suara bu Diana yang segera menyajikan segelas es sirop untukku.<br />
“Eh… tidak… maaf, Bu!” aku tergagap salah tingkah, namun bu Diana hanya tersenyum melihatku. Bu Diana segera duduk di sofa ruang tamu didepanku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Nah, Erina. Kamu akan mengajar Rendy mulai hari ini. Ibu harap kamu bisa memperbaiki nilai-nilainya di sekolah.”<br />
“Baik bu. Saya akan berusaha sebaik mungkin.”<br />
“Saya senang melihat semangatmu. Tapi apa kamu tahan menghadapi anak-anak nakal?”<br />
“Memangnya ada apa, bu?” tanyaku penasaran<br />
“Rendy sekarang duduk di kelas 2 SMP, usianya tahun ini 14 tahun. Kamu tahu, itu masa yang rawan bagi anak remaja. Nilai Rendy terus menurun, ia lebih sering menghabiskan waktunya buat bermain atau menonton di kamarnya.” Bu Diana tampak menghela napas.<br />
“Tenang saja, bu. Saya akan berusaha untuk membuatnya belajar. Saya yakin, nilai Rendy pasti akan segera membaik.”<br />
“Bagus. Kinerjamu akan dinilai lewat nilai-nilai ujian semester mereka Juni ini.”<br />
“Berarti, 5 bulan dari sekarang?”<br />
“Benar. Tunggu sebentar ya, Erina? Ibu akan memanggil Rendy dulu.”<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Aku mengangguk menyetujui. Bu Diana lalu beranjak pergi ke lantai atas. Tak lama kemudian, Bu Diana turun beserta seorang anak laki-laki. Wajah anak itu cukup tampan, menurutku. Tubuhnya juga tampak besar untuk anak seusianya, bahkan lebih tinggi dariku. Tapi mukanya tampak masam saat melihatku yang duduk dihadapannya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Ayo, beri salam ke Kak Erina! Mulai hari ini dia yang akan menjadi guru privatmu!”<br />
“Rendy.” Anak itu tampak acuh dan menyodorkan tangannya untuk bersalaman denganku.<br />
“Erina, salam kenal!” Aku berusaha tersenyum sambil membalas uluran tangannya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Baiklah, ayo antar kak Erina ke kamarmu dan mulai belajar!” perintah bu Diana, yang hanya dijawab oleh gerutuan dari Rendy. Aku tersenyum dan mengikuti Rendy ke kamarnya. Sejak hari itu, aku mulai mengajari Rendy sebagai guru privatnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Hari demi hari berlalu. Tidak terasa, sudah 3 bulan berlalu sejak hari itu. Tiap hari Senin hingga Jumat sore, aku terus mengajari Rendy sebagai guru privatnya secara rutin. Lama-lama aku pun semakin mengenal Rendy. Rendy sering bergaul dengan teman-temannya, namun sayangnya Rendy salah memilih pergaulan. Ia bergaul dengan anak-anak nakal di sekolahnya. Aku pernah melihat teman-temannya yang nakal itu, mereka selalu saja mengajak Rendy untuk membolos saat aku mengajar, yang seringkali dituruti olehnya, belum lagi sikap mereka yang menurutku tidak sopan maupun cara mereka bergaul yang lebih condong ke arah pergaulan bebas.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Aku selalu bersabar mengajari Rendy, tapi anak itu benar-benar bandel. Setiap kali aku mengajarinya, ia hanya mengacuhkanku ataupun bengong melamun. Semua tugas yang kuminta untuk dikerjakan tidak pernah disentuhnya sama sekali. Parahnya lagi, tidak jarang kulihat kepingan DVD porno yang disembunyikannya di bawah kasurnya. Aku tidak pernah menghiraukan hal itu, karena tugasku di sini adalah untuk mengajarinya bahan pelajaran, bukan untuk menceramahinya. Mungkin karena pengaruh DVD itu dan pergaulannya, dia juga sering menggodaku untuk menjadi pacarnya. Aku memang masih <span class="ilad">single</span>, tapi pacaran dengan anak dibawah umur? Tak pernah sama sekali terlintas di benakku untuk melakukan hal itu, apalagi Rendy adalah muridku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Sering aku nyaris kehilangan kesabaran karena ulah Rendy, namun aku selalu teringat akan janjiku pada bu Diana untuk memperbaiki nilai Rendy dan mengingat biaya yang dikeluarkan bu Diana untuk membayarku, sudah cukup untuk membuatku selalu tegar menghadapi kebandelan Rendy.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Namun seberapapun aku berusaha menahan kesabaranku, rupanya kesabaran bu Diana mulai habis. Suatu hari, ia memanggilku saat aku mengajar Rendy.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Erina, saya pikir kamu sudah tahu kalau nilai Rendy selama ini sama sekali tidak membaik.” Ujarnya agak keras<br />
“Maaf, bu. Saya sudah berusaha, tapi Rendy…”<br />
“Saya tidak mau mendengar alasan, Erina. Kamu tahu berapa gajimu setiap bulan bukan? Saya berharap pengeluaran itu setimpal dengan hasil yang kamu berikan. Tapi kalau begini hasilnya, saya benar-benar kecewa…” ujarnya dengan nada agak ketus<br />
“Tapi…”<br />
“Begini saja. Saya akan tetap berpegang pada janji saya untuk menilaimu lewat hasil Rendy pada semester ini. Kalau nilainya masih juga belum membaik, saya terpaksa mencari pembimbing yang lebih mampu.”<br />
“Tapi bu…” aku berusaha memberi argumen dengan Bu Diana.<br />
“Sudahlah Erina, saya harus pergi ke studio sekarang! Saya harap, kamu bisa memperbaiki nilai Rendy secepat mungkin!” tegas bu Diana sambil berlalu pergi keluar dari rumahnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Kata-kata bu Diana benar-benar membuatku mulai patah arang. Bagaimana cara menggerakkan anak sebandel itu untuk belajar? Yang kutahu ia hanya tertarik dengan game PlayStation dan koleksi film miliknya, baginya memegang buku pelajaran pasti lebih susah daripada berenang melintasi samudra! Rasa putus asa menyelimutiku saat aku membayangkan bagaimana membiayai kuliahku apabila bu Diana meberhentikanku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Dengan lesu, aku kembali ke kamar Rendy untuk mengajar. Namun, sesampainya di kamar, aku melihatnya tertawa terbahak-bahak saat aku memasuki kamarnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Apa yang lucu?!” ketusku dengan muka masam.<br />
“Mau dipecat ya, Kak? Kasihaan deeeh!” ejeknya sambil tertawa.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Mendengar ejekan Rendy sudah lebih dari cukup untuk membuat amarahku yang sudah lama terpendam, meledak seketika.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Kamu maunya apa sih?! Kakak sudah memberimu penjelasan dan latihan-latihan, tapi sama sekali tak digubris!! Bagaimana nilaimu bisa bagus kalau kamu tidak pernah belajar!! Setiap hari yang kamu tahu cuma main game atau bengong saja!!” bentakku pada Rendy. Aku benar-benar merasa marah dan dipermainkan oleh anak itu. Tapi Rendy hanya tersenyum mendengar bentakanku itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Oke deh, kalau Kakak maunya begitu. Rendy akan minta Mami untuk mencari guru baru. Kakak cari saja murid yang mau menurut!!” Ujarnya dengan sombong.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Seketika itu juga aku ambruk ke lantai, air mataku menetes karena putus asa. Aku sudah harus membayar biaya kuliahku bulan depan yang rencananya akan kubayar dengan gajiku bulan ini. Apabila aku diberhentikan sekarang, bagaimana caraku untuk membayar uang itu? Tidak mungkin meminta kiriman uang dari keluargaku, aku tidak memiliki kerabat di Jakarta dan lagipula mana mungkin teman-temanku mau meminjamkan uang untuk mahasiswi miskin sepertiku ini? Sebenarnya banyak mahasiswa yang tertarik padaku dan mau menjadi pacarku. Bisa saja aku meminjam uang dari mereka, namun aku tak mau kalau harus berhutang budi pada mereka, bisa saja itu menjadi alasan mereka untuk memaksaku menjadi pacar mereka.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Pikiran bahwa aku harus berhenti kuliah membuatku galau dan putus asa. Aku pun menangis terisak di hadapan Rendy.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Waah, malah nangis… Dasar cengeng!” ejek Rendy saat melihatku menangis, namun itu tidak menghentikan isak tangisku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Oke, oke. Aku mau belajar, tapi kakak harus menuruti permintaanku, Oke?!” Rendy mulai membujukku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“A…apa yang kamu mau?!” jawabku sambil terisak.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Pertama, kakak berdiri dulu ya?” Rendy memegang tanganku dan membantuku berdiri. Aku pun segera beranjak bangun. Kulihat mata Rendy tampak menggerayangi lekuk tubuhku. Ia lalu berjalan berputar-putar mengelilingiku. Aku pun mulai risau melihat gelagat anak itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Sudah! Jangan putar-putar melulu! Kepala kakak pusing tahu!! Kamu maunya apa sih?!” bentakku tidak sabaran.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Kak, Rendy penasaran deh…” ungkap Rendy.<br />
“Apanya?!”<br />
“Kakak itu cewek kan?”<br />
“Lalu kenapa? Bukannya sudah jelas kan?!” jawabku kesal.<br />
“Kalau begitu, kakak punya memek juga doong…” balas Rendy dengan nada mengejek.<br />
“Rendy penasaran nih… Memek kakak mirip nggak ya, dengan memek cewek-cewek yang sering kulihat di film-film porno?” sambungnya dengan santai.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Oh, astaga! Bagai tersambar petir, aku benar-benar marah mendengar ucapan Rendy itu. Moral anak ini benar-benar sudah hancur sama sekali!! Bagaimana bisa dia menanyakan hal seperti itu didepan seorang gadis dengan santainya? Anak ini benar-benar sudah kelewat batas!<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">PLAAK… Tanpa sadar kutampar pipi kiri Rendy hingga anak itu terjatuh ke lantai. Rendy pun merintih kesakitan.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Aduh, sakiit…” rintihnya pelan.<br />
Ya ampun! Apa yang telah kulakukan? Sesaat aku sontak tersadar, namun sudah terlambat. Tamparanku sudah keburu mendarat di pipi Rendy. Melihat Rendy yang terjatuh, aku pun merasa semakin panik. Segera kuhampiri Rendy yang masih merintih di lantai.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Rendy, Rendy! Kamu nggak apa-apa kan?! Maaf ya, kakak tak sengaja. Maaf…” tanyaku cemas.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Aku berusaha menggenggam tangan Rendy, namun ia segera menepis tanganku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Pergi sana! Rendy akan laporkan kakak ke Mami!! Biar nanti kakak dituntut ke polisi!!” teriaknya.<br />
“Rendy… Kakak minta maaf ya? Kakak benar-benar tak sengaja…” aku benar-benar panik mendengar ancaman Rendy, yang sangat mungkin menjadi kenyataan mengingat keluarganya yang cukup terpandang.<br />
“Nggak mau! Pergi sana!! Tunggu saja sampai Mami pulang, Kakak pasti kulaporkan!” ancam Rendy sekali lagi. Rendy segera beranjak, hendak keluar dari kamarnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Aku benar-benar putus asa dan kebingungan. Masalah yang datang menghampiriku silih berganti. Bagaimana ini? Sebelumnya, ancaman pemecatanku sudah diambang mata dan sekarang malah aku terancam dituntut oleh keluarga kaya ini. Pikiranku pun mulai buntu dan tanpa pikir panjang lagi, kutarik tangan Rendy untuk mencegahnya keluar kamar.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Tunggu Rendy!! Kakak akan menuruti permintaan Rendy! Apapun! Tapi tolong jangan laporkan kakak ke bu Diana!” bujukku pada Rendy.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Langkah kaki Rendy terhenti sebentar. Rendy lalu melirik melihatku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Benar nih? Kakak nggak bohong kan?” tanyanya tidak percaya.<br />
“Iya, iya! Kakak janji! Tapi cuma sekali ini saja ya!” jawabku putus asa.<br />
“Oke deh kalau begitu. Rendy mau lihat memek kakak sekarang.” </span><span lang="PT-BR">Perintahnya padaku.<br />
“Tapi cuma lihat saja ya! Jangan macam-macam!”<br />
“Iya, deeh…” jawab Rendy puas.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="PT-BR">Aku lalu berdiri didepan Rendy, perlahan-lahan kunaikkan rok putihku yang selutut dihadapan anak itu. hingga akhirnya rokku mencapai pinggul, menampakkan pahaku dan celana dalam pink berendaku dengan jelas. Rendy tampak takjub saat melihat celana dalamku yang masih menutupi selangkanganku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Tunggu Kak! Jangan bergerak dulu!” perintah Rendy mendadak. Aku pun tak punya pilihan lain selain memamerkan celana dalamku dihadapan Rendy.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Perasaanku campur aduk saat melihat mata Rendy yang tampak berbinar-binar takjub melihat celana dalamku. Aku pun bisa mendengarnya menelan ludah. Pasti ini pengalaman pertamanya melihat celana dalam seorang gadis yang asli. </span><span lang="PT-BR">Kurasa selama ini dia hanya melihat celana dalam wanita lewat film pornonya saja.<br />
Ia tampak gugup sekaligus senang melihat celana dalamku. Sementara jantungku berdegup kencang sekali saat mengingat seorang anak kecil sedang mengamati celana dalamku dengan seksama. </span><span lang="SV">Wajahku sekarang pasti sudah lebih merah dari buah tomat yang matang karena malu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Rendy menoleh sejenak ke belakang sambil menghela nafas. Kurasa ia juga amat gugup karena dari tadi mengamati celana dalamku tepat didepan wajahnya. Tapi, ia segera kembali menoleh melihat celana dalamku dan kali ini kulihat sorot matanya yang secara khusus mengamati bayangan vaginaku dibalik celana dalamku. Sorot matanya yang mengamati dengan seksama memberiku sensasi yang aneh. Belum pernah kulihat sorot matanya seserius itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Semakin lama, kepalanya semakin maju hingga memasuki rokku dan tampaknya ia benar-benar menikmati saat mengamati celana dalamku. Aku dapat merasakan dengan sangat jelas detak jantungku yang berdegup semakin kencang. Aku merasa bingung mengapa jantungku bisa berdetak sekencang itu hanya karena Rendy sedang mengamati celana dalamku? Aduuh… andai saja aku tidak menamparnya tadi, sesalku dalam hati.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Rendy, sudah ya… Kakak sudah capek nih…” bujukku pada Rendy.<br />
“Belum kak. Kakak masih belum menepati janji kakak!” protesnya padaku.<br />
“Apa lagi, sih, Rendy?!”<br />
“Aku mau melihat memek kakak! Bukannya tadi kakak berjanji untuk menuruti keinginanku? Ayo, buka celana dalamnya dong kak!” pintanya padaku.<br />
“Tapi… tapi…” aku berusaha mencari alasan untuk menolak permintaan Rendy, namun pikiranku buntu sama sekali. Memang benar tadi Rendy sempat berkata bahwa ia ingin melihat kewanitaanku. Tapi bagaimanapun, aku merasa amat keberatan kalau seorang anak kecil melihat vaginaku yang selalu kujaga baik-baik untuk suamiku di masa depan.<br />
“Ayo, kak! Kalau tidak aku akan melaporkan kakak ke Mami lho!!” ancamnya sekali lagi. Aku sadar, aku tidak mungkin meloloskan diri dari permintaan Rendy.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="PT-BR">“Iya deh! Tapi cuma sebentar saja ya!” gerutuku. </span><span lang="SV">Saat mendengar kata ‘melapor ke Mami’, aku sudah kalah telak tanpa bisa membantah atau menolak permintaan anak ini.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Oke deh!!” serunya dengan riang setelah mendapat izin dariku. Tanpa menunggu lama, ia segera melorotkan kedua sisi celana dalamku dan menurunkan celana dalamku hingga celana dalamku tergulung di pahaku. Sekarang, tanpa pelindung apapun, kewanitaanku terpampang jelas dihadapan Rendy yang kini mengalihkan perhatiannya ke vaginaku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Pikiran dalam hatiku berkecamuk. Apa yang sebenarnya kulakukan? Bukankah bu Diana membayarku untuk mengajar les privat anaknya? Namun kenyataannya sekarang, celana dalamku sudah ditarik turun oleh muridku sendiri yang kini sedang sibuk mengamati kewanitaanku. Kalau bu Diana mengetahui hal ini, aku tidak tahu apa yang akan dilakukannya padaku. Paling tidak aku agak beruntung karena bu Diana tidak berada di rumah saat ini, jadi aku tidak perlu khawatir akan kepergok olehnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Waah, beda sekali dengan memek cewek-cewek di film porno. Memek kakak bersih ya! Nggak ada rambut-rambutnya!” puji Rendy padaku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Tentu saja! Aku paling menjaga dan merawat daerah kewanitaanku sebaik mungkin. Aku selalu teratur membersihkan vaginaku dan mencukur rambut kemaluanku. Mana mungkin vaginaku disamakan dengan vagina para perempuan di video porno yang pasti tidak dirawat dengan teratur! </span>Pikirku kesal.<br />
“Hei, Rendy. Sudah cukup ya?” pintaku pada Rendy.<br />
<span lang="SV">“Sebentar lagi, ya. Kak!”<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Ampuun! Aku benar-benar terjebak! Memamerkan kewanitaanku didepan anak SMP sudah lebih dari cukup untuk membuatku malu seumur hidup! Aku tak berani membayangkan kalau ada orang yang melihat hal ini. Badanku terasa panas dan keringatku mulai mengucur deras hanya karena kewanitaanku diamati oleh Rendy. Apalagi mengingat kalau aku seharusnya mengajarinya dalam pelajaran, bukan malah memberinya tontonan yang tidak pantas seperti ini.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Waah… kok memek kakak makin lama makin basah sih?!” </span>tanya Rendy tiba-tiba.<br />
“Ah… Eh?!” mendadak aku tersadar dari lamunanku, saat itulah aku baru menyadari kalau jari telunjuk Rendy sudah menyentuh bibir vaginaku. Ujung jari Rendy sudah mulai masuk sedikit kedalam liang vaginaku dan mulai menggosok-gosok bibir vaginaku yang sudah basah karena luapan cairan cintaku tanpa sadar.<br />
<span lang="SV">“AAH!!! Hei!! Hentikan, Rendy!!!” aku benar-benar panik melihat jari Rendy di vaginaku itu. Aku takut kalau keperawananku malah terenggut oleh jari-jari Rendy. Namun Rendy tidak berhenti.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Rendy! Sudah cukup, hei!! Bukannya kamu berjanji hanya melihat saja?!” protesku pada Rendy.<br />
“Aargh! Berisik! Diam saja! Kalau tidak, kutusukkan jariku kedalam memek kakak dalam-dalam, mengerti?!” bentak Rendy padaku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Aku benar-benar takut. Rendy memang memegang kendali saat ini, apalagi dengan jarinya yang masih sibuk memainkan bibir vaginaku, mudah saja baginya untuk memperawaniku dengan jarinya. Aku berpikir daripada aku diperawani jari-jari Rendy, mungkin lebih baik kalau aku menuruti kemauannya. Aku kembali menangis terisak, namun Rendy tidak menghiraukan tangisanku, ia malah menggosok-gosokkan jarinya di sela vaginaku dengan pelan. Saat itulah aku tersentak sesaat merasakan kenikmatan gosokan jari Rendy di vaginaku. Jujur saja, ini merupakan pengalaman pertama bagiku merasakan kenikmatan seperti itu karena aku tidak pernah beronani sebelumnya. Aku pun merasa tenagaku untuk berontak lenyap seketika.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Ah… ohh… aakh…” tanpa sadar, aku mendesah nikmat karena gosokan jari Rendy.<br />
“Ada apa, Kak?!” tanya Rendy padaku.<br />
“Aahh… hentikan… Rendy… jangan… auuch…” Suaraku sudah mulai bercampur dengan lenguhanku.<br />
“Lho, kok kakak mau berhenti? Bukannya rasanya enak Kak?” balasnya setengah mengejek.<br />
“Eegh… itu… itu…” tanpa sadar, aku pun melepaskan rokku yang dari tadi kupegang, tapi Rendy segera menyibakkan rokku kembali. Rendy terus mengamati wajahku untuk melihat reaksiku, aku berusaha tidak menatap wajahnya, walaupun sesekali dapat kulihat ia tersenyum dengan reaksiku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Badanku terasa limbung ke belakang, tempat meja belajar Rendy berada. Aku pun menyandarkan diri di meja belajar itu dan kedua tanganku memegang bibir meja itu agar aku tidak jatuh. Rendy sekarang memegangi rokku dan menekannya di perutku, sehingga rokku tersibak dan vaginaku terpampang semakin jelas.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Nah, kita mulai sekarang ya, Kak?” ujarnya padaku dan ia mulai mempercepat gosokannya di bibir dan celah-celah vaginaku. Aku pun tidak lagi menolak. Lagipula, aku tidak ingin Rendy menghentikan aktivitasnya saat ini, aku sudah terlanjur dikuasai kenikmatan yang melanda tubuhku<br />
“Ouchhh… aahh… aahhh…” desahku menahan kenikmatan di vaginaku, akal sehatku sudah lenyap dan aku sepenuhnya dikuasai oleh kenikmatan di kewanitaanku. Entah mengapa, fakta bahwa yang mengocok vaginaku adalah muridku sendiri yang masih SMP malah membuatku semakin bernafsu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Aduuh… aw… aw… aww…” rintihan-rintihan kenikmatan keluar dari mulutku setelah 3 menit berlalu sejak bibir kewanitaanku dilayani oleh jari-jari Rendy. Aku pun sudah tidak tahan lagi, aku merasa akan segera mencapai orgasmeku untuk pertama kalinya. Namun, tiba-tiba terdengar suara decitan mobil di halaman rumah. Bu Diana telah pulang! Aku dan Rendy segera menghentikan aktifitas kami, dan aku segera merapikan celana dalam dan rokku kembali. Kami lalu bergegas kembali ke meja belajar untuk melanjutkan les. Walaupun aku merasa agak kecewa karena nyaris saja mencapai orgasme, namun aku tetap melanjutkan mengajari Rendy walaupun suasana hatiku amat galau saat itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Akhirnya aku pun selesai mengajar Rendy hari itu. tapi harus kuakui, Rendy tampak lebih bersemangat menyimak penjelasanku sehabis kejadian itu. Hanya saja aku tampak kacau karena banyak hal yang terjadi hari itu. Tapi bagaimanapun aku juga masih bersyukur karena selaput daraku tidak sampai robek akibat ulah Rendy tadi. Sebelum pulang, Rendy sempat meminjam Handphoneku. Alasannya, ia mau mengirimkan lagu-lagu baru untukku, aku pun hanya mengiyakan saja permintaan Rendy itu. Setelah Rendy mengembalikan Handphoneku, aku pun segera pamit kepada bu Diana dan kemudian pulang ke tempat kosku. Aku berharap semua kejadian hari ini hanyalah mimpi buruk semata.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Esok harinya, aku pun terbangun dalam keadaan galau. Semalaman aku mencoba tidur, namun di kepalaku selalu terbayang kejadian kemarin sore di rumah bu Diana. Akibatnya, bisa ditebak, aku benar-benar merasa amat letih dan lesu.<br />
Aku pun mencoba menyetel lagu yang kemarin diberikan Rendy padaku untuk mempercerah suasana. Aku lalu membuka handphoneku untuk mendengarkan lagu. Tapi aku tidak menemukan satupun file musik baru di handphoneku, malahan, lagu-lagu koleksiku banyak yang terhapus. Penasaran, aku pun memeriksa isi handphoneku. Sekarang, di bagian video, malah ada sebuah video yang berukuran ekstra besar. Penasaran dengan video di handphoneku, aku pun mulai memutar video itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Astaga! Aku benar-benar terkejut setengah mati saat melihat diriku yang sedang memamerkan celana dalam di hadapan Rendy terekam di video itu dan bagaimana Rendy memainkan jari-jarinya di vaginaku juga terlihat dengan amat jelas dari arah samping. Saat itulah aku baru ingat bahwa saat aku memamerkan selangkanganku, sebuah handycam milik Rendy tergeletak di ranjangnya yang ada disamping meja belajarnya. Berarti, Rendy secara diam-diam berhasil merekam adegan mesumku!<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Tidak terbayang bagaimana perasaanku saat itu. Rasa letih dan lesu yang menyerangku dari pagi kini ditambah dengan perasaan cemas dan takut kalau video itu disebarluaskan, apalagi wajahku tampak jelas di video itu. Aku bingung, apa yang harus kulakukan? Bagaimana apabila video itu sudah disebarluaskan? Aku pasti diberhentikan dari universitas. Parahnya lagi, aku pasti akan dianggap sebagai perempuan rendahan oleh masyarakat. Bagaimana caraku menjelaskan pada keluargaku tentang video itu?<br />
Bayangan-bayangan itu terus berkecamuk didalam pikiranku selama seharian penuh. Walaupun begitu, sore harinya aku kembali berangkat menuju rumah bu Diana untuk mengajari Rendy.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Saat aku datang, bu Diana masih belum pulang karena harus menyelesaikan proyek di studionya. Aku pun segera menemui Rendy untuk menyelesaikan masalah ini. Kebetulan, Rendy yang membukakan pintu untukku. Seolah ia sudah lama menunggu kedatanganku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Halo, Kak Erina. Bagaimana, video klip lagunya bagus tidak?” tanyanya dengan nada mengejek.<br />
“Rendy, kenapa kamu sejahat itu dengan kakak?! Buat apa kamu merekam video beginian sih?! Belum cukup kamu mempermainkan kakak kemarin?!!” jawabku dengan perasaan kesal bercampur cemas.<br />
“Waah, kenapa Rendy dibilang mempermainkan kakak? Bukannya kemarin kakak terlihat nyaman saat aku layani?” Mata Rendy tampak semakin merendahkanku.<br />
“Sudahlah! Mana videonya? Cepat berikan ke kakak!!” perintahku.<br />
“Tenang saja kak, videonya Rendy simpan dengan baik kok. Jadi kakak tenang saja!”<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Aku mengepalkan tanganku, menahan berbagai macam emosi yang bergejolak didalam hatiku. Nyaris aku kembali menangis karena rasa cemas yang semakin kuat mencengkeram diriku, namun aku berusaha mengendalikan diri. Aku sadar aku tidak bisa mengambil jalan kekerasan untuk menghadapi Rendy, karena malah akan membuat masalahku tambah runyam.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Oh iya, Rendy juga belum memperlihatkan videonya ke orang lain. Waah, sayang sekali ya kak? Padahal videonya bagus kan?” lanjutnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Mendengar pernyataan Rendy itu, aku merasa melihat secercah cahaya dan harapanku sedikit pulih. Namun masih saja aku merasa tegang dan cemas. Aku pun berusaha membujuk Rendy untuk menyerahkan video itu padaku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Rendy, kakak mohon… berikan video itu ke kakak, ya? Tolong jangan sakiti kakak lagi…” aku memohon meminta belas kasihan pada Rendy.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Hmm… kalau begitu, kakak harus mau menuruti perintahku lagi, aku berjanji akan memberikan videonya ke kakak.”<br />
“Kakak mohon, Rendy… Jangan lagi…” air mataku kembali mengucur saat mendengar syarat yang diajukan Rendy. Berarti aku harus kembali merendahkan diriku dihadapannya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Kakak mau atau tidak?! Kalau tidak, ya sudah! Kakak bisa melihat videonya di internet besok pagi.” Ketusnya tanpa menghiraukan perasaanku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Aku pun tidak punya pilihan lain, selain menuruti kemauan Rendy. Tampaknya percuma saja aku berusaha meminta belas kasihan anak ini. Yang ada di pikirannya saat ini pasti hanyalah keinginan untuk mempermainkan diriku sekali lagi. Terpaksa aku harus melayani permintaannya lagi agar video itu kudapatkan.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Baiklah, kakak mengerti… Kakak akan menuruti perintahmu, tapi kamu harus berjanji akan memberikan video itu ke kakak!” jawabku memberi persetujuan.<br />
“Beres, Kak!” Kali ini Rendy tampak girang sekali saat mendengar kalimat persetujuanku itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Nah, sekarang apa yang kamu mau?!” Tanyaku tidak sabaran<br />
“Tunggu sebentar dong Kak… Jangan buru-buru! Kalau sekarang pasti cuma sebentar karena Mami sebentar lagi pulang.”<br />
“Lalu, kamu maunya kapan?”<br />
“Nah, kebetulan 2 hari lagi Mami akan berangkat ke luar negeri, soalnya Mami akan memperagakan busana pengantin buatannya di pameran.”<br />
“Lalu kenapa?”<br />
“Kebetulan minggu depan ada ulangan yang penting, jadi aku boleh tinggal di rumah ini sampai mami pulang. Selama itu, aku mau kakak untuk tinggal bersamaku di rumah, sambil mengajariku! Bagaimana? Kita bisa bersenang-senang sampai puas kan, Kak?”<br />
“Memangnya sampai kapan bu Diana ada di luar negeri?” tanyaku kembali.<br />
“Yaah, karena Mami juga mau ketemu Papi di Jerman, makanya Mami tinggal di sana selama 2 minggu.”<br />
“Tapi apa bu Diana akan mengizinkan kakak untuk tinggal disini?”<br />
“Tenang saja, kak! Biar nanti Rendy yang bicara dengan Mami.” Ujarnya meyakinkanku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Aku menghela nafas sejenak sambil berpikir menimbang-nimbang permintaan Rendy. Sebenarnya aku tidak begitu rugi apabila aku menginap di rumah bu Diana. Aku bisa menghemat uang kosku selama setengah bulan kalau aku menginap di rumah bu Diana. Lagipula aku akan lebih bisa mengawasi Rendy untuk belajar menghadapi ujian semesternya yang kian mendekat, dengan begitu, aku bisa mendapat kesempatan untuk mengamankan pekerjaanku. Sebenarnya yang perlu kulakukan hanyalah memastikan kalau Rendy tidak “mengerjaiku” lebih parah dari kemarin.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Baiklah, kakak setuju. Tapi kamu juga harus berjanji, kamu harus belajar yang rajin selama kakak tinggal di rumahmu.” Anggukku sambil memberinya penawaran.<br />
“Berees, kak! Asal kakak mau menurutiku selama itu, aku pasti belajar!” jawabnya dengan bersemangat.<br />
“Iya, iya…” balasku dengan perasaan agak lega.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Kami lalu segera beranjak ke kamar Rendy dan aku pun mulai mengajarinya. Tapi hari ini ada yang berbeda dari Rendy. Ia tampak lebih serius dan bersemangat dalam menyimak penjelasanku. Kurasa dia sudah cukup senang saat mendengar aku akan menginap di rumahnya 2 hari lagi. Tak lama kemudian, kudengar suara bu Diana di lantai bawah.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Nah, Mami sudah pulang! Kakak tunggu sebentar ya! Aku mau bicara dulu dengan Mami!” Rendy segera beranjak dari kursinya dan keluar dari kamarnya tanpa menghiraukanku. Sayup-sayup kudengar suara percakapan Rendy dengan bu Diana, namun aku tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang mereka katakan. Sambil menunggu Rendy, aku mempersiapkan soal-soal latihan yang akan kuberikan untuknya nanti.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Sekitar 5 menit kemudian, Rendy kembali ke kamarnya bersama bu Diana.<br />
“Halo, Erina. Rendy meminta saya untuk mengizinkanmu tinggal di rumah ini selama saya tidak dirumah.”<br />
“Eh? I… iya, bu Diana! Rendy memberitahu saya kalau ia ingin mendapat les tambahan dari saya selama bu Diana tidak dirumah… Katanya… untuk persiapan ujian semester…” ujarku dengan agak gugup.<br />
“Wah, kebetulan sekali kalau begitu! Soalnya tante Rendy juga akan ikut ke Jerman. Makanya tadi saya sempat mengajak Rendy untuk ikut. Tapi karena ada ulangannya yang penting, Saya jadi ragu-ragu.”<br />
“Jadi?” tanyaku<br />
“Kalau kamu mau, Saya memperbolehkan kamu tinggal disini selama saya tidak dirumah. Tapi saya juga meminta kamu untuk mengurus Rendy selama itu. Sebagai gantinya, saya akan berikan tambahan bonus untukmu di akhir bulan ini. Bagaimana?” Jawab bu Diana memberikan tawaran.<br />
“Baik, bu Diana. Saya setuju!” anggukku sambil tersenyum. Sekarang aku mendapat tambahan keuntungan dengan menerima tawaran Rendy. Dengan bonus yang disediakan bu Diana dan penghematan uang kosku selama setengah bulan, aku bisa menambah uang tabunganku sekaligus membiayai sebagian keperluanku bulan depan.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Baguslah! Kalau begitu, Erina, tolong kamu siapkan barang-barangmu yang akan kamu bawa untuk tinggal disini. Lusa nanti saya akan menjemputmu sebelum kamu mengajar Rendy.” Ujar bu Diana.<br />
“Iya, bu Diana!” aku mengiyakan permintaan bu Diana.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Setelah menyelesaikan tugasku hari itu, aku segera bergegas pulang untuk mulai mengemas barang-barangku. Untunglah aku tidak memiliki banyak barang selain pakaian dan perlengkapan-perlengkapan kecil milikku. Aku juga memberitahu pemilik rumah kosku bahwa aku akan pindah selama setengah bulan. Syukurlah mereka mau mengerti dan bersedia menyimpankan kamar bagiku apabila aku kembali.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">2 hari kemudian, bu Diana dan Rendy pun datang menjemputku sebelum aku mengajar Rendy. Aku lalu diantar ke rumah mereka. Aku diizinkan untuk tidur di kamar tamu di lantai bawah. </span><span lang="PT-BR">Malam harinya, aku diberitahu bu Diana tugas-tugasku di rumah itu selama bu Diana di luar negeri. Aku diminta untuk mengerjakan beberapa pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci dan membersihkan rumah. Aku sudah terbiasa memasak dan mencuci sendiri sejak kecil, maka tugas ini tidak lagi sesulit yang kubayangkan. Lagipula untuk keperluan sehari-hari, bu Diana sudah menyuruh anak buahnya untuk mengantar bahan makanan dan supir studio untuk mengantar-jemput kami. Apabila ada hal lainnya yang diperlukan, aku hanya perlu menelepon studio untuk meminta bantuan mereka.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Esok harinya, bu Diana sudah berangkat saat aku pulang dari kuliah. Sehingga hanya ada aku dan Rendy sendiri di rumah. Aku segera menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Seusai mandi, aku benar-benar terkejut saat melihat semua pakaian milikku menghilang. Hanya ada satu pelaku yang dapat melakukan hal ini! Aku lalu menutupi tubuhku dengan selembar handuk yang untungnya, tidak sempat diambil oleh “pencuri” itu. Aku segera naik ke lantai atas untuk mengambil kembali pakaian milikku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Rendy! Reendyy!! Buka pintunya!” Seruku sambil menggedor kamar Rendy. Pintu kamar itu sedikit dibuka dan wajah Rendy muncul dari sela-sela pintu kamar itu.<br />
“Ya, ada apa kak?!” tanyanya padaku. Namun matanya segera melirik tubuhku yang hanya berbalutkan sebuah handuk dan ia tersenyum cengengesan melihat keadaanku.<br />
“Wah, waah… Kakak sudah tidak sabaran ya?” tanyanya sambil tertawa kecil.<br />
“Huuh! Dasar usiil!! Ayo, kembalikan baju kakak!!” gerutuku.<br />
“Lhooo… memangnya baju kakak kuambil? Apa ada buktinya?”<br />
“Kalau bukan kamu siapa lagii? Sudah, ayo cepat kembalikan baju kakak!”<br />
“Kak, kalau menuduh orang tanpa bukti itu tidak baik lho! Hukumannya, aku tidak mau memberitahu dimana kusembunyikan baju kakak, Hehehe…” Rendy tersenyum mengejekku dan menutup dan mengunci pintu kamarnya dihadapanku.<br />
</span>“Aah! Hei, Rendy! Tunggu duluu…” protesku, tapi Rendy sudah keburu menutup pintu kamarnya sambil mengejekku dibalik pintu.<br />
Aku pun terpaksa menggigil kedinginan, suhu di rumah itu dingin sekali karena dipasangi AC, ditambah lagi aku baru saja mandi dan sekarang tubuhku hanya ditutupi oleh selembar handuk saja. Selama beberapa menit aku terus menggedor pintu kamar Rendy dan berusaha membujuknya, namun ia sama sekali tidak menggubrisku.<br />
<span lang="SV">“HATSYII…!!!” Karena tidak biasa, aku pun bersin akibat pilek karena suhu dingin itu.<br />
“Kak! Kakak pilek, ya?” tiba-tiba terdengar suara Rendy dari balik pintu.<br />
“I… iya… Rendy, tolong…. kembalikan pakaian kakak… disini dingin sekali… kakak tidak tahan…”<br />
“Oke deh, tapi kakak harus mau memakai pakaian yang kuberikan ya!”<br />
“Iya… iya… cepat doong…. Kakak kedinginan disini…” pintaku pada Rendy<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Rendy kembali keluar dari kamarnya. Ia melihat sekujur tubuhku yang menggigil kedinginan. Anehnya, raut wajahnya tampak berubah, ia tidak lagi tampak senang ataupun puas mengerjaiku. Kini ia tampak agak gelisah.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Haa… HATSYII!!!” kembali aku bersin dihadapannya. Kulihat raut wajahnya semakin cemas saja melihat keadaanku.<br />
“Ayo Kak, ikut denganku!” pinta Rendy padaku yang segera kuturuti saja.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Rendy menuntunku ke ruang disebelah kamarnya. Pintu ruang itu dikunci, namun Rendy segera membuka pintu itu dengan sebuah kunci di tangannya. Begitu aku masuk, aku takjub melihat puluhan helai gaun pengantin putih dalam berbagai ukuran dan model yang tergantung rapi di kamar itu. Berbagai aksesoris pengantin wanita juga tertata rapi bersama gaun-gaun itu. Rupanya kamar itu adalah kamar desain bu Diana sekaligus tempatnya menyimpan hasil rancangannya yang belum dikirim ke studio.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Kak, aku minta kakak memakai baju itu.” ujar Rendy seraya menunjuk ke arah sehelai gaun pengantin putih yang dipasang di sebuah mannequin.<br />
“Apaa?! Kenapa kakak harus memakai baju seperti itu? Memangnya kakak mau menikah, apa?!” jawabku setengah tak percaya, setengah kebingungan.<br />
“Ya, sudah! Kalau kakak tidak mau, kakak boleh memakai handuk itu saja kok!” balas Rendy.<br />
“Iyaa! Dasar!! Kamu mintanya yang aneh-aneh saja!!” ujarku agak kesal. Terpaksa kuturuti permintaan Rendy, daripada pilekku semakin parah.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Oh iya Kak!”<br />
“Apa lagii?”<br />
“Pakaiannya yang lengkap ya, Kak! Soalnya baju itu sudah 1 set dengan aksesorisnya!” pinta Rendy.<br />
“Jangan lupa juga untuk merias diri dengan kosmetik Mami ya Kak! Sudah kusiapkan lhoo…” imbuhnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Aku menghela nafas dan menutup pintu kamar itu. Memang kulihat gaun itu dilengkapi dengan mahkota, sarung tangan, bahkan stocking dan sepatu yang semuanya berwarna putih susu. Luar biasa! Sejenak aku kagum dengan kepandaian bu Diana dalam merancang gaun itu, komposisi yang disusunnya benar-benar serasi. Aku lalu menuruti perintah Rendy untuk memakai semua pakaian itu dengan lengkap. Berat bagiku memang, karena aku belum pernah memakai gaun pengantin sebelumnya. Setelahnya, aku pun merias diriku dengan kosmetik milik bu Diana. Kulihat semua kosmetik itu buatan luar negeri. Aku sendiri agak canggung untuk memakai kosmetik-kosmetik itu, mengingat harganya yang selangit bagi mahasiswi sepertiku. Tapi setidaknya, aku mendapat sebuah kesempatan untuk mencoba kosmetik-kosmetik itu, maka aku berusaha untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Setelah beberapa lama, aku akhirnya selesai mempengantinkan diriku. Kubuka pintu kamar itu dan seperti yang sudah kuduga, Rendy sedari tadi sudah menungguku didepan pintu. Ia tampak amat terpana melihatku yang berbusana pengantin itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Busana pengantinku berupa sebuah gaun pengantin putih yang indah sekali. Atasan gaun memiliki sepasang puff bahu yang terikat dengan sepasang sarung tangan satin dengan panjang selengan di kedua tanganku yang kini menutupi jari-jariku yang lentik. Di bagian perut dan dada gaunku bertaburan kristal-kristal imitasi yang samar-samar membentuk sebuah pola hati. Bagian pinggang gaun itu memiliki hiasan kembang-kembang sutra yang melingkari bagian pinggang gaun itu seperti sebuah ikat pinggang yang seolah menghubungkan atasan gaunku dengan rok gaun polos yang dihiasi manik-manik membentuk hiasan bunga-bunga yang bertebaran disekeliling rok gaunku. Pinggulku dipasangi pita putih besar. Aku juga memakaikan rok petticoat di pinggangku agar rok gaunku tampak mengembang. Rendy sendiri tampak kagum melihat cantiknya wajahku yang sudah kurias sendiri; kelopak mataku kurias dengan eye-shadow berwarna pink dan alsiku yang kurapikan dengan eye-pencil. Sementara lipstick yang berwarna pink lembut kupilih untuk melapisi bibirku yang tampak serasi dengan riasan bedak make-upku.<br />
Riasan mahkota bunga putih tampak serasi dengan rambut hitam-sebahuku yang kubiarkan tergerai bebas. Aku telah memasang stocking sutra berwarna putih yang lembut di kakiku yang dilengkapi dengan sepasang sepatu hak tinggi berwarna putih yang tampak serasi seperti gaun pengantinku. Tubuhku juga kuberi parfum melati milik bu Diana sehingga sekujur tubuhku memancarkan aroma melati yang amat wangi.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Nah, bagaimana?” ujarku pada Rendy yang masih melongo melihat penampilanku.<br />
“Hei! Kok malah bengong sih?!” seruku, yang segera menyadarkan Rendy dari lamunannya.<br />
“E… eh… ccantik sekali Kak!” jawab Rendy tergagap-gagap, aku tertawa kecil melihat tingkahnya yang kebingungan.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Kak, ini… buat kakak…” Rendy mengulurkan setangkai mawar merah kepadaku. Mawar merah yang indah itu tampak segar berkilauan.<br />
“Waah, terima kasih ya!!” otomatis aku mencium bunga itu untuk menghirup aromanya. Sejenak aroma yang menyengat memasuki hidungku aku pun langsung merasa pandanganku tiba-tiba kabur dan tubuhku terasa lemas. Aku pun ambruk tidak sadarkan diri. Sayup-sayup kulihat senyuman Rendy, aku berusaha untuk tetap sadarkan diri, namun mataku terasa berat sekali dan akhirnya aku menutup kelopak mataku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Entah apa yang terjadi pada tubuhku, namun saat aku sadar, aku melihat diriku sudah terbaring mengangkang di sebuah ranjang canopy dalam keadaan berbusana pengantin lengkap. Kedua tanganku terikat di belakang punggungku sementara kakiku terikat erat di sisi kanan-kiri tiang ranjang itu sehingga posisi tubuhku mengangkang lebar. Aku merasa amat geli di daerah kewanitaanku, seperti ada sebuah daging lunak hangat yang menyapu-nyapu daerah kewanitaanku, terkadang daging itu menusuk-nusuk seolah hendak membuka bibir kewanitaanku melewati celah vaginaku. Aku juga merasa daerah disekitar vaginaku amat becek akibat gerakan daging itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Aahh… oohhh…” Aku pun mendesah pelan menikmati sensasi di kewanitaanku itu. Rasanya vaginaku seolah diceboki, namun gerakan daging itu yang seolah berputar-putar mempermainkan vaginaku menimbulkan sensasi nikmat disekujur tubuhku. Aku merasa tubuhku diairi listrik tegangan rendah saat daging itu membelah bibir kewanitaanku dan menyentuh lubang pipisku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Eh! Kakak sudah bangun rupanya!!” tiba-tiba kudengar suara Rendy dibalik gaunku. Aku berusaha mendongak dan kulihat wajah Rendy sedang berada tepat didepan selangkanganku yang terbuka lebar. Sadarlah aku kalau “daging” tadi tak lain adalah lidah Rendy yang sedang menjilati vaginaku. Aku berusaha berontak, namun untuk menutup kedua pahaku yang sedang terbuka lebar saja amat sulit. Tubuhku terasa amat lemas tanpa tenaga. Saat aku melihat sekitarku, aku baru sadar kalau aku kini berada didalam kamar bu Diana.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Badan kakak masih belum bisa digerakkan, soalnya pengaruh obat tidur Mami masih tersisa.” Jelas Rendy sambil berjalan ke sampingku. Sekejap aku merasa amat panik dan berusaha mengerahkan seluruh tenagaku untuk kabur, tapi sia-sia saja. Tubuhku tidak mau bergerak sedikitpun. Astaga! Bagaimana aku bisa sebodoh itu mencium aroma bunga yang ditaburi obat bius?! Niatku untuk menjaga jarak dari Rendy kini sia-sia saja. Sekarang malah kesucianku terpampang jelas dihadapannya, aku dalam keadaan terjepit dan tidak bisa kabur lagi.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Kakak tenang saja, dijamin enak kok! </span>Hehehe…” tawa Rendy terkekeh-kekeh.<br />
“Jangan, Rendy… Jangan… kakak mohon!!” pintaku berderai air mata saat melihat Rendy berbalik berjalan menuju arah selangkanganku. <span lang="SV">Namun sia-sia saja, Rendy sama sekali tidak mau mendengar permohonanku. Aku pun semakin panik dan cemas. Air mataku kembali meleleh membasahi mataku, namun apa dayaku? Tubuhku kini amat sulit digerakkan karena ikatan itu ditambah rasa lemas disekujur tubuhku karena pengaruh obat bius yang tersisa. Kini aku hanya bisa pasrah membiarkan Rendy menyantap kewanitaanku. Jantungku berdegup semakin kencang dan wajahku merah merona saat Rendy semakin mendekati selangkanganku. Rendy lalu memegang kedua pahaku yang mulus. Ia mulai mengendusi paha kananku sementara paha kiriku dibelai-belai dengan tangannya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Essh…” aku mendesis sesaat setelah bibir Rendy mencium bibir kemaluanku. Hembusan nafas Rendy di pahaku membuat tubuhku sedikit mengigil kegelian. Saat bibir kemaluanku bertemu dengan bibir Rendy, Rendy mulai menjulurkan lidahnya. Seperti lidah ular yang menari-nari, bibir kemaluanku dijilati olehnya. Kembali bibir kewanitaanku dibelah oleh lidah Rendy, yang kembali menarikan lidahnya menceboki liang vaginaku perlahan-lahan. Aku berusaha sekuat mungkin untuk menahan gejolak birahi yang kini mulai melanda diriku, namun tetap saja suara desahan-desahanku yang tertahan sesekali terdengar keluar dari bibirku karena rasa nikmat yang menjuluri tubuhku apalagi belaian lembut Rendy di pahaku semakin terasa geli akibat stocking sutra yang kupakai.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Haaa?! Aakh…!!” Sontak aku menjerit terkejut saat merasakan sensasi rasa geli dan nikmat yang tiba-tiba melanda tubuhku. Rupanya Rendy menjilati klitorisku. Sesekali ia menyentil klitorisku dengan lembut sehingga sekujur tubuhku seperti dialiri listrik dan bulu kudukku berdiri. Rendy menyadari bahwa aku mulai dikuasai oleh gejolak birahiku. Ia terus melancarkan serangannya ke klitorisku. Berulang kali permohonanku yang disertai dengan desahan kusampaikan ke Rendy, namun ia malah tampak kian bersemangat mengerjaiku. Kesadaranku pun semakin menghilang tergantikan dengan rasa nikmat dan hasrat seksual yang semakin merasuki tubuhku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Bagaimana kak? Enak tidak?” tanya Rendy padaku.<br />
“Rendyy… stoop… auhhh… jangaan…”<br />
“Ah masaa? Bukannya kakak mendesah keenakan tuh? Yakin nih, nggak mau lagi?” ejeknya sambil menjauhkan wajahnya dari kemaluanku. Namun secara refleks, aku malah mengangkat pinggangku kehadapan wajah Rendy, seolah menawarkannya untuk kembali mencicipi liang vaginaku.<br />
“Tuh, kan?! Malu-malu mau, nih cewek!” kembali Rendy menghinaku. Dipeganginya kedua bongkahan pantatku dengan telapak tangannya dan dtegadahkannya tangannya, sehingga kini pinggangku ikut terangkat tepat dihadapan wajah Rendy.<br />
“Aww… aww… aaahh…” kembali aku merintih saat Rendy mengecup dan mengisap-isap daging klitorisku. Sesekali aku merasa sentuhan giginya pada klitorisku dan hisapannya membuatku kini hanya berusaha untuk mengejar kenikmatan seksualku semata.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">SLURP… SLURP… Sesekali terdengar suara Rendy yang menyeruput cairan cintaku yang sudah banyak keluar dari vaginaku, seolah hendak melepas dahaganya dengan cairan cintaku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“AAHH… AAHHH… AAA…” Desahanku semakin keras. Aku merasa ada sebuah tekanan luar biasa di vaginaku yang sebentar lagi hendak meledak dari dalam tubuhku. Otot-otot tubuhku secara otomatis mulai menegang sendirinya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“HYAA… AAAKH!!!” jeritku bersamaan dengan meledaknya tekanan dalam tubuhku. Tanpa bisa kutahan, pinggangku menggelepar liar, bahkan Rendy terlontar mundur akibat dorongan tubuhku. Aku bisa merasakan vaginaku memuncratkan cairan cintaku dalam jumlah yang banyak. Seluruh simpul sarafku terasa tegang dan kaku saat sensasi geli dan nikmat yang luar biasa itu menjalari tubuhku, dan akhirnya muncul perasaan lega yang nyaman setelahnya. Aku pun terkapar kelelahan, nafasku tersengal-sengal. Tenaga di tubuhku seolah lenyap seketika. Aku sadar, baru saja aku mengalami orgasme yang luar biasa!<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Wah, waah… Rupanya galak juga nih, kalau orgasme!” ejek Rendy yang kini terduduk dihadapan selagkanganku. Ia mendekati vaginaku dan kembali ia menyeruput cairan cintaku yang masih tersaji di vaginaku setelah ledakan orgasmeku barusan. Aku pun hanya mendesah kecil tanpa memberontak. Kepalaku serasa kosong dan aku membiarkan Rendy menikmati cairan cintaku sesuka hatinya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Setelah puas meminum cairan cintaku, Rendy berdiri di hadapanku dan melepas pakaiannya sehingga ia telanjang bulat dihadapanku. Bisa kulihat penisnya yang panjangnya sekitar 14 cm sudah menegang keras melihat keadaanku yang mengangkang lebar, memamerkan kewanitaanku didepannya.<br />
Rendy berjalan melewati tubuhku hingga akhirnya ia tiba didepan kepalaku. Rendy lalu berlutut dihadapan wajahku sambil mengocok penisnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Kak, tadi rasa memek kakak enak sekali loh! Nah sekarang giliran kakak ya, ngerasain punya Rendy?” seloroh Rendy. Aku yang menyadari kalau Rendy akan mengoral penisnya dengan mulutku, mulai menjerit meminta pertolongan.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“TOL… uumph!!” jeritanku terhenti karena Rendy langsung menyumpalkan penisnya didalam mulutku. Walaupun ukuran penisnya tidak begitu besar, namun batang penisnya sudah cukup memenuhi rongga mulutku yang mungil.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Hhmmphh… hmph…” suaraku teredam oleh penis Rendy. Aku berusaha memuntahkan penis itu, namun Rendy memajukan pantatnya sehingga penisnya tetap masuk didalam mulutku hingga menyentuh kerongkonganku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Rendy menjambak poni rambutku dan mulai menggerakkan kepalaku maju mundur. Rasa sakit di ubun-ubunku karena poni rambutku dijambak sudah cukup untuk membuatku tidak berontak lebih jauh, aku mengikuti gerakan tangan Rendy yang sedang memaksaku mengulum dan mempermainkan penisnya dalam mulutku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Aahh… Enaak…” desah Rendy saat penisnya keluar masuk dari mulutku.<br />
“Hmmp… mpp… phh…” aku berusaha mengambil nafas untuk menyesuaikan gerakan penis Rendy dalam mulutku. Kocokan mulutku masih belum berhenti, namun aku merasa agak mual karena rasa dalam mulutku saat ini. Sementara leherku juga pegal karena dipaksa naik-turun oleh Rendy.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Beberapa saat kemudian, Rendy berhenti manjambak poniku, aku pun segera merebahkan kepalaku yang pegal-pegal keatas bantal yang lembut untuk melepas penat. Namun rupanya penderitaanku belum juga berakhir. Rendy belum mau melepaskan kenikmatannya dioral olehku. Belum sempat penisnya keluar dari mulutku, sekarang ia malah menekan selangkangannya ke wajahku dan menggoyang-goyangkan pantatnya sehingga penisnya kembali masuk kedalam rongga mulutku. Aku bisa merasakan buah zakarnya yang tergantung menampar-nampar daguku berulang kali bersamaan dengan gerakan pantatnya yang maju mundur dihadapan wajahku yang kini tertekan oleh bantal, aku pun berulang kali tersedak karena penis Rendy dalam mulutku bergerak dengan amat cepat.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Oke, kak! Sekarang giliran kakak yang main! Ayo kulum dan mainin pakai lidah kakak!” perintah Rendy sambil menghentikan gerakannya. Aku sendiri sudah mati kutu, kepalaku terjepit diantara selangkangan Rendy dan bantalku, sehingga aku tidak bisa bergerak bebas.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Ayo, Kak! Atau mau kugerakkan sendiri dimulut kakak seperti barusan?” ancamnya padaku. Aku pun tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah Rendy, setidaknya aku akan lebih leluasa bernafas apabila aku yang bergerak sendiri. Aku pun menggerakkan lidahku membelai-belai batang penisnya yang masuk hingga rongga mulutku. Sesekali lidahku juga bersentuhan dengan kepala penisnya. Sebenarnya aku agak jijik juga karena tercium bau agak pesing dari ujung penis Rendy, namun apa dayaku? Lebih baik kuturuti perintah anak ini supaya siksaanku cepat selesai. Aku pun berusaha untuk tidak begitu mempedulikan bau itu. Penis Rendy kuanggap saja seperti permen yang luar biasa tidak enak. Aku pun terus mengemut penis Rendy itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Ayo, kak! Terus! Jago juga nih, nyepongnya! Enak bangeet!”<br />
“Mmphh…” erangku.<br />
“Isapin juga kak! Seperti ngisap permen!” kembali Rendy memberi perintah padaku, yang langsung saja kuturuti. Kuhisap penisnya dengan pelan dan lembut dengan harapan anak ini bisa segera menghentikan aksinya dan aku bisa terbebas dari siksaan ini. Herannya, selama beberapa menit kuoral, Rendy masih saja tidak puas. Aku pun mulai kelelahan mempermainkan penisnya dalam mulutku, walaupun aku mulai terbiasa dengan situasiku sekarang.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Entah setan apa yang merasukiku, namun saat aku mengingat bahwa aku sedang mengoral penis anak kecil yang tak lain adalah muridku, aku merasa hasrat seksualku kembali meninggi dalam tubuhku. Aku ingin sekali mencapai orgasme sekali lagi dan aku ingin mencoba sesuatu yang lebih hebat lagi bersama Rendy. Pikiran itupun membuatku memainkan penis Rendy sebaik mungkin dalam mulutku agar Rendy mencapai kepuasannya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Ookh…” Aku mendengar suara erangan panjang keluar dari mulut Rendy dan saat itulah, aku merasa mulutku disembur oleh cairan kental berbau amis. Aku menyadari bahwa Rendy baru saja berejakulasi dalam mulutku, dan kini mulutku dipenuhi spermanya. Rendy kembali menekankan selangkangannya ke wajahku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Telan kak! Jangan sampai bersisa!”<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Aku pun menuruti perintah Rendy, kutelan semua sperma dalam mulutku, sekaligus kuhisap-hisap penis Rendy agar spermanya tidak bersisa. Rendy hanya mengerang keenakan saat penisnya kubersihkan dengan mulutku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Woow… enaak… lebih enak dari onanii….” seloroh Rendy. Namun aku tidak peduli, aku terus menghisap-hisap penisnya itu hingga aku yakin tidak ada lagi sperma yang tersisa. Setelah selesai, Rendy mengeluarkan penisnya dari dalam mulutku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Waah… Kakak jago banget lho! Enak sekali kak!”<br />
“Rendy, kamu jahaat…” protesku.<br />
“Lho kenapa? Bukannya kakak sekarang sudah jadi pengantinku?” balasnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“You may kiss your briide!!” sorak Rendy tiba-tiba. Tanpa basa-basi, Rendy segera mencium bibirku. Bibirku diemut-emut dengan lembut dan sesekali bibirku juga dijilati oleh lidahnya. Aku hanya membiarkannya mempermainkan bibirku sesuka hatinya. Pelan-pelan lidah Rendy membelah bibirku dan lidahnya menyusup kedalam rongga mulutku. Aku pun merespon dengan menghisap lidah Rendy dengan lembut. Sesekali juga kujulurkan lidahku, sehingga giliran Rendy yang menghisap air ludahku yang menyelimuti lidahku. Gairah seksualku sekarang benar-benar menguasai tubuhku, semakin kuingat bahwa Rendy yang saat ini sedang bercinta denganku, semakin aku tenggelam dalam hasratku. Selama beberapa menit kami terlibat dalam French kiss itu, sebelum akhirnya Rendy menghentikan ciumannya di bibirku. Aku pun tampak kecewa saat Rendy menjauhkan wajahnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Kenapa kak? Enak kan rasanya? Masih mau lagi?” tanyanya.<o:p></o:p></span><br />
Pertanyaan Rendy itu seketika memancing gairah seksualku yang meningkat. Aku merasa ini adalah sebuah kesempatan bagiku, namun sebelum aku sempat menjawab, tiba-tiba Rendy mengambil sehelai celana dalam putih berenda yang tadi kupakai dan menjejalkannya ke mulutku hingga celana dalamku memenuhi seluruh rongga mulutku. Belum puas, Rendy juga melakban mulutku sehingga celana dalamku itu tersumpal sempurna didalam mulutku.<br />
“Mmfff….” Protesku pada Rendy. Namun suaraku terhalang oleh celana dalam yang menyumbat mulutku.<br />
“Jangan dijawab dulu, Kak. Nanti ya, Rendy mau istirahat dulu!”<br />
<span lang="SV">“Oh, Kakak juga boleh istirahat kok! Nah, daripada bosan, bagaimana kalau kakak nonton saja dulu?” lanjut Rendy. Aku bisa mendengar suara televisi yang dinyalakan dan suara pemutar DVD yang dibuka oleh Rendy. Setelah selesai, Rendy lalu mendatangiku yang masih terbaring mengangkang di ranjang.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Jangan berontak ya, Kak! Kalau macam-macam, video kakak kusebarkan!” ancamnya. Rendy lalu melepaskan ikatan kakiku di kedua tiang ranjang itu. Aku disandarkan ke kepala ranjang dan Rendy menyandarkan sebuah bantal di punggungku dan juga sebuah bantal kecil di pantatku untuk kududuki agar aku merasa nyaman. Tali yang tadi dipakai untuk mengikat kakiku kini digunakan untuk mengikat sikut tanganku yang masih terikat di punggungku pada kedua tiang bagian atas ranjang canopy itu agar aku tidak kabur.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Oke deh! Rasanya sudah cukup!! Nah, kakak santai saja ya? Nikmati saja filmnya!” Rendy lalu memutar DVD itu.<br />
“Mmff!!” Aku berteriak terkejut saat melihat adegan percintaan seorang wanita berambut pirang di layar televisi itu, rupanya Rendy menyetelkan DVD porno untuk kutonton..<br />
“Kakak pelajari gayanya dulu, ya! Supaya nanti siap main dengan Rendy! OK?!” Rendy tersenyum dan beranjak pergi, meninggalkanku sendiri terikat di ranjang sambil berusaha menahan gejolak birahiku yang semakin mendera karena suguhan adegan panas dihadapanku.<o:p></o:p></span><br />
Aku pun terpaksa menonton film porno itu sekitar 2 jam. Yah, aku memang pernah melihat sekilas film porno di handphone teman-teman SMUku, namun mungkin karena ini pengalaman pertamaku melihat film porno selama itu, muncul keinginanku agar vaginaku dimasuki oleh penis seperti wanita bule yang ada di film porno itu.<br />
Pikiranku bergejolak, aku sadar bahwa aku akan kehilangan keperawananku apabila vaginaku dimasuki penis Rendy, namun di sisi lain, aku penasaran akan rasa nikmat yang tampaknya melanda wanita di film itu saat vaginanya dimasuki oleh penis. Aku juga ingin merasakan kenikmatan itu. Apakah aku juga akan merasa senikmat itu apabila vaginaku dimasuki oleh penis? Aku masih bisa mengingat dengan jelas rasa nikmat saat vaginaku dijilati dan dipermainkan oleh Rendy sebelumnya. Tentunya aku akan merasa lebih nikmat lagi apabila vaginaku dipermainkan oleh penis Rendy. Lagipula, setidaknya aku tidak perlu khawatir akan hamil sebab masa suburku baru saja terlewati minggu lalu.<br />
<span lang="SV">Akhirnya rasa penasaran dan gairah seksualku mengalahkan perasaanku. Sudah kuputuskan, aku akan melayani Rendy sepenuh hatiku. Aku sudah tidak peduli lagi akan statusku sebagai gurunya ataupun perbedaan usia kami, yang kini kuinginkan hanyalah mengejar kenikmatan seksualku semata. Bahkan status dan perbedaan usia kami malah menjadi sumber gejolak gairah seksualku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Detik dan menit berlalu, namun bagiku yang kini dikuasai gairah seksualku, serasa menunggu selama berhari-hari. Cairan cintaku sudah semakin banyak keluar dari vaginaku sehingga aku bisa merasakan bantal yang kududuki semakin basah. Akhirnya, pintu kamar itu terbuka juga dan masuklah Rendy kedalam kamar itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Bagaimana kak? Sudah puas nontonnya?”<br />
“Sudah tahu kan bagaimana gaya-gayanya?” lanjutnya. Aku hanya mengangguk pelan dengan wajah memelas.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Bagus, bagus!! Kakak emang pintar!” ujarnya sambil membelai kepalaku dengan pelan, seolah memuji anak kecil.<br />
“Hff…” jawabku.<br />
“Nah, kalau begitu kakak mau tidak kalau aku setubuhi seperti di film?” muncullah pertanyaan yang sedari tadi kutunggu. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengangguk sambil melihat wajah Rendy. Namun Rendy malah pura-pura tidak melihat sambil mematikan DVD playernya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Apaa? Rendy nggak bisa dengar nih!”<br />
“Mmff!!” Aku berusaha untuk meminta Rendy melepaskan sumbatan mulutku agar aku bisa berbicara, namun Rendy malah melepas ikatan di kedua sikutku sehingga aku terbebas dari ranjang canopy itu. namun tanganku masih terikat kencang di punggungku. Aku lalu dituntun turun dari ranjang. Rendy tidak lagi mengawasiku dengan ketat. Ia tahu bahwa aku sekarang sudah tidak ingin kabur lagi.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Waah, udah gede masih ngompol yah, Kak?” ejek Rendy saat melihat bekas cairan cintaku di bantal yang tadi kududuki. Aku hanya menggeleng pelan, namun kurasa Rendy juga tahu bahwa itu adalah cairan cintaku yang meluber karena aku terangsang sedari tadi. Rendy lalu menarikku kehadapan sebuah papan tulis putih di kamar itu yang ditempeli berbagai rancangan bu Diana. Rendy melepas semua rancangan itu agar papan tulis itu bersih. Rendy juga memposisikan tubuhku agar terjepit diantara sebuah meja dihadapanku dan papan tulis itu dibelakangku. Aku terkejut saat Rendy dengan sigap menundukkan tubuhku di meja itu sehingga posisiku kini menungging kearah papan tulis itu. Rendy juga menaikkan rok gaun dan petticoatku bagian belakang dan mengaitkannya di pita putih gaunku yang ada di pinggangku, sehingga kini pantatku terpampang jelas menungging didepan papan tulis itu.<br />
“Nah, gimana kalau kakak tulis saja apa yang kakak mau? Soalnya kakak nggak bisa ngomong sekarang” ujarnya dari belakang. Aku pun semakin heran, bagaimana caraku menulis dengan tangan terikat dan posisi tubuh menungging seperti ini? Aku hendak berdiri, namun punggungku ditekan ke meja itu oleh Rendy.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Tahan sebentar ya, Kak” ujar Rendy sambil membuka celah pantatku. Rendy lalu menuangkan lotion ke jari telunjuknya dan mengusapkan lotion itu ke lubang pantatku. Sesaat aku merasakan jari Rendy yang menempel dilubang pantatku bergerak pelan mengoleskan lotion itu dan aku bisa merasakan rasa dingin dan licin akibat lotion itu di pantatku.<br />
Setelah lubang pantatku selesai dilumuri lotion, aku merasa ada sesuatu di lubang pantatku, aku tahu benda itu bukanlah jari Rendy karena benda itu terasa lebih besar dan keras dari jari Rendy.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“HMMFF!!” jeritku saat tiba-tiba aku merasakan rasa sakit yang luar biasa di lubang pantatku. Suatu benda yang panjang dan keras menekan memasuki lubang pantatku. Aku menoleh kebelakang dan melihat Rendy memaksakan untuk memasukkan benda itu kedalam anusku. Benda itu diputarnya perlahan masuk kedalam pantatku seperti sekrup. Air mataku meleleh saat merasakan rasa perih yang amat sangat saat Rendy memperawani anusku dengan benda itu. Lubang pantatku serasa tersayat-sayat dan rasa perihnya tak terkira.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Wuiih… lubang pantatnya seret banget! Padahal sudah dikasih lotion! Pasti masih perawan, nih!” komentar Rendy yang terus memutar benda itu masuk kedalam anusku. Aku hanya bisa menggeleng-geleng keras memohon agar Rendy menghentikan aksinya itu. Namun Rendy terus memaksakan benda itu untuk masuk kedalam pantatku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="PT-BR">“Oke! Selesai deh!” seru Rendy. Aku menoleh kebelakang, aku amat panik saat menyadari sebuah spidol berukuran besar kini tertanam didalam pantatku. Spidol itu tampak mengacung tegak kearah papan tulis karena posisi tubuhku yang menungging.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="PT-BR">“Oops, tenang saja, Kak! Spidolnya sudah kumasukkan dengan baik, kok! </span><span lang="SV">Kakak tahan saja spidolnya dengan otot pantat kakak supaya tidak jatuh!” ujar Rendy. Kata-kata Rendy sama sekali tidak menenangkanku apalagi saat merasakan spidol besar yang sedang tertanam dalam pantatku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Nah, ayo tulis apa yang kakak mau!”<br />
“MMFF!!” aku menggeleng memprotes Rendy. Ide anak ini benar-benar gila! Aku yakin dia pasti mempelajari cara ini lewat film-film pornonya untuk mempermalukanku.<br />
“Ayoo, kalau tidak, kakak nanti kubiarkan seperti ini, lho! Spidolnya tidak akan kucabut kalau kakak tidak mau menurut!” ancamnya.<br />
“Mmm…” aku memelas mendengar ancaman Rendy. Aku tahu kalau sedari awal aku tidak memiliki posisi menawar melawan Rendy dengan kondisi seperti ini.<br />
“Nah! Ayo, tulis di papan tulis kak! Seperti waktu kita belajar! Sekarang, aku mau kakak mengajariku menulis!” ujar Rendy sambil beranjak duduk dihadapanku, seolah sedang mendengarkan pelajaran di kelas.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Aku berusaha tetap tenang dan mulai menggerakkan pantatku di papan tulis itu.<br />
“Mmf!” aku menjerit kecil dan mataku membelalak saat ujung spidol di pantatku menyentuh permukaan papan tulis. Pantatku terasa geli dan sedikit perih akibat tekanan spidol itu. Rendy tampak senang melihat ekspresi wajahku yang dipenuhi rasa panik, malu dan bingung akan keadaanku sekarang.<br />
Perlahan-lahan aku berusaha untuk menulis dengan pantatku di papan tulis itu. Kaki dan pahaku ikut bergerak menaik-turunkan tubuhku yang menungging. Aku selalu merintih setiap kali satu goresan kutulis di papan tulis itu karena sensasi yang ditimbulkan spidol itu dalam pantatku, yang entah bagaimana semakin membangkitkan gairah seksualku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Hati-hati lho, kak. Kalau terlalu ditekan, spidolnya bisa tergelincir masuk kedalam pantat kakak. Nanti tidak bisa keluar lagi lhoo…” sorak Rendy. Dasar badung! Pikirku. Memangnya salah siapa kalau nanti spidol ini malah terselip masuk kedalam pantatku?! Malah sekarang aku yang harus berusaha keras menangkal resiko yang diciptakan oleh anak ini untuk tubuhku!<br />
Aku pun mulai kehilangan ketenanganku akibat sorakan Rendy itu. Apalagi sesekali aku merasa spidol itu semakin masuk kedalam pantatku saat aku menulis. Namun aku tetap berusaha keras dan hasilnya, 5 huruf yang acak-acakan tertulis di papan tulis itu. Aku menghela nafas lega saat aku melihat hasil tulisanku itu. Sulit untuk dibaca memang, bahkan aku yakin tulisan anak SD pasti jauh lebih mudah dibaca dari tulisanku; namun aku yakin telah menulis huruf P-E-N-I-S di papan tulis itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Waah, tulisan kakak jelek sekali! Padahal katanya sudah kuliah!” kembali Rendy mempermalukan diriku. Ia lalu berjalan kehadapanku, melepas lakban mulutku dan menarik keluar celana dalamku yang sedari tadi telah menjejali mulutku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Ahh… ohk… ohkk…” Aku terbatuk-batuk dan menghela nafas lega. Kulihat Rendy sedang mengendusi celana dalamku yang basah karena ludahku dan sesekali ia menghisap-hisap ludahku yang membasahi celana dalamku itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Hmmm… ludahnya kakak memang enaak… Nah sekarang coba kakak baca apa yang kakak tulis!”<br />
“Pe… penis…” ujarku pelan dengan perasaan yang amat malu.<br />
“Apaa? Apa yang kakak mau?” tanyanya dengan nada mengejek, seolah tidak mendengar ucapanku barusan.<br />
“Penis!!” jawabku tidak sabaran.<br />
“Penis siapa, hayooo?”<br />
“Penisnya Rendy!!” aku mengumpulkan seluruh keberanianku untuk meneriakkan kata itu dan akhirnya terucap juga.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Iya deh! Nah, tahan sebentar ya, Kak!” Rendy lalu berjalan kebelakang tubuhku yang masih menungging. Aku bisa merasakan ia memegang spidol yang tertanam dalam pantatku. Perlahan-lahan ditariknya spidol itu keluar dari pantatku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Aww… auuch…” rintihku pelan saat merasakan gesekan batang spidol itu di permukaan lubang pantatku yang rasanya sedikit sakit, namun agak geli juga. Apalagi saat aku mengejan, pantatku terasa semakin nikmat dengan tekanan itu.<br />
PLOOP! Terdengarlah suara lepasnya spidol itu dari pantatku.<br />
“AAHH!!” Sontak aku berteriak merasakan kelegaan yang kembali ke lubang pantatku setelah sekian lama disumbat. Namun, sebelum aku sempat berdiri dan merasakan kelegaan, Rendy segera menarik dan menghempaskan tubuhku ke ranjang canopy itu sehingga aku kembali terbaring diatas ranjang.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Aduh!” Aku segera berusaha bangkit, namun Rendy segera menerkam dan menimpa tubuhku.<br />
“Jangan bergerak Kak!” perintahnya. Entah bagaimana, aku segera menuruti perintah Rendy dan mulai merelakan tubuhku dipermainkan olehnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Sekarang kakak kupanggil pakai nama saja ya? Erina…” pintanya manja.<br />
“I, iya… terserah kamu…” jawabku dengan wajah memerah saat menatap wajah Rendy yang ada tepat diatas wajahku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Ah!” aku menjerit kecil saat Rendy mencengkeram dan meremas-remas dadaku. Tangan kanannya menekan payudaraku dengan perlahan dan mencubitnya dengan lembut, sementara tangan kirinya menyibakkan rambutku. Rendy lalu mendekatkan wajahnya dan mencium pipiku.<br />
“Erina, kamu wangi deh!” pujinya seraya melayangkan kecupan ke bibirku yang segera kubalas.<br />
Rendy lalu duduk bersimpuh diatas ranjang itu dan memangku kepalaku diatas pahanya. Rendy kembali menjamah payudaraku, namun kali ini ia mengulurkan tangannya menyusupi bagian dada gaunku. Jari-jarinya menjalar pelan diatas payudaraku sambil mencari puting payudaraku. Aku merasa agak sesak karena aku masih memakai BH, namun itu tidak menghalangi jari-jari nakal Rendy untuk mempermainkan dadaku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Aw!” aku merasakan puting payudaraku disentuh oleh jari Rendy. Rendy segera memencet putingku sehingga aku merasa seperti tersetrum oleh listrik di sekujur dadaku.<br />
“Ahh…” desahku pelan saat Rendy kembali meremas payudaraku. Payudaraku digerakkan berputar pelan oleh jari Rendy sambil sesekali memencet putingku. Aku semakin terhanyut saat Rendy menyentil-nyentil puting payudaraku dengan kukunya yang agak panjang ataupun saat memencet puting susuku dengan kuku jempol dan jari telunjuknya. Saraf-saraf tubuhku kini semakin sensitif karena aku semakin terangsang dengan pijatan di payudaraku. Kakiku mulai menggeliat-geliat pelan dan aku bisa merasakan cairan cintaku kembali meluber dari vaginaku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Rendy yang melihat pergerakan-pergerakan terangsang tubuhku, mengentikan aksinya. Kini ia kembali bergerak kearah selangkanganku. Ia lalu duduk dihadapan tubuhku yang masih terbaring<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Nah, Erina. Ayo buka pahamu. Yang lebar ya!” aku merentangkan kakiku selebar mungkin dihadapan Rendy. Ia tersenyum melihat aku yang tidak menolak perintahnya lagi. Rendy lalu mengamati selangkanganku. Bagaimana kewanitaanku yang masih basah oleh cairan cintaku dan lubang pantatku yang terbuka sedikit setelah diperawani spidol, terhidang di hadapannya. Rendy mencolek vaginaku dan mencicipi cairan cintaku yang ada di jarinya. Rendy kembali membenamkan jarinya dengan pelan di celah vaginaku, jarinya bergerak lembut seolah mencari sesuatu.<br />
“Aww…” desahku pelan saat jari telunjuk Rendy menyentuh klitorisku. Rendy yang akhirnya menemukan apa yang dicarinya dalam liang vaginaku tampak kegirangan. Jarinya segera menyentil-nyentil klitorisku. Akibatnya, bisa ditebak, aku kembali melayang kelangit ketujuh. Aku merintih-rintih keenakan dihadapan muridku yang kini sedang memainkan gairah seksualku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Aahh… ohh… aww…” desahanku semakin keras dan akhirnya tubuhku kembali serasa akan meledak. Punggungku melengkung bagai busur dan kakiku kembali menegang, siap untuk menyambut orgasmeku untuk yang kedua kalinya. Namun, Rendy yang tahu bahwa aku akan orgasme segera mencabut jarinya keluar dari liang vaginaku; otomatis, kenikmatan yang sebentar lagi akan kucapai lenyap seketika.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Rendyy… jahaat… ayo lagiii…” pintaku memohon pada Rendy.<br />
“Apanya yang lagi, Erina?” tanyanya seolah tidak mengerti.<br />
“Ayoo… mainin vagina Erinaa… Erina sukaa…” jawabku seperti seorang pelacur rendahan.<br />
“Suka apa?”<br />
“Erina suka kalau vagina Erina dimainin Rendy… ayo doong… Erina mau orgasme lagii… enaak…” kembali aku mempermalukan diriku sendiri. Aku sudah tidak bisa berpikir lagi karena tubuhku sudah sepenuhnya dikuasai dorongan seksualku yang sudah diambang batas.<br />
“Panggil aku “Sayang”! Kan kamu sudah jadi pengantinku!” perintah Rendy<br />
“Iyaa… Rendy sayaang… ayoo…” entah bagaimana aku terjebak dalam permainan psikologis Rendy. Aku sekarang bertingkah seolah-olah dia adalah suamiku yang sah. Aku agak terkesan karena walaupun masih begitu muda, Rendy sudah tahu bagaimana menjalankan trik psikologis untuk mempengaruhiku agar menuruti permintaannya, mungkin ini juga pengaruh dari video pornonya. Namun kuakui, permainan psikologis ini semakin membangkitkan gairahku dan aku amat menikmatinya! Sekarang hubungan kami bukan lagi seperti seorang murid dan guru, namun lebih seperti sepasang pengantin baru.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Nah, Erina. Boleh tidak kalau Rendy memasukkan ‘adik kecil’ ke memek Erina?”<br />
“Boleh sayang… Erina kan pengantinnya Rendy…” selorohku. Aku sekarang sudah rela memberikan keperawananku untuk Rendy. Lagipula mulut dan pantatku kini sudah tidak perawan lagi, jadi tidak ada salahnya kalau aku sekalian merelakan kesucianku kepada Rendy. Aku pun menarik rok gaunku hingga ke perutku sehingga kewanitaanku terpampang jelas sekali dihadapan Rendy.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Ayo sayang. Erina mau orgasme lagi…” aku memohon pada Rendy. Rendy segera merespon dengan duduk dihadapan selangkanganku dan mengatur posisi tubuh kami sehingga penisnya sekarang berada di bibir kewanitaanku. Aku bisa merasakan penisnya yang kembali membesar seperti saat aku mengoralnya barusan menyentuh celah vaginaku. Aku menghela nafas, menyiapkan diriku untuk menerima kenyataan bahwa keperawananku akan direnggut sesaat lagi. Aku berusaha mengatur nafasku yang memburu untuk mengusir rasa takut dan cemas akibat degup jantungku yang amat kencang.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Bagaimana, Erina? Sudah siap?” aku mengangguk pelan menjawab pertanyaan Rendy akan kesiapanku.<br />
“Rendy… yang pelan ya? Jangan kasar…” pintaku kembali. Aku tidak ingin Rendy memperawaniku seperti sebuah pemerkosaan, yang kuinginkan hanya agar aku bisa diperlakukan lebih lembut. Maklumlah, ini juga merupakan pengalaman pertamaku yang pasti akan berkesan seumur hidupku. Untunglah, Rendy tampaknya mengerti akan perasaanku. Ia mengangguk dan sorot matanya seolah menenangkanku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Rendy mulai mendorong pinggangnya ke depan. Sesaat penisnya berhasil membelah bibir vaginaku, namun mungkin karena vaginaku licin akibat cairan cintaku, penis Rendy malah meleset keluar dari celah vaginaku. Mengakibatkan timbulnya suara tertahan dari mulutku. Rendy kembali berusaha, namun tampaknya agak susah baginya untuk memasukkan penisnya kedalam vaginaku karena diameter penisnya juga cukup lebar (walaupun masih kalah dengan penis yang kulihat di film porno barusan), apalagi aku juga masih perawan sehingga liang vaginaku masih sempit.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Setelah beberapa kali berusaha, Rendy tampak kesal karena belum berhasil memperawaniku. Akhirnya ia meraih batang penisnya dan mengarahkannya tepat dihadapan celah bibir kewanitaanku. Tangannya masih kuat mencengkeram penisnya saat ia sekali lagi menggerakkan pantatnya ke depan dan…<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“AAGH!!!” aku membelalak dan menjerit keras saat merasakan rasa ngilu dan perih yang amat hebat melanda vaginaku. Akhirnya selaput daraku robek dan keperawananku sekarang lenyap sudah terenggut oleh Rendy. Aku bisa merasakan penis Rendy yang kini terjepit di vaginaku dan ujung penisnya didalam lubang pipisku. Rendy kembali memajukan pinggulnya dengan pelan, mengakibatkan rasa sakit itu semakin mendera vaginaku. Bahkan rasanya jauh lebih sakit daripada saat pantatku diperawani oleh spidol barusan.<o:p></o:p></span><br />
“Rendy, Rendy!! Sakit! Sebentar!! Aduuh!!” aku kembali meminta dengan panik pada Rendy. Air mataku meleleh akibat rasa perih itu.<br />
<span lang="SV">“Sebentar, Erina. Tenang ya, sebentar lagi…” jawab Rendy sambil mendorong pinggangnya dengan pelan. Penisnya semakin dalam memasuki vaginaku diiringi dengan jeritan piluku yang tersiksa oleh rasa sakit itu. Kepalaku terbanting kekiri-kanan menahan rasa sakit, seolah menolak penetrasi Rendy kedalam lubang vaginaku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Ohh…” Rendy melenguh dan menghentikan dorongannya. Aku bisa merasakan sepasang buah zakarnya bergelantungan di bongkahan pantatku dan paha kami yang sekarang saling bersentuhan.<br />
“Hhh…” aku mengambil nafas sejenak merasakan rasa sesak di vaginaku akibat besarnya penis Rendy didalam lubang pipisku. Aku akhirnya sadar kalau sekarang ini seluruh penis Rendy sudah terbenam sepenuhnya didalam kewanitaanku. Rambut-rambut kemaluannya yang baru tumbuh juga menggelitik selangkanganku. Untuk beberapa saat, kami terdiam dalam posisi itu. Rendy memberiku waktu untuk menyesuaikan diri dengan keadaanku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Erina…” panggil Rendy pelan.<br />
“Ya?”<br />
“Hangat sekali rasanya didalam. Kamu lembut sekali, Erina…” pujinya. Aku tidak bisa merespon jelas karena rasa perih yang menyiksa ini, namun bisa kulihat kalau Rendy tampak mencemaskan keadaanku.<br />
“Sakit ya?” tanyanya penuh perhatian<br />
“I, iya, sakit sekali…” jawabku pelan.<br />
“Sekarang kita sudah bersatu lho, Erina. Aku dan kamu sekarang jadi satu…” Aku mengangguk membenarkan pernyataan Rendy. Memang, sekarang tubuh kami sudah bersatu karena kemaluan kami masing-masing telah menyatukan tubuh kami.<br />
“Rendy… sakiit…” protesku pada Rendy. Rendy terdiam, ia hanya mengusap air mataku.<br />
“Sabar ya, Erina? Sebentar lagi pasti enak kok!”<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Rendy lalu menarik penisnya sedikit vaginaku dan dengan pelan dilesakkannya kembali kedalam liang vaginaku. Rasa pedih kembali menyengat vaginaku, namun Rendy selalu berusaha menenangkanku. Aku merasa tampaknya Rendy juga tahu bagaimana sakitnya saat seorang gadis diperawani untuk pertama kalinya karena ia selalu berusaha memompa penisnya selembut mungkin untuk mengurangi rasa sakitku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Lama kelamaan, muncul rasa nikmat dari vaginaku akibat gerakan penis Rendy. Walaupun masih bercampur dengan rasa perih, aku bisa merasakan bahwa sensasi baru ini berbeda dari saat vaginaku dioral dan dipermainkan oleh jari Rendy. Sensasi ini lebih menyentuh sekujur syarafku.<br />
Rendy kembali membelai pahaku sambil menjilatinya pelan sehingga gairah seksualku kembali bangkit perlahan. Rasa perih itu semakin hilang dan digantikan dengan sensasi baru di tubuhku. Rasa geli, sakit dan sesak yang melanda vaginaku memberikan sensasi tersendiri yang mengasyikkan.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Rendy yang melihat bahwa aku sudah terbiasa akan pergerakannya mulai leluasa mengatur gerakannya. Sekarang penisnya ditarik keluar hingga hanya tersisa pangkal penisnya saja dalam vaginaku otomatis bibir vaginaku ikut tertarik keluar. Tiba-tiba, Rendy mendorong pantatnya mendadak dengan cepat sehingga penisnya kembali menghunjam liang vaginaku dengan keras.<br />
“Hyahh…” jeritku kaget, namun sekarang rasanya tidak lagi perih seperti tadi. Rendy mulai menggerakkan penisnya dengan tempo yang lebih cepat, membuatku akhirnya melenguh-lenguh nikmat merasakan sensasi di vaginaku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Oohh…ahhh….aahh…aakhh…” aku mendesah-desah keenakan saat penis Rendy menghunjam vaginaku. Sesekali Rendy berhenti menggerakkan pinggangnya saat penisnya tertanam penuh dalam vaginaku dan mulai menggoyang-goyangkan pantatnya sehingga penisnya seolah mengaduk-aduk isi liang vaginaku, membuatku semakin melayang diatas awan kenikmatan seksual.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Semakin lama, kurasakan tempo goyangan penis Rendy semakin cepat keluar-masuk vaginaku dan menggesek klitorisku saat memasuki vaginaku. Tubuhku juga berguncang mengikuti irama pompaan penis Rendy seiring dengan desahan-desahan erotis dari bibirku. Malah, saat Rendy menghentikan gerakan penisnya, secara otomatis aku menurunkan pinggulku menjemput penisnya, seolah tidak rela melepaskan penisnya itu. Rendy terlihat puas melihatku yang sekarang sudah berhasil ditaklukkan olehnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Tidak terasa sudah sekitar 10 menit sejak penis Rendy memasuki vaginaku pertama kalinya. Rendy masih dengan giat terus menggerakkan penisnya menjelajahi vaginaku. Sementara aku sendiri sudah kewalahan menerima serangan kenikmatan di vaginaku, orgasmeku sudah siap meledak kapan saja.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“OH! AAKHHH…!!!” akhirnya aku menjerit keras dan tubuhku terbanting-banting saat aku merasakan gelombang kenikmatan yang melanda seluruh simpul syarafku, mengiringi ledakan orgasmeku untuk kedua kalinya. Tanpa bisa kukontrol, kakiku menendang bahu Rendy sehingga Rendy terpelanting ke ranjang. PLOP! Otomatis terdengar suara pelepasan penisnya yang tercabut keluar dari vaginaku seiring dengan rebahnya tubuh Rendy di ranjang. Cairan cintaku yang hangat kembali terasa meluap dari celah kewanitaanku. Rendy bergerak menjauh sedikit membiarkan tubuhku bergerak liar meresapi kenikmatan orgasme yang saat ini kurasakan.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Setelah merasakan ledakan orgasme itu, tubuhku kembali melemas, serasa tenagaku lenyap seluruhnya. Nafasku terasa berat dan degup jantungku juga masih saja kencang. Rendy membiarkanku beristirahat sesaat untuk mengembalikan staminaku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Waah, nggak nyangka nih! Padahal tampangnya alim, tapi rupanya Erina memang galak kalau orgasme!” Rendy menggodaku .<br />
“Gimana? Enak nggak rasanya?” tanyanya padaku. Aku mengangguk pelan sambil tersenyum kecil.<br />
“Mau lagi?” kembali Rendy bertanya menantangku.<br />
“Mau…” jawabku mengiyakan.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Nah, sekarang ikut aku kak!” Rendy menarik tanganku turun dari ranjang dan melepas ikatan kedua tanganku. Aku lalu digandengnya kehadapan meja rias bu Diana. Meja rias itu delengkapi sebuah cermin besar sehingga aku bisa melihat penampilanku dengan jelas dihadapan cermin itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Erina, sekarang coba kamu menungging!” aku pun membungkukkan badanku dan menumpukan tubuhku pada kedua lenganku yang menekan meja rias bu Diana, sehingga aku dalam posisi menungging dihadapan cermin meja rias itu.<br />
“Lebarkan pahamu dan coba lebih menunduk!” kembali Rendy memberi perintah yang segera kuturuti, pahaku kulebarkan dan aku semakin menunggingkan tubuhku. Rendy lalu menyingkapkan rok gaunku dan menaikkan petticoatku dari belakang dan menjepitnya dengan pita gaunku, sehingga kembali pantat dan vaginaku terpampang jelas dihadapannya. Rendy lalu berdiri dibelakangku, aku bisa melihat tubuhnya yang berdiri dibelakang pantatku lewat cermin itu. Tampaknya Rendy memang ingin agar aku bisa melihat keadaan sekitarku lewat cermin itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Auuch…” aku merintih pelan saat penis Rendy kembali menghunjam vaginaku dari belakang. Sekarang Rendy memegang pinggulku dan menggerakkannya maju mundur sehingga vaginaku dihentak-hentakkan oleh penisnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Aw… aakhh… aawww…” rintihku saat gesekan antara kemaluan kami kembali menimbulkan sensasi kenikmatan yang melanda tubuhku. Suara beturan tubuh kami juga menggema didalam kamar itu mengikuti desahan-desahan yang keluar dari bibirku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="PT-BR">“Erina, coba kamu lihat cermin.” Perintah Rendy sambil terus memompaku. Aku menatap cermin dan aku bisa melihat ekspresi wajah cantikku yang tampak dilanda kenikmatan di tubuhku. Aku bisa melihat mataku yang sayu dan bibirku yang megap-megap berusaha mencari nafas dan melontarkan desahan-desahanku.<br />
“Apa yang kamu lihat di cermin itu?” tanyanya<br />
“Erina… aakh… </span><span lang="SV">Erina jadi… pengantin… Rendy… auuhh…” jawabku terbata-bata.<br />
“Oh ya? Apa yang sedang dilakukan Erina, pengantin Rendy itu?”<br />
“Oohh… Erina… Erina sedang disetubuhi… aww… Rendy… ahh…”<br />
“Bagaimana menurutmu, penampilanmu sekarang?”<br />
“Erina… Erina jadi… aww… cantik sekali… Erina… suka… gaun Erina… juga… ahh… indah…”<br />
“Erina senang tidak jadi pengantin?” ujar Rendy.<br />
Aku hanya menganggukkan kepalaku merespon pertanyaan Rendy karena mulutku sekarang sedang sibuk mendesah penuh kenikmatan. Memang dengan penampilanku sebagai pengantin saat ini, aku tampak cantik sekali. Saat aku melihat wajah cantikku itu tampak dikuasai oleh gairah seksualku, entah kenapa aku semakin terangsang. Apalagi saat aku melihat diriku yang sedang disetubuhi dari belakang oleh Rendy, dalam balutan busana pengantinku yang indah, gairah seksualku semakin meningkat drastis.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Oouch… ahhh…aww…” aku berusaha menggapai orgasmeku, namun Rendy malah berusaha bertahan agar aku tidak mencapai orgasmeku dengan cepat. Sesekali gerakannya dipercepat, namun saat merasakan aku akan mencapai orgasmeku, ia segera menghentikan serangan penisnya di vaginaku. Akibatnya siksaan orgasmeku semakin mendera tubuhku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Rendyy… kamu jahaat… auuch… Erina mau orgasmee…hyaah…” aku memprotes perlakuan Rendy padaku.<br />
“Iyaa… soalnya Erina kan sudah orgasme dua kali! Rendy juga mau! ” balasnya. Memang benar, dari tadi Rendy terus memberi pelayanan yang membuatku mencapai orgasme dua kali, namun dia sendiri hanya sekali berejakulasi dalam mulutku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Tiba-tiba, Rendy menghentikan gerakannya, sehingga aku mendesah tertahan sejenak. Aku cemas karena tampaknya Rendy tidak berminat lagi meneruskan pompaannya.<br />
“Sekarang, giliran Erina yang gerak, ya?” pinta Rendy yang segera kurespon dengan senang hati. Goyangan maju-mundur pantatku pun menjemput dan mempermainkan penisnya dalam vaginaku. Aku merasa lega karena setidaknya vaginaku masih bisa merasakan kenikmatan dari persetubuhanku dengan Rendy.<br />
“Erina, ayo lihat cerminnya lebih dekat!” kembali aku menuruti perintah Rendy. Wajahku kudekatkan pada cermin itu sehingga cermin itu mengembun akibat hembusan nafasku. Aku bisa melihat pantatku yang kini bergerak maju-mundur dan ekspresi nikmat di wajah Rendy.<br />
“Erina suka lihat cerminnya?”<br />
“Iyaa… wajah Erina cantiik… eeghh… dan nakaal…”<br />
“Jadi, Erina cewek yang nakal yaa?” tanyanya sedikit menggodaku sambil menghentakkan penisnya secara tiba-tiba di vaginaku.<br />
“Aww… iyaa… Erina memang nakaal…” celotehku tanpa pikir panjang.<br />
“Bagaimana, rasanya enak tidak dientot, Erina?”<br />
“Mmm… aah…enaak… nikmaaat… Erina sukaa…”<br />
“Kalau begitu, boleh kan kalau Rendy mengentoti Erina lagi?” selorohnya.<br />
“Boleeh… Erina… auuh… boleh dientot Rendy… kapaan saja… Erina kan… sudah jadi… pengantin Rendy… oh…” jawabku yang sekarang sudah sepenuhnya takluk oleh Rendy.<br />
“Kalau begitu, Erina tidak boleh selingkuh dengan orang lain ya?”<br />
“Iyaa… ooh… Rendy sayaang… Erina cuma mau dientot Rendy sajaa… nggak mau sama cowok laiin…” secara otomatis aku menyatakan kesetiaanku pada Rendy.<br />
Rendy terus mempermainkan mentalku sambil mempermalukanku. Anehnya, dipermalukan sedemikian rupa, malah semakin merangsangku dan aku semakin mempercepat gerakan pantatku walaupun sendi-sendi paha dan pinggangku terasa ngilu akibat kelelahan. Akhirnya Rendy mencengkeram pinggulku dan menghentikan pergerakanku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Rendyy… kenapaa?” tanyaku penuh kekecewaan.<br />
“Sekarang giliranku ya, Erina?” aku hanya mengangguk pelan mengiyakan permintaan Rendy. Ada untungnya juga bagiku karena tubuhku sudah amat lelah dan aku juga merasa aku tidak bisa melanjutkan gerakanku lebih lama lagi.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Rendy kembali menggerakkan pinggulku maju-mundur dengan cepat sehingga aku semakin kewalahan. Dengan nakalnya, Rendy melesakkan jari telunjuknya kedalam lubang pantatku. Tidak seperti tadi, anusku yang sekarang sudah amat becek akibat lelehan cairan cintaku yang sekarang juga meluber ke anusku. Lubang pantatku dengan mudahnya menelan jari telunjuk Rendy sehingga kembali rasa perih yang sedikit nikmat melanda anusku. Jari telunjuk itu lalu digerakkan seirama dengan gerakan penisnya di vaginaku sehingga aku semakin tenggelam dalam kenikmatanku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Desahan-desahanku semakin keras karena sensasi di selangkanganku saat ini dimana penis Rendy masih terbenam dalam vaginaku, sementara jari telunjuknya berputar-putar menjelajahi isi pantatku apalagi saat jarinya mempermainkan saraf di sekitar lubang pantatku. Saat aku mengejan, Rendy malah semakin memasukkan jarinya lebih dalam kedalam pantatku sehingga sensasi rasa geli dan sakit di anusku kian menjadi. Aku semakin kewalahan dengan rasa nikmat yang datang menguasai tubuhku apalagi aku bisa merasakan otot-otot tubuhku yang menegang lebih keras dari sebelumnya, aku mengepalkan tanganku dengan keras menahan desakan dari dalam tubuhku. Namun sekuat-kuatnya aku berusaha menahan diri, akhirnya pertahananku runtuh juga.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Ahhk… aah… AKHHH!!!” dengan diiringi teriakanku, orgasmeku kembali meledak. Aku merasakan vaginaku berdenyut keras seolah menyempit dan penis Rendy semakin terjepit erat di dinding kewanitaanku. Tubuhku langsung dialiri oleh ledakan rasa nikmat dan kelegaan yang luar biasa.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“OOKH… Erinaa…” Merasakan sensasi jepitan vaginaku saat orgasme, Rendy akhirnya tidak bisa menahan dirinya. Sekali lagi dihentakkannya penisnya sekeras mungkin kedalam vaginaku dan saat itu pula aku merasakan cairan hangat menyembur dari penis Rendy memenuhi rahimku. Rendy pun mencabut jarinya dari lubang pantatku sebelum menarik penisnya keluar dari vaginaku setelah spermanya telah tertuang sepenuhnya kedalam rahimku.<br />
Aku tidak tahan lagi melawan rasa lelah tubuhku. Setelah mencapai orgasmeku itu tubuhku serasa kehilangan seluruh tenagaku. Aku pun jatuh lunglai tanpa tenaga di lantai kamar bu Diana.<br />
Rendy menghampiriku yang masih tergeletak lelah dan mencium bibirku sekali lagi dengan lembut sambil melumat bibirku. Aku menggerakkan bibirku membalas kecupan Rendy dengan pelan sebelum rasa lelah mengalahkanku sehingga aku pun tertidur kelelahan.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Aku terbangun saat kurasakan sentuhan lembut di pipiku. Saat aku membuka mataku, aku melihat Rendy sedang duduk disampingku yang kini terbaring di ranjang bu Diana. Aku masih berbusana pengantin lengkap seperti sebelumnya. Melihatku yang terbangun, Rendy segera membelai kepalaku dengan penuh kasih sayang. Aku merasa terkesan dengan perhatiannya, belaiannya terasa lembut melindungiku seolah menjawab perasaanku sebagai seorang wanita yang ingin dilindungi dan diperhatikan oleh seorang kekasih. Akhirnya kusadari kalau aku telah jatuh cinta pada Rendy.<br />
Walaupun bisa disebut sebagai cinta terlarang antara guru dan murid, namun bagiku hal itu sekarang bukan lagi hambatan bagiku. Aku hanya ingin agar bisa bersama dengan Rendy selama mungkin. Lagipula, dialah yang telah membuatku menjadi pengantinnya dan merenggut keperawananku yang tadinya kujaga dengan baik demi calon suamiku dimasa depan. Jadi, wajar saja kalau dia berhak menerima cintaku.<br />
“Erina, kamu akhirnya bangun juga…” panggil Rendy pelan.<br />
“Ya, sayang…” jawabku manja sambil melihat wajahnya.<br />
“Kamu suka tidak sama Rendy?” tanyanya dengan mimik cemas.<br />
“Erina cinta Rendy kok! Erina mau jadi pengantin Rendy selamanya!” jawabku mantap.<br />
“Benar?” tanyanya dengan ragu.<br />
“Iyaa… kan Erina sudah jadi pengantin Rendy? Niih lihaat!” jawabku nakal sambil memamerkan gaun pengantinku. Rendy tersenyum melihat tingkahku itu dan ia segera mencium bibirku. Sekali lagi kami berciuman diatas ranjang itu dan kali ini, tidak ada paksaan atas diriku untuk memadu kasih dengan Rendy. Perasaanku terhadap Rendy telah berubah seluruhnya menjadi perasaan cinta sepenuh hatiku. Sekarang aku adalah seorang pengantin wanita bagi seorang lelaki yang telah berhasil menaklukkan hatiku dengan kehebatannya bercinta denganku. Rendy juga tampak bahagia karena berhasil menjadikanku sebagai kekasih hidupnya. </span>Ya, sekarang aku telah menjadi pengantin muridku, Rendy!<br />
TAMAT<br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-11819677727726270082011-03-13T09:12:00.001+07:002011-03-13T09:12:11.307+07:00Kisah Perjalanan Artis<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDemangan.Net%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.ilad
{mso-style-name:il_ad;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
<div class="MsoNormal">“TAPI SAYA GAK MUNGKIN PAKAI BAJU INI……..ROKNYA TERLALU PENDEK , DAN POTONGAN LEHERNYA TERLALU RENDAH….” </div>“TIDAK ….KAMU SESUAI PERJANJIAN HARUS MEMAKAI BAJU INI…..INGAT KALO INGKAR DARI PERJANJIAN, KAMU TIDAK AKAN AKU ORBITKAN JADI BINTANG, DAN KAMU HARUS MENGGANTI 90% NILAI KONTRAK..JADI GA USAH BANYAK OMONG..CEPET GANTI BAJU SANA”<br />
nama gadis itu sebut saja alyssa, usianya <span class="ilad">baru</span> 19 tahun, prestasinya banyak, tinggi, dan kecantikannya merupakan kecantikan khas indonesia. sayang sekali, ia tergiur untuk <span class="ilad">menjadi</span> bintang terkenal, sperti dinni aminarti , mas ayu anastasia, ririn dwi , diansastro dan lain lain. Alyssa pergi ke <span class="ilad">jakarta</span> dan berusaha mencari jalan menuju sukses, dan sungguh disayangkan ia menemukan jalan yang salah.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Alyssa harus bersedia ditiduri dulu oleh beberapa orang staf sebuah <span class="ilad">rumah</span> produksi ternama di indonesia , baru akhirnya ia dipertemukan dengan boss, rumah produksi itu.<br />
kini sebelum namanya akan diekspos oleh rumah produksi itu, alyssa harus bermain di sebuah film pendek , yg katanya adalah “film audisi”…….namun dari rumor yg berkembang film ini adalah sebuah film semi porn yg sengaja dibuat untuk koleksi si boss rumah produksi tersebut.hmmmmm..its just a rumor<br />
Alyssa tak punya pilihan lain,sesuai perjanjian ia memang harus menjalani “film audisi” atau harus mengganti semua pengeluaran plus 90% nilai kontrak…..masalahnya alyssa belum tahu apa itu”fim audisi’sampai ia terjebak disini. terlanjur basah maka ya sudah basah sekalian.<br />
perlahan alyssa melangkah menuju ruang ganti. baju yg harus ia pakai nyaris tidak menutupi tubuhnya, bawahannya sangat pendek , sehingga <span class="ilad">kaki</span> mulus alyssa terlihat jelas dan pantatnya pun cukup terlihat.<br />
sementara atasannya adalah sebuah baju backless dengan tali yg diikatkan dibelakang leher, potongan lehernya sangat rendah, sehingga buah dadanya nyaris tak tertutupi.<br />
jika alyssa membungkuk maka <span class="ilad">pantat</span> dan buah dadanya akan terlihat jelas.<br />
Fim ini katanya ceritanya adalah kisah cinta. saat alyysa keluar ruang ganti, mata lelaki di ruangan itu terbeliak penuh nafsu. Ada kurang lebih duapuluh orang laki laki di ruangan itu dari mulai tukang lampu sampai sutradara, alyssa adalah satu satunya perempuan di lokasi tersebut.<br />
sutradara memanggil pemain prianya, alyssa mengenalinya sebagai hengky, ia memang salah satu anak emas rumah produksi ini.<br />
ketika sutradara berteriak action, hengky kemudian merangkul alyssa, dia terlihat sudah sangat berpengalaman. Ekspressi hengky terlihat cerah ceria dan merangkul tubuh molek itu semakin erat, alyssa bisa merasakan sesuatu yg keras dibawah menyentuhnya.<br />
Adegan terus berlanjutnya, alyssa dan hengky berciuman beberapa kali, dan terkadang hengky mencium bagian atas <span class="ilad">dada</span> alyssa.<br />
sang sutradara mengamati adgean demi adegan dengan nafsu tertahan, sebenarnya ia ingin sekali meniduri bintang baru ini , namun produser dan pemilik rumah produksi dengan tegas melarangnya. meski demikian ia terus mencari cara untuk menikmati gadis itu.<br />
“cut!!” sutradara berteriak, ” kamu lagi meluk pacar kamu apa adik kamu….” sutradara memarahi hengky.<br />
“sini saya tunjukin caranya…” kata sutradara. ia menghampiri alyssa memeluknya dengan erat, kedua tangannya langsung meremas kedua bulatan pantat alyssa, senyum kemenangan menghiasi wajahnya, alyssa tak berbuat apa apa hanya diam.<br />
kemudian sang sutradara mencium bibir alyssa dengan penuh nafsu sambil meremas buah dada gadis itu.<br />
“gitu caranya, nanti kamu bawa dia ke tempat tidur untuk <span class="ilad">love scene</span>…..nah ekspressinya harus dapet…ngerti..? biar dapet ekspresi,,..kamu harus rangsang dia dari awal ngerti…?” sutradara memberi arahan pada hengky.<br />
adegan dilanjutkan , kini hengky menciumi alyssa denagn penuh nafsu , bahkan ia menyibak pakaian atas alyssa dan menciumi buah dada gadis itu , tak ada protes dari sutradara.<br />
saat akan masuk adegan love scene , alyssa mengatakan ia malu kalau harus beradegan seperti itu dihadapan banyak orang, ia meminta agar orang yg tidak berkepentingan untuk tidak ada di lokasi.<br />
permintaan alyssa disetujui sutradara, maka ia menyuruh orang lain keluar kecuali kameramen dan tukang lampu , sisa crew yang lain keluar dengan menggerutu.<br />
Adegan kembali berlanjut, alyssa terbaring di tempat tidur dengan tubuh hengky diatasnya. dan mulai menciumi dan meremas buah dada alyssa, ia kemudian mengangkat rok alyssa ke atas , melebarkan kaki gadis itu dan dengan satu tangan membuka celananya sendiri, mengeluarkan penisnya dan menggosok gosokannya di paha dalam alyssa.<br />
Alyssa protes dengan adegan ini, namun dengan tenang hengky mengatakan itu arahan dari sutradara.<br />
Alyssa pun protes pada sutradara, namun sutradara berdalih ini dilakukan agar mendapatkan ekspresi orang yang sedang bercinta dan penuh birahi , dia jg mengatakan pada alyssa bahwa yg akan direkam <span class="ilad">kamera</span> hanya wajahnya saja, demi mendapat eskpresi birahi.<br />
alyssa sempat menolak adegan ini , namun sutradarakembali mengingatkan akan surat perjanjian dan kontrak kerja , serta akan sia sianya pengorbanan alyssa selama ini.<br />
alyssa tak bisa bicara apa apa lagi, ia hanya kembali berbaring di tempat tidur bersiap melanjutkan adegan tadi.<br />
adegan diulang , hengky menciumi dan meremas buah dada alyssa, mengangkat rok alyssa ke atas dan menggosok gosok penisnya di paha bagian dalam alyssa.<br />
ternyata setelah bebrapa lama, hengky kemudian menurunkan celana dalam alyssa dan langsung mengarahkan penisnya ke bibir vagina alyssa.<br />
alyssa memandang sutradara tanda ia keberatan dengan adegan ini , namun sutradara hanya mengangguk pelan dan tidak mengatakan apa apa.<br />
alyssa berpikir bagaimana mungkin adegan seperti ini bisa lulus sensor, walaupun katanya yg di rekam hanya bagian atas terutama ekspresi ( alyssa baru tahu di kemudian hari apa tujuan <span class="ilad">shooting</span> film ini )<br />
hengky kini mulai memompa tubuh alyssa, dan gadis itu pun sebenarnya mulai terangsang dan menikmati semua ini, ia menggoyangkan pantatnya seirama dengan pompaan hengky. pakian atas alyssa kemudian dibuka dan hengky mulai menyedoyt nyedot buah dada alyssa.<br />
sutradara memerintahkan dua orang untuk melepas pakaian hengky , hingga kini hengky dan alyssa telanjang bulat di ranjang dan sutradara terus merekam setiap detail adegan percintaan itu.<br />
geraman keras hengky dan semburan di vagina alyssa menandakan pria itu sudah orgasme, dan tak berapa lama giliran alyssa yg orgasme.<br />
sutradara pun menutup adegan itu, dan alyssa kemudian diberi selamat oleh semua orang yg ada disana , bahwa ia telah menyelesaikn adegan dengan baik.<br />
alyssa kemudian pergi ke <span class="ilad">toilet</span> untuk membersihkan diri , dan ketika kembali ia melihat seorang lelaki muda yang tampan sedang berbicara dengan sutradara, dia adalah produser di rumah produksi ini , namanya resha atau <span class="ilad">reza</span> kalo tak salah. sang sutradra ternyata sedang memuji muji alyssa dihadapan resha.<br />
produser itupun kemudian menjajikan akan mengorbitkan alyssa menjadi superstar baru indonesia, ia pun memberikan undangan bagi alyssa untuk bertemu dengan beberapa eksekutif rumah produksi ini jam stengah delapan malam.<br />
setengah delapan malam , alyssa tiba di rumah resha, ia disambut sang sutradara dan membawanya ke dalam , ternyata di dalam sudah menunggu ramesh dan punjabb, dua orang pemilik production house ini sedang menikmati minuman.<br />
Mereka semua terlihat senang dan gembira melihat kedatangan alyssa dan menaymbutnya dengan hangat.<br />
mereka pun duduk dan kemudian terlihat serius membicarakan karir alyssa di masa depan.<br />
setelah beberapa lama , resha kemudian meminta alyssa memakai pakaian yg dipakainya saat shooting tadi, dengan alasan untuk lebih meyakinkan ramesh dan punjabb.<br />
alyssa pun stuju dan segera masuk ke ruang ganti , sebelum masuk ke ruang ganti , resha mengingatkan agar tidak memakai apa apa lagi dibalik pakaian itu. tak ada waktu untuk menolak, alyssa setuju saja demi karirnya.<br />
Sesaat stelah alyssa masuk dengan pakaian tadi, seluruh pria diruangan itu berdiri dan bertepuk tangan, mengagumi kecantikan dan kemolekan tubuh alyssa.<br />
namun demikian alyssa merasa rikuh dengan pakaian ini, terutama pada resha yg duduk didepannya, pasti ia bisa melihat jelas, dengan putus asa alyssa melipat kaki dan terus menarik narik rok pendek itu ke bawah , seolah akan bisa menutupi pahanya.<br />
tugas alyssa berikutnya adalah menari dengan pakaian itu.<br />
alyssa pun mencoba menari dengan musik yg dipasang oleh resha, saat alyssa melakukan gerakan memutar, rok pendeknya akan terangkat , menampilkan pantat dan vaginanya yg tak tertutup.<br />
tak berapa lama resha ikut bergabung menari denga alyssa , ia bahkan sempat mencium bibir alyssa, membuatnya merasa malu.<br />
perlahan resha mengajak alyssa ke sofa dan mendudukan gadis itu di pangkuannya.<br />
resha kembali sibuk mencium bibir gadis itu, sementara tangannya beraksi meremas buah dada gadis itu, jari yang lain bermain main di vaginanya.<br />
ketika ramesh, punjabb dan sutradara kemudian pergi meninggalkan ruangan, alyssa merasa lega, dan kemudian iapun membalas ciuman resha dengan lebih panas.<br />
pakaian atas alyssa dilepas oleh resha, kini ia leluasa meremasi buah dada ranum itu, smentara alyssa membalsnya dengan membuka kancing dan sleting celana resha dan mengeluarkan penis yg sudah menegang itu.<br />
tiba tiba alyssa merasa pundaknya di sentuh seseorang, saat menoleh alyssa terkejut dan panik melihat ketiga orang tadi tealh kembali dan semuanya telanjang bulat.<br />
alyssa mencoba bangkit namun resha menahannya, sang sutradara alias jati , kemudian menarik kepala alyssa dan dengan kasar mencoba memasukan penisnya ke mulut gadis itu.<br />
saat penis itu masuk ke mulutnya, alyssa sedikit tersiksa dan tersedak karena panis itu mencapai tenggorknnya.<br />
resha mengingatkan untuk tidak melawan atau ia akan mengalami hal yang lebih menyakitkan.<br />
alyssa menyerah dan mulai mengulum penis jati.<br />
kemudian resha berdiri dan melepaskan sisa pakaian yang masih melekat di alyssa, dan menyuruh gadis itu unutk berbaring di karpet.<br />
resha membuka lebar kaki alyssa dan kemudian mengarahkan penisnya ke vagina gadis itu, dan mulai memompanya.<br />
penis resha terasa sempit di jepitan vagina alyssa.<br />
ramesh tak mau tinggal diam, ia meyuruh alyssa membuka mulutnya dan ia pun memasukan penis besarnya ke mulut mungil gadis cantik itu. dua orang yg lain sibuk bermain main dengan buah dada alyssa, sambil penisnya digenggam oleh tangan alyssa.<br />
setelah beberapa lama , mereka berganti posisi, kini giliran jati yang menindih alyssa, agak sedikit repot karena tubuh jati lumyan gendut.<br />
setelah ramesh , giliran punjabb yang menindih tubuh alyssa dan memompanya dengan kasar.<br />
sementara alyssa sendiri tak dapat berdiam, mulutnya masih mengulum penis resha, dan kedua tangannya sibuk mengocok penis jati dan ramesh. dan dalam periode itu alyssa sudah beberapa kali orgasme.<br />
kemudian resha menyuruh semuanya berhenti sejenak memberi nafas bagi alyssa.<br />
namun sayang , adegan berikutnya malah lebih menyakitkan bagi alyssa, saat penisnya ditembus oleh jati, pantatnya pun tiba tiba berusaha ditembus oleh resha.<br />
hal itu sangat menyakitkan bagi alyssa, ia memohon dan menangis namun tak diindahkan.<br />
pantat alyssa terasa panas seaakan terbakar, dan ia tak mampu bertahan lebih lama lagi , ia menangis dan meronta ronta berusaha mlepaskan diri.<br />
kedua orang itu menahan kuat alyssa, bahkan saat tangisan alyssa makin keras , jati menampar pipi gadis itu mneuruhnya berhenti menangis.<br />
seakan siksaan alyssa belum cukup , ramesh malah menyodorkan penisnya ke mulut alyssa , namun hanya sesaat , ia pun menarik penisnya kembali.<br />
kini posisi alyssa bagai sebuah sandwich, dengan jati di depan dan resha dibelakang.<br />
ramesh berusaha mencari hiburan dengan meremas buah dada alyssa dan menyuruh alyssa untuk mengocok penisnya.<br />
akhirnya jati hampir mencapai orgasme, ia menyuruh alyssa membuka mulut dan ia pun menyemburkan spermanya di mulut gadis itu, tak lama disusul oleh resha yg juga menyemburkan spermanya di mulut alyssa.<br />
masih belum cukup mereka masih menyuruh alyssa mengocok ngocok semua penis pria yg ada disana, dan kemudian menyemburkannya ke seluruh tubuh alyssa, dan wajahnya, sehingga seolah ia bermandikan sperma.<br />
alyssa akhirnya merasa tenang, karena semuanya sudah terpuaskan, ia pun terbarin di karpet dengan menarik nafas panjang.<br />
sayang sekali, ternyata ini bukan akhirnya,,,karena ternyata punjabb mengundang beberapa teman bisnisnya malam itu untuk juga menikmati tubuh bintang baru ini.<br />
melihat ada lagi yang datang, alyssa menangis dan memohon , karena ia sudah tak sanggup lagi menghadapainya, namun tak ada yang peduli.<br />
terpaksa…sangat terpaksa alyssa harus melayani nafsu ketujuh pria itu. sekarang malah terlihat seperti pemerkosaan massal, saat alyssa hanya satu satunya perempuan yg harus menjadi object seksual.<br />
semalam suntuk, mereka berganti posisi dan gaya , menyetubuhi gadis cantik ini.<br />
hingga akhirnya mereka semua terpuaskan, alyssa tak bisa bangun dan hanya terbaring lemah di karpet di kelilingi boss boss dunia hiburan, yang ternyata tak segmerlap kelihatnnya.<br />
alyssa pun jatuh tertidur.<br />
pagi hari , seluruh tubuh alyssa terasa sakit, ia bhakan tak mampu untuk bangun.<br />
orang orang itu ternyata punya rasa iba juga, mereka membawa alyssa ke kamar mandi , memandikannya dan memakaikannya pakaian, lalu menagntar pulang.<br />
alyssa akhirnya sesuai janji diorbitkan menjadi seorang bintang muda “berbakat” , rumah produksi mengeksposnya secara besar besaran agar namanya cepat meroket, berbagai gosip dirancang agar namanya tetap beredar di masyarakt.<br />
tapi di balik layar , alyssa masih harus menjadi budak seks para petinggi rumah produksi itu, meski pun mereka tidak lagi memakai alyssa secara massal , namun alyssa harus selalu menuruti panggilan panggilan mereka swaktu waktu.<br />
alyssa sudah melihat contoh para artis yg menolak “bekerja sama” , mereka tiba tiba didera gosip yg tidak mengenakkan, tidak lagi dilibatkan dalam produksi, dan yang lebih parah, adegan bugil bahkan seksnya bisa saja beredar di kalangan luas terutama di internet.<br />
siapa bilang dunia artis selalu gemerlap…….?<br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-85281298755318735882011-03-13T09:10:00.001+07:002011-03-13T09:10:22.956+07:00Menikmati Pemerkosaan<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDemangan.Net%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.ilad
{mso-style-name:il_ad;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
Bu Misye dalam perjalanan pulang dari tempat ia bekerja terpaksa berteduh karena dia tidak membawa jas hujan. Bu Misye berteduh di sebuah bangunan <span class="ilad">yang</span> belum jadi namun sudah beratap. Setelah menyandarkan motornya Bu Misye mencari tepat duduk dan ternyata ada sebuah kursi panjang. Pakaian yang dikenakan suadah basah semua, Bu Misye sebelumnya berniat untuk tidak berteduh namun karena hujannya semakin lebat dan disertai angin dan petir maka ia memutuskan untuk berteduh, walaupun dalam hatinya cemas karena hari sudah menjelang gelap namun tanda-tanda hujan akan reda belum muncul.<br />
<a name='more'></a><br />
<span lang="SV">Belum lama duduk datang seorang pemuda tanggung yang juga akan berteduh. Setelah menyandarkan Tiger yang dipakainya, pemuda itu cepat-cepat masuk ke bangunan yang belum jadi tersebut. </span>Bu Misye pertama agak khawatir dengan pemuda tersebut namun akhirnya kekhawatirannya akhirnya hilang karena melihat penampilannya juga keramahannya. Bu Misye melempar senyum dibalas dengan senyum oleh pemuda tersebut.<br />
Pemuda tanggung tersebut berkulit putih bersih dan wajah yang diakui oleh Bu Misye memang tampan. Pemuda tersebut duduk di kursi panjang agak berjauhan letaknya dengan Bu Misye.<br />
“Cuma sendirian Bu?” pemuda tersebut memulai pembicaraan.<br />
“Iya Dik” Bu Misye menjawab.<br />
“Adik dari mana?” lanjutnya.<br />
“Dari <span class="ilad">rumah</span> teman, sedang Ibu sendiri dari mana?” pemuda itu menyambung.<br />
“Dari tempat kerja Dik” Bu Misye menjawab.<br />
“Koq sampai sore Ibu, memang tidak dijemput oleh suami atau putra Ibu?” pemuda tersebut kembali bertanya.<br />
“Ndak Dik.. walau udah tua Ibu berusaha sendiri lagian anak-anak Ibu udah berkeluarga semua” Bu Misye menyahut.<br />
“Eh Adik masih kuliah kelihatannya, nama Adik siapa biar enak kalau manggilnya” lanjut Bu Misye, walau dalam hatinya dia agak bingung kenapa harus bertanya namanya.<br />
“Iwan Ibu, masih kuliah <span class="ilad">semester</span> pertama, nama Ibu?” jawab pemuda tersebut.<br />
“Misye” jawab Bu Misye.<br />
“Ibu umurnya berapa koq ngakunya sudah tua?” Iwan bertanya.<br />
“Udah hampir limapuluh Dik Iwan” jawab Bu Misye.<br />
“Koq masih keliatan lebih muda dari usia Bu Misye lho?” lanjut Iwan.<br />
Pembicaraan terhenti sebentar. Baju yang dipakai oleh Bu Misye yang basah secara jelas mencetak buah dadanya yang sekal terbungkus oleh BH hitam yang keliatan sangat menantang di usianya. Rambutnya yang teruarai lurus sebahu tampak basah juga. Kulitnya yang putih tampak titik air yang masih membasahinya. Iwan terus memandangi tubuh yang Bu Misye.<br />
“Tubuh Ibu masih bagus lho, Bu Misye tentu sangat bisa merawat tubuh” tiba-tiba Iwan memecah kesunyian.<br />
Bu Misye agak kaget dengan pertanyaan Iwan. Dia agak tersinggung dengan pertannyan itu apalagi mata Iwan yang tidak lepas dari dadanya. Anak ini ternyata agak kurang ajar.<br />
Belum lagi keterkejutannya hilang, Iwan berkata lagi, “Tentu suami Ibu sendiri sangat sengan dengan istri yang secantik dan semolek Bu Misye” Iwan berkata sambil meremas-remas kemaluannya yang masih dibungkus celananya.<br />
Melihat situasi yang kurang baik itu, Bu Misye tidak menjawab, dia langsung berdiri menuju ke motornya walaupun hujan tampaknya semakin menjadi-jadi. Namun tangan Iwan lebih dulu menyahut tangan Bu Misye. Bu Misye semakin marah.<br />
“Kau mau apa haa?” hardiknya.<br />
“Hujan masih lebat, sedang kita cuma berdua.. saya menginginkan Ibu” sahut Iwan dengan santainya sambil merangkul Bu Misye dari belakang.<br />
“Menginginkan apa?” Bu Misye agak berteriak sambil berusaha melepaskan pelukan Iwan.<br />
“Menginginkan tubuh Ibu..” Iwan berkata sambil tangannya beraksi menggerayangi tubuh Bu Misye dari belakang.<br />
“Jangan Dik Iwan.. apa kamu nggak merasa umurku.. sebaya dengan ibumu” Bu Misye berusaha untuk mengingatkan.<br />
“Justru itu saya suka” Iwan menyahut.<br />
Tangan kirinya merangkul Bu Misye dari belakang, tangan kananya berusaha menyingkap rok yang dipakai Bu Misye setelah tersingkap ke atas Iwan mengeluarkan penisnya yang sudah keras berdiri. Tak ketinggalan CD yang dipakai oleh Bu Misye dipelorotkan ke bawah.<br />
Tangan Iwan meraba-raba memek Bu Misye yang ditumbuhi oleh jembut yang rimbun. Jarinya berusaha masuk ke lubang kenikmatan Bu Misye.<br />
“Dik Iwan.. To.. <span class="ilad">long</span>.. hentika.. ka.. ka.. ka.. mu nggak se.. harusnya mela.. kuka.. ini.. Dik Iwan Iwan..” Bu Misye berusaha mengingatkan lagi dengan terbata-bata.<br />
“Ah.. Jangan.. Dik Iwan.. Ibu.. sudah tua.. ingat..” tambahnya lagi.<br />
Iwan tidak menggubris kata-kata Bu Misye jarinya sudah masuk ke vagina Bu Misye dan bermain-main di dalamnya. Kemudian Iwan berusaha membalikkan tubuh Bu Misye, setelah itu dengan kasar Iwan mendorong tubuh molek itu sehingga jatuh terjerebab ke <span class="ilad">tanah</span>. Dengan posisi duduk mengkangkang Bu Misye berusaha bangkit lagi dari duduknya. Pahanya yang mulus tersingkap sampai ke pangkalnya. Pakaian bagian atas acak-acakkan tampak sebagian kutang warna hitam yang seolah tak mampu menahan volume buah <span class="ilad">dada</span> indah Bu Misye.<br />
Belum sempat berdiri Iwan berkata sambil melepaskan celana dan bajunya, “Bu Misye, anda berteriakpun tak akan ada orang yang mendengar.. tempat ini agak jauh dari rumah penduduk sebaiknya Bu Misye tidak usah macam-macam”<br />
“Aku tak kan sudi melayani kamu.. anak muda” Bu Misye setengah berteriak.<br />
“Sudah jangan banyak bicara lepaskan pakaianmu.. cepat.. daripada aku menyakiti Ibu” sahut Iwan sambil melepaskan celana dalamnya, tampak batang kontolnya yang sudah mengacung keras.<br />
Airmata Bu Misye mulai berlinang. Dia merasa sangat ketakutan dan galau hatinya. Dia merasa tak berharga dihadapan anak muda yang pantas menjadi anaknya. Dia juga merasa menyesal berteduh di tempat itu, dia merasa juga menyesali pakaian kerja yang sering ia kenakan. Rok yang terlalu tinggi dan baju yang transparan yang memperlihatkan BHnya yang seakan tidak muat menahan buah dadanya, sehingga membuat para lelaki yang menatapnya seolah menelanjanginya. Namun dalam hatinya berkata juga bahwa <span class="ilad">baru</span> sekarang dia melihat kemaluan lelaki yang besar, ****** suaminya tidak sebesar itu. Darahnya berdesir kencang.<br />
Belum hilang keterpanaannya sudah dikejutkan oleh suara Iwan lagi, “Cepatt! Sudah nggak tahan nih..”<br />
Karena dilanda ketakutan, dengan perlahan tangan Bu Misye melepas satu persatu kancing bajunya. Tampaklah payudaranya yang dibungkus oleh BH hitam.<br />
“Cepat lepas kutangmu!” bentak Iwan.<br />
Dalam <span class="ilad">hati</span> Bu Misye berkata anak muda memang nggak sabaran. Setelah melepas BHnya, tumpahlah payudara Bu Misye yang masih tampak sekal dan menggairahkan, puting susunya yang coklat kehitam-hitaman tampak menantang sekali.<br />
Iwan jongkok di dekat Bu Misye tangannya mulai menggerayangi payudara Bu Misye.<br />
“Uh.. ah.. ah..” rintih Bu Misye ketika tangan Iwan memilin milin putingnya.<br />
Tidak puas memilin-milin mulut Iwan mulai mendarat di pucuk anggur itu. Lidahnya menari-nari dan ketika dihisap keras-keras Bu Misye hanya bisa menggigit bibir bagian bawah dan memejamkan matanya. Setelah puas dengan buah dada Bu Misye Iwan bangkit kemudian mendekatkan kontolnya yang besar tersebut ke mulut wanita paruh baya yang lemah itu.<br />
“Hisap.. Bu Misye” perintahnya.<br />
“Cepatt!” bentak Iwan ketika Bu Misye belum juga melakukan apa yang ia kehendaki.<br />
Akhirnya Bu Misye mengulum batang zakar. Pertama dia melakukan hampir saja dia muntah karena selama hidupnya dia baru melakukan beberapa kali dengan suaminya. Bu Misye seakan tidak percaya apa yang dia lakukan sekarang, dia di tempatnya bekerja adalah orang yang dihormati sedang di kampungnya dia juga orang yang disegani Ibu-Ibu. Namun pada saat ini dia sedang melakukan hal yang jorok hingga tentu kehormatannya sebagai wanita hilang sama sekali.<br />
Iwan dengan kasar memaju mundurkan kontolnya sehingga terdengar suara nyaring menggairahkan. Setelah puas Iwan bangkit lagi kemudian di mengambil posisi ditengah-tengah di antara <span class="ilad">kaki</span> mulus Bu Misye.<br />
Sambil mengelus-elus kontolnya yang sudah sangat keras, Iwan berkata, “Bu Misye lebarkan lagi agar lebih mudah”<br />
Hal yang sangat mendebarkan bagi Bu Misye akan terjadi dengan perlahan Bu Misye membuka lebar kakinya sehingga tampaklah memeknya yang tampak merekah dengan bibirnya yang agak menggelambir. Perlahan dan pasti Iwan menuntun kontolnya memasuki lobang kenikmatan Bu Misye. Iwan merasakan kehangatan memek Bu Misye dan kekencangannya seakan meremas rudal Iwan. Sebaliknya Bu Misye yang sedari tadi dengan berdebar menantikan hal tersebut seakan terhenti detak jantungnya ketika ia mulai ditusuk oleh anak muda ini. Seakan merobek barang paling berharga yang dimilikinya.<br />
Ketika Iwan mulai mempercepat genjotannya tampaknya Bu Misye juga sudah mulai melambung ke awan. Sementara diluar hujan seakan belum mau berhenti. Iwan semakin mempercepat genjotannya. Buah dada Bu Misye tergoncang-goncang kesana-kemari. Bu Misye yang semula pasif sedikit memberi perlawanan dengan menggoyangkan pantatnya. Tangannya mengepal memukul lantai, kepalanya bergoyang menahan hawa birahi yang semakin meninggi.<br />
Akhirnya Bu Misye tidak kuat menahan cairan yang semula ia bendung-bendung, lobang memek Bu Misye mengerut kencang ketika dia mencapai puncak. Bu Misye malu kenapa dia bisa orgame padahal ia tidak menginginkan itu. Yang lebih membuat dia bertambah malu adalah Iwan seakan mengetahui hal tersebut. Iwan tersenyum sambil terus mempercepat genjotannya. Dalam hatinya dia berkata ternyata kau juga merasakan kenikmatan juga. Dan tampaknya Iwan juga akan sampai ke puncak. Dan terdengar lenguhan panjang Iwan ketika batang kontolnya ia tancapkan dalam-dalam sambil merangkul erat Bu Misye keluarlah cairan sperma membanjiri lobang memek Bu Misye.<br />
Iwan terkulai lemas diatas tubuh telanjang Bu Misye jiwa mereka seolah melayang sejenak.<br />
Setelah itu Iwan bangkit dan mengambil pakaiannya sambil berkata, “Bu Misye berpakaianlah, tampaknya hujan sudah mulai reda, memek Ibu ueenak sekali, terima kasih ya Bu Misye”.<br />
Bu Misye menatap Iwan dalam hatinya bercampur antara marah, gundah, galau. Namun satu hal yang dia tidak pungkiri bahwa dia juga menikmati perkosaan yang dilakukan Iwan.<br />
Akhirnya Bu Misye memunguti pakaian kemudian mengenakannya kembali. Mereka berjalan ke arah motor mereka tanpa bersuara.<br />
Tampaknya hujan sudah reda. Bu Misye menghidupkan mesin motornya, namun ia dihentikan lagi oleh Iwan.<br />
Iwan berkata, “Bu Misye saya minta maaf akan kelancangan saya, saya tidak bisa menahan gejolak nafsu saya..”<br />
Bu Misye tak menjawab. Ia hanya menatap wajah Iwan dengan mata yang berkaca-kaca. Iwan diam kemudian Iwan mendekatkan wajahnya dan ciuman hangat ia daratkan ke bibir Bu Misye. Pertama Bu Misye diam namun akhirnya Bu Misye membalas ciuman tersebut. Lidah mereka saling bertautan. Sejenak kemudian Bu Misye tersadar dan melepaskan ciuman tersebut kemudian melajukan kendaraannya.<br />
Iwan hanya terdiam terpaku kemudian menaiki kendaraannya ke arah yang berlawanan. Bu Misye menerobos hujan rintik-rintik dengan perasaan yang sebenarnya terpuaskan.<br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-51505844126175160682011-03-13T09:09:00.001+07:002011-03-13T09:09:37.718+07:00Bu Lilik Guru SD ku<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDemangan.Net%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.ilad
{mso-style-name:il_ad;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
Namaku adi, aku saat ini berumur 21 tahun, aku sekarang masih kuliyah disalah satu universitas ternama di Malang. Waktu aku masih duduk dibangku SD aku pernah mempunyai seorang <span class="ilad">guru</span> wanita yang membuatku selalu membayangkannya tiap malam. Dia bernama Bu Lilik Masriyah, dia sudah mempunyai suami bernama Pak Lukman yang juga seorang Guru. Bu lilik mempunyai 3 orang anak, anaknya yang pertama sebaya denganku sedangkan anaknya yang kedua kelas 1 SMA, anaknya yang ketiga duduk dibangku TK. Bu lilik dikenal oleh semua murid sebagai guru yang otoriter, begitu banyak murid murid yang takut bila dia yang mengajar. Tapi dimataku dia adalah wanita yang perfect. Saat ini Bu lilik adalah seorang wanita yang berumur 40 tahun yang anggun, dia cantik, kulitnya putih, hidungnya mancung, bibirnya merah delima, rambutnya sebahu, postur tubuhnya tinggi, body tubuhnya lumayan dan masih singset daripada wanita 40 tahun lainnya. Sewaktu aku masih duduk dibangku SD, tak sengaja sering terlihat BH yang dipakai Bu lilik waktu dia sedang menulis di papan tulis ataupun waktu dia sedang duduk. Hal – hal itu yang membuatku terbayang – baying setiap saat setiap waktu. Bisa dibilang <span class="ilad">masa</span> puberku waktu itu terjadi karena sering membayangkan aku bercinta dengan Bu lilik. Dasar anak – anak pikirku.<br />
<a name='more'></a><br />
Setiap pulang dari malang aku selalu lewat depan rumahnya, kulihat rumahnya selalu sepi. Mungkin setiap aku lewat dia tak sedang berada diRumah. Singkat cerita Waktu itu aku tiba dirumah pukul 12 malam. Aku sejenak duduk diruang tamu kulihat dimeja ada sebuah undangan reuni dari sekolah SD ku dulu. Besoknya aku datang ke tempat reuni aku bertemu dengan banyak teman – teman SD disitu. Kulihat Bu lilik juga hadir dalan acara tersebut. Ku lihat dia masih tetap cantik seperti dulu. Dalam acara tersebut panitia reuni mengadakan tour ke Bali dalam rangka ulang tahun berdirinya sekolah. Kebetulan 1 minggu aku libur kuliyah dan aku memutuskan untuk ikut dalam tour tersebut. Pukul 4 sore acaranya selesai. Aku segera menghampiri Bu lilik. Ku jabat dan kucium tangannya seraya memberi hormat padanya. Hanya beberapa menit kami ngobrol. Kulihat yang lain sudah pada pulang. “Bu nunggu siapa? Kok belum pulang? Nunggu jemputan yah??” tanyaku sambil tersenyum kecil. “iyah.. ibu nunggu jemputan anak ibu…” jawabnya sambil membalas senyumku “loh memang suami Bu lilik kemana kok anak ibu yang jemput???” tanyaku lagi. “suami ibu lagi melayat ke <span class="ilad">rumah</span> temanya kedua anak ibu dirumah tapi anak ibu yang sebaya dengan kamu kuliyah diSurabaya dan tadinya dia mau pulang dan sekalian jemput ibu gitu” “oh anak ibu kuliyah diSurabaya ngekost yah bu???” kemudian hp di tasnya Bu lilik berbunyi dan akhirnya dia mengangkatnya. Beberapa detik pembicaraan ku dengan dia terpotong dengan suara hp di tasnya. “oh anak ibu kos disana dia Cuma pulang 1 minggu 1 kali. Tapi kali ini dia gak bissa pulang karena banyak tugas di kampus….barusan dia nelpon ibu” dalam <span class="ilad">hati</span> ku berkata ini kesempatan untukku untuk bissa menawarkan sesuatu pada dia. “maaf bu lilik, kalau saya diperbolehkan biarkan saya saja yang nganterin ibu pulang…gimana bu???” “eeehhhmmm..gimana yah Di…eehhmmm… yauda deh ibu mau”<br />
Setelah sampai didepan rumahnya aku memintai dia nomor HP. Kemudian waktu terus berlalu. 2 hari berikutnya aku berangkat ke Bali bareng teman teman <span class="ilad">alumni</span> yang ikut. Kulihat pula ternyata Bu lilik ikut dalam tour ini. Aku segera berpindah duduk disamping Bu lilik. “Bu suami dan anaknya kok gak diajak…” “suami ibu dan anak anak ibu pada gak mau ibu ajak… gak tau ni padahal kan gratis” waktu terus berlalu kami ngobrol cukup lama sampai tertidur dalam bus. Ingin sekali kudekap tubuh mulus nya itu tapi untung aku masih bissa mengendalikan diri karena banyak orang didalam bus itu. Waktu terus berjalan, akhirnya pukul 5 pagi aku dan rombongan sekolah tiba di pantai sanur untuk melihat <span class="ilad">sunrise</span>. Pukul 10 pagi aku dan rombongan tiba diHotel. Kebetulan aku dan rombongan menginap diHotel yang mewah dan berkelas tak heran kalau banyak orang kaya disitu. Aku segera masuk <span class="ilad">kamar</span> dan melepas kepenatan dengan mandi dikolam renang. Saat mandi dikolam renang tak sengaja kulihat Bu lilik hanya mengenakan BH G- string berwarna hitam. Karena kebetulan kamarku dengan kamar Bulilik berdekatan hanya saja kamar Bu lilik berada di lantai atas dan kebetulan juga Bu lilik waktu ganti <span class="ilad">baju</span> lupa menutup jendela dan akhirnya terlihat dari bawah. ‘wwooow nafsu birahi langsung memuncak., pemandangan seperti itu membuat penisku yang tadi tidur <span class="ilad">menjadi</span> bangun dank eras dan amat keras. Dalam hati aku berkata “nanti malam aku harus bissa masuk kekamar bulilik”<br />
Malam pun tiba. Pukul 8 malam aku mengetuk pintu kamar Bu lilik. Kuketuk beberapa kali tapi gak ada yang membuka. Kemudian aku hendak balik kekamarku, dan <span class="ilad">baru</span> dua <span class="ilad">langka</span> Bu lilik memanggilku. “Ada apa Di??? “ kulihat Bu lilik mengenakan baju tidur dan kulihat pula rambutnya basah. Ternyata dia habis mandi. “saya mau ngobrol sesuatu pada ibu gak papa kan kalau saya masuk, maaf bu kalau saya menggangu istarahat ibu” “ohhh… ya uda masuk ajah” langsung aku mengunci pintunya tanpa sepengatahuan Bu lilik. setelah didalam kamar aku ngobrol beberapa kata dengan dia. Kemudian aku bilang pada Bu lilik kalau aku suka kepadanya dan sangat mengaguminya. “Bu aku sangat ingin sekali memiliki kamu bu, tapi ibu sudah bersuami dan ibu sudah punya anak, kalau boleh memilih takdir aku ingin jadi suamimu Bu” langsung seketika Bu lilik kaget dan marah dengan pengakuanku tadi. “Di…kamu gak boleh sepeti ini pada Ibu…bagaimanapun juga Ibu ini tetap Mantan Gurumu dan harus kau hormati dan jangan mengada ngada tentang kata katamu tadi”<br />
Aku segera mendekati tubuh Bu lilik. Terasa sudah keras penisku tertahan oleh CD yang kukenakan saat mendekati tubuhnya. Langsung dengan cekatan kucium pipinya yang sebelah kiri. “Astagfirullah Di…jangan…di…” saat Bu lilik melontarkan kata kata itu dengan nada marah dan kesal tanpa panjang lebar langsung masih dalam posisi berdiri aku memeluk tubuhnya bu Lilik dengan erat, segera kuciumi pipinya dan bibirnya. “Di jangan Di….ibu mohon jangan” bu lilik hanya marah tapi dia tidak berontak seperti adegan adegan perkosaan lain. Dia hanya melarangku dengan kata – kata nya yang bernada marah tapi dia tak melawan bahkan tangannya diam tak berusaha mendorong tubuhku. Setelah beberapa kali kuciumi pipi nya baik sebelah kanan maupun kiri aku beralih ke lehernya yang putih dan mulus. Kuciumi dengan lahap lehernya, bahkan waktu itu aku mirip seperti orang kesetanan yang bringas. Dengan cepat kuciumi setiap lekuk leher bu lilik dengan bringas. “stop..hentikan ini Di…kamu jangan kurang ajar sama Ibu..aaaahhh…aaaahhh…hentikan Di….aaaahhh” kudengar nada kata katanya yang tadi seperti orang marah ternyata sekarang berubah menjadi lirih dan diiringi dengan desahan desahannya yang membuatku semakin bringas dan liar menciumi lehernya. <span class="ilad">Aroma</span> wangi tubuhnya membuat penisku seperti ingin keluar merobek CD. Sambil menciumi leher dan bibirnya Segera aku melepas baju ku sedikit demi sedikit hingga kuhanya mengenakan CD Kulihat Bu lilik memejamkan mata sambil mendesah dan melarangku melakukan itu. “Di…jangan….Di….aaaaahhhhh….ini perbuatan dosa Di….aaaahhhh….sekali lagi…ibu mohon………aaaaaaahhhhhhh”<br />
Setelah puas menciumi lehernya aku langsung beralih menciumi bagian pundaknya sambil mencoba melepaskan baju tidur yang dia pakai. “dasar….bajingan kamu…Di….hentikan…ibu mohon….aaaaaaaaahhhhh…..Ibu gak mau Di….ini dosa….….aaaaahhhhh….” dia terus mendesah sambil memejamkan mata. Tak lama kemudian Baju tidurnya terjatuh dilantai, kulihat dia memakai BH G-string merah, kulihat BH G string yang dia pakai seperti terlalu ketat dan kekecilan sehingga Payudaranya dibagian atas seperi mau menjumbul keluar. segera kusosor dengan lahap pundak dan dadanya yang terlihat mulus. Ditengah aksiku menciumi dadanya aku berkata pada bu lilik “Bu aku ingin sekali ibu orang yang pertama kali mendapatkan perjakaku ini, cccccpppppccckkk….. jadi aku mohon…mmmmuuuuaaaachhhh…mmmmhhhhcccchhh….. izinkan aku menjamah tubuh ibu yang mulus ini… karena sejak SD aku menantikan kesempatan seperti ini dengan kamu Bu” langsung kuteruskan ciumanku ke pundak dan dadanya yang mulus. “tapi kamu salah Di…ibu ini hanya wanita tua berumur 40 tahun… aaaaahhhh….tak pantas…kau perlakukan ibu sperti ini….….aaaaahhhhh…. ibu tak ada bedanya dengan ibu kamu sendiri….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….hentikan hentikan Di….kamu memang biadab….….aaaaahhhhh….dasar terkutuk kamu….aaaaahhhhh….” setelah puas kumenciumi dadanya kuciumi Payudaranya yang masih terbungkus BH G-String berwarna merah. Saat bibirku menyentuh tali BH nya. Aku benar benar seperti orang kesetanan dan bringas, kulahap dengan cepat hingga BH nya yang dia pakai basah karena air liurku. Kemudian sambil terus menciumi payudaranya yang terbungkus BH aku mencoba membuka kancing BH nya yang berada dibelakang punggungnya. Akhirnya tanganku berhasil meraih kancing BH nya. Segera kutarik dengan cepat terlepaslah BH yang dia pakai dan terjatuh diLantai. Aku sangat kaget melihat ukuran payudaranya saat BH nya ku buka ternyata sangat montok dan besar, padahal dulu aku mengira payudaranya ukuranya kecil serta biasa saja, tapi setelah terpampang didepanku langsung dengan bringas/liar/lahap/bahkan seperti orang kesetanan aku lagsung menciumi kedua payudaranya yang montok itu baik kanan ataupun kiri, seperti orang yang tak sabaran dan tergesa gesa gaya ciumanku terhadap payudaranya itu.<br />
“….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…. biadab kamu ….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…. jangan….aaaaahhhhh….jangan….aaaaahhhhh….jaaaaaaaaaangaaaaaannn Di” desahannya yang lirih sambil menegelus elus dan memegangi kepalaku. Sangat lama sekali aku menciumi kedua payudaranya. Tak henti hentinya kuciumi berulang ulang payudaranya. “mmmccchhhhh…mmmmmcccchhhh,…..” terasa nikmat sekali terasa seperti dipuncak kenikmatan saat kuberulang ulang kumenciumi kedua payudaranya. Setelah berulang kali kuciumi kumenghisap payudaranya yang sebelah kanan secara bergantian baek kiri maupun kanan” beberapa menit lamanya aku gak tahu yang kurasa kulakukan ciuman dipayudaranya itu sangat lama dari pada yang ciumanku dibagian tubuhnya yang lain. Sambil terus menciumi dan menghisap payudaranya yang montok aku mendorong tubuh Bu lilik ke ranjang besar dan empuk itu. Bu lilik dan tubuhku terbaring di atas ranjang dengan posisi tubuhku diatas tubuh Bu lilik. “….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…. biadab kamu ….aaaaahhhhh….….bangsat kamu aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…. jangan….aaaaahhhhh….jangan….aaaaahhhhh….jaaaaaaaaaangaaaaaannn Di”<br />
setelah cukup lama ku menciumi dan menghisap kedua payudaranya aku beralih ke perutnya. Kuciumi perut dan pusarnya sampai menuju vaginanya yang masih terbungkus oleh CD G-String Hitam. Kurasakan saat bibirku menyentuh vaginanya yang ternyata sudah basah sekali. Langsung sambil menciumi selakangannya yang wangi kumelorotkan CD G-string hitam yang dia pakai hingga terlepas dan terjatuh ke lantai. Kusosor dengan lahap vaginanya. “….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…. biadab kamu ….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…. jangan….aaaaahhhhh….jangan….aaaaahhhhh….jaaaaaaaaaangaaaaaannn lakukan itu ….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….stop ibu gak mau berbuat dosa….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….” tak lama kemudian Bu lilik tak melarangku tapi dia hanya mendesah berulang kali “….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…aaaauuuuuhh……”<br />
setelah kumenciumi seluruh permukaan vaginanya ku beralih kebawa terus dan terus hingga jari kakinya. Sambil melepas CD yang kukenakan aku menciumi betis dan kakinya. Setelah kuciumi kaki dan jarinya aku naik keatas tubuhnya lagi. Kutindih tubuh Bu lilik sambil menancapkan penisku ke liang vaginanya. Kulihat Bu lilik pasrah sambil memejamkan mata. Tak lama kemudian penisku terbenam tepat diVaginanya Bu lilik yang dari tadi sudah basah sekali. Kugenjot tubuhku berulang kali. “….aaaaahhhhh….….oooohhhhh….….aaaaahhhhh…….aaaauuuu….….aaaaahhhhh…. aaahhhhh….….oooohhhhh….….aaaaahhhhh…….aaaauuuu….….aaaaahhhhh<br />
….aaaaahhhhh….….oooohhhhh….….aaaaahhhhh…….aaaauuuu….….aaaaahhhhh” hanya desahan dan desahan yang keluar dari bibir bu lilik sambil memejamkan kedua matanya. Benar benar dipuncak kenikmatan walu berawal dari pemaksaan aku benar benar manusia paling bahagia didunia waktu itu. Setelah berulang kali ku menggenjot tubuhku, tak lamma kemudian kumerasakan ada yang menyembur deras dari penisku menuju liang vaginanya<br />
setelah air mani itu keluar dan menuju liang vaginannya Bu lilik, aku menggenjot tubuhku lagi berulang kali dengan ritme yang pelan. Hingga air mani itu keluar berulang kali. Setelah beberapa saat kemudian aku merasa lelah sekali setelah berulang kali melakukan genjotan. Kulihat pula dari wajahnya Bu lilik kelelahan. Kulihat dia memejamkan matanya dan menoleh kea rah kiri dan tak berani memandang wajahku. Segera kutarik penisku dari vaginanya dan kuberbaring disampingnya sambil menciumi payudaranya. Ditengah ciumanku aku minta maaf pada Bu lilik ”Bu maafin aku… aku sudah berbuat dosa pada ibu…sekali lagi maaf” kemudian aku mengambil selimut dan aku berbaring disamping Bu lilik sambil memeluk tubuhnya yang mulus, kumenyelimuti tubuh kami berdua dengan selimut yang tebal. Karena udaranya sangat dingin. Kami berdua tidur bersama hingga pagi<br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-64179338330296171082011-03-13T09:07:00.001+07:002011-03-13T09:07:25.612+07:00Gara-Gara Horny<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDemangan.Net%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="State" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
a:link, span.MsoHyperlink
{color:blue;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{color:purple;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.ilad
{mso-style-name:il_ad;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
Namaku risa atau biasanya dipanggil icha. aku memiliki wajah yg sedikit indo didukung dengan badanku yg <span class="ilad">kata</span> teman2ku seksi. aku <span class="ilad">baru</span> saja lulus smu. cerita ini adalah pengalaman sewaktu aku masih duduk di bangku sma kelas 1. Hari ini pelajaran yg diberikan belum terlalu banyak karena kami masih dalam tahap2 transisi <span class="ilad">dari</span> murid smp <span class="ilad">menjadi</span> murid smu. Tak terbayang olehku dapat masuk ke smu yg masih tergolong favorit di ibu <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">kota</st1:city></st1:place> ini. impianku sejak dulu adalh memakai sragam putih abu2 karena seragam ini memiliki model rok yg lebih membuatku kelihatan seksi.<br />
<a name='more'></a><br />
diantara teman2 baruku ada seorang co yg amat menarik perhatianku, sebut saja namanya indra. membayangkan wajahnya saja bisa membuatku <a href="http://ceritadewasaku.com/" target="_blank"><span style="color: black; text-decoration: none;">terangsang</span></a>. aku sering melakukan masturbasi sambil membayangkan indra. walaupun sering bermasturbasi tp saat itu akku belum pernah bercinta atau ngentot, bahkan <span class="ilad">petting</span> jg belum. entah setan apa yg masuk ke dalam otakku hari itu karena aku berencana untuk menyatakan cinta kpd indra. maka saat istirahat aku memanggil indra, “dra, gw gk tau gmn ngomongnya…” aku benar2 kalut saat itu ingin mundur tp udah telat. “dra gw sayang ma elo, lo mau <st1:place w:st="on"><st1:state w:st="on">kan</st1:state></st1:place> jd cowo gw?” aku merasa amat malu saat itu, rasanya seperti ditelanjangi di kelas (paling tidak sampai SEKARANG aku masih memakai seragam lengkap. indra hanya tersenyum, “nanti aja ya gw jawabnya pas pulang”.<br />
selama jam pelajaran pikiranku tak menentu, “gimana kalo indra gak mau?” dalam hatiku “pasti gw jd bahan celaan!” berbagai pertanyaan terus mengalir di otakku. untungnya pelajaran belum begitu maksimal. bel pulang pun berdering, jantungku berdegup cepat. aku hanya duduk menunggu di bangkuku, aku tidak memiliki keberanian untuk menghampiri indra dan menanyakan jawabannya. saat kelas sudah berangsur sepi indra menghampiriku “bentar ya cha, gw dipanggil bentar” katanya. aku menunggu sendirian di kelas. “jangan2 indra ingin agar sekolah sepi dan mengajakku bercinta?” kepalaku penuh pertanyaan, hingga aku sama sekali tidak dapat berpikir sehat. dalam penantianku tiba2 ada orang datang. aku kecewa karena bukan indra yg datang melainkan malik dan ardy dari kelas I-3. <span class="ilad">mereka</span> menghampiriku, malik didepanku dan ardy disampingku. perlu diketahui mereka bisa dikatakan sangat jauh dari tampan. dengan kulit yg hitam dan badan yg kurus kering, aku rasa akan menyulitkan mereka untuk mendapatkan pacar di sekolah ini. <span lang="SV">“lagi nugguin indra cha?” kata malik. “koq tau?” kataku “tadi indra cerita.” apa2an nih indra pake cerita segala dalam hatiku. “lo suka ma indra ya cha?” tanya malik lagi. aku cuma diam saja. “koq <span class="ilad">diem</span>?” kata ardy. “males aja jawabnya” kataku<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">perasaan bt mulai menjalar tp aku harus menahan karena pikirku ardy dan malik adalah teman indra. “koq lo bisa suka ma indra sih cha?” tanya ardy tp kali ini sambil merapatkan duduknya kepadaku dan menaruh tangannya di pahaku. “indra ganteng n gak kurang ajar <span class="ilad">kayak</span> lo!” sambil menepis tangannya dari pahaku. “kurang ajar kaya gimana maksud lo?” tanya ardy lag i sambil menaruh tangannya lg di pahaku dan mulai mengelus2nya “ya kayak gini!” jawabku sambil menunjuk tangannya tp tidak menepisnya karena aku mulai terangsang dan berpikir mungkin mereka disuruh indra. “tapi enak kan?” kali ini malik ikut bicara. ardy mulai mengelus2 pangkal pahaku. aku pura2 berontak padahal dalam <span class="ilad">hati</span> aku ingin dia melanjutkannya. “udah jangan sok berontak” kata malik sambil menunjukkan cengiran lebarnya. makin lama usapannya membuatku membuka lebar pahaku. “td bilang kita kurang ajar, eh skarang malah ngangkang.” “nantangin yah?” kata malik. dia menggeser bangku di depan mejaku dan mulai masuk ke kolong mejaku. sekarang ardy berganti mengerjai payudaraku, tangan kirinya mengusap payudara kananku sedangkan mulutnya menciumi dan menghisap payudarakiriku sehingga seragamku basah tepat di daerah payudaranya saja. malik yg berada di kolong <span class="ilad">meja</span> menjilat2 paha sampai pangakal pahaku dan sesekali lidahnya menyentuh memekku yg msh terbungkus cd tipisku yg berwarna putih. perbuatan mereka membuatku menggelinjang dan sesaat membuatku melupakan indra. ardy melepas kancing kemeja seragamku satu persatu dan kemudian melempar seragam itu entah kemana. merasa kurang puas ia pun melepas dan melempar braku. lidahnya menari2 di putingku membuatnya menjadi semakin membesar. “ough dy udah dong, gimana nanti kalo ketauan” kataku “tenang aja <span class="ilad">guru</span> dah pada pulang” kata malik dari dalam rokku. sedangkan ardy terus mengerjai kedua payudaraku memilinnya, meremas, memghisap, bahkan sesekali menggigitnya. aku benar2 tak berdaya saat ini, tak berdaya karena nikmat. aku merasakan ada sesuatu yg basah mengenai vaginaku, aku rasa malik menjilatinya. aku tak dapat melihatnya karena tertutup oleh rokku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">perlakuan mereka sungguh membuatku melayang. aku merasa kemaluanku sudah amat basah dan malik menarik lepas cdku dan melemparnya juga. ia menyingkap rokku dan terus mnjilati kemaluanku. tak berapa lama aku merasa badanku menegang. aku sadar aku akan orgasme. aku merasa amat malu karena menikmati permainan ini. aku melenguuh panjang, setengah berteriak. aku mengalami orgasme di depan 2 orang buruk rupa yg baru aku kenal. “hahahaha..” mereka tertawa berbarengan. “ternyata lo suka juga yah?” kata ardy sambil tertawa. “jelas lah” sambung malik “smp dia kan dulu terkenak pecunnya” kata2 mereka membuat telingaku panas. kemudian mereka mengangkatku dan menelentangkanku di lantai. mreka membuka pakainnya “oh..” ini pertama kalinya aku melihat penis secara langsung. biasanya aku hanya melihat di film2 porno. malik membuka lebar pahaku dan menaruh kakiku di atas pundaknya. pelan2 ia memasukkan penisnya ke liang senggamaku. “ough, sakit lik” teriakku “tenang cha, entar juga lo keenakan” kata malik ” ketagihan malah “sambung ardy”<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">perlahan2 ia mulai menggenjotku, rasanya perih tp nikmat. sementara ardy meraih tanganku dan menuntunnya ke penis miliknya. ia memintaku mengocoknya. malik memberi kode kepada ardy, aku tidak mengerti maksudnya. ardy mendekatkan penisnya kemulutku dan memintaku mengulumnya. aku mejilatinya sesaat dan kemudian me masukkannya ke mulutku. “isep kontol gw kuat2 cha” katanya. aku mulai menghisap dan mengocoknya dgn mulutku. tampaknya ini membuatnya ketagihan. ia memaju mundurkan pingangnya lebih cepat. disaaat bersamaan malik menghujamkan penisnya lebih dalam. “mmmffhh” aku ingin berteriak tp terhalang oleh penis ardy. rupanya <span class="ilad">arti</span> dr kode mereka ini, agar aku tak berteriak. aku sadar ke virginanku diambil mereka, oleh orang yg baru beberapa hari aku kenal. “ternyata masih ada juga nak smp sb yg masih virgin” “memek ce virgin emang paling enak” kata malik. dia menggenjotku semakin liar, dan tanpa sadar goyangan pingulku dan hisapanku terhadap penis ardy jg semakin cepat. tak lama aku orgasme untuk yg kedua kalinya. akupun menjadi sangat lemas tp karena goyangan malik malik semakin liar aku pun juga tetap bergoyang dan meghisap dengan liarnya. tak lama malik menarik keluar penisnya dan melenguh panjang disusul deerasnya semprotan maninya ke perutku. ia merasa puas dan menyingkir.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">sudah 45 menit aku menghisap penis ardy tp ia tak kunjung orgasme jg. ia mencabut penis dari mulutku, aku pikir ia akan orgasme tp aku salah. ia telentang dan memintaku naik diatasnya. aku disetubuhi dengan gaya woman on top. aku berpegangan pada dadanya agar tidak jatuh, sedangkan ardy leluasa meremas susuku. sekitar 10 menit dengan gaya ini tiba2 malik mendorongku dan akupun jatuh menindih ardy. malik menyingkap rokku yg selama bergaya woman on top telah jatuh dan menutupi bagian bawahku. ia mulai mengorek2 lubang anusku. aku ingin berontak tapi aku tidak ingin saat ini selesai begitu saja. jadi aku biarkan ia mengerjai liang duburku. tak lama aku yg sudah membelakanginya segera ditindah. penisnya masuk ke dalam anusku dengan ganas dan mulai mengaduk2 duburku. tubuhku betul2 tersa penuh. aku menikmati keadaan ini. sampai akhirnya ia mulai memasukkan penuh penisnya ke dalam anusku. aku merasakan perih dan nikmat yg tidak karuan. jadilah aku berteriak2 sekeras2nya. aku yg kesakitan tdk membuat mereka iba tetapi malah semakin bersemangat menggenjotku. sekitar 15 menit mereka membuatku menjadi daging roti lapis dan akhirnya aku orgasme lagi untuk yg kesekian kalinya. kali ini aku berteriak amat keras dan kemudian jatuh lemas menindih ardy. saat itu penjaga sekolah masuk tanpa aku sadar dan menonton aku yg sedang dikerjai 2 orang biadab ini.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">goyangan mereka semakin buas menandakan mereka akan segera orgasme. aku yg sudah lemas hanya bisa pasrah saja menerima semua perlakuan ini. tak lama mereka berdua memelukku dan melenguh panjang mereka menyemprotkan maninya di dalam kedua liangku. aku dapat merasakan cairan itu mengalir keluar karena memekku tidak cukup menampungnya. mereka mencabut kedua penis mereka. aku yg lemas dan hampir pingsan langsung tersadar begitu mendengar ardy berkata “nih giliran pak maman ngerasain icha” aku melihat penjaga sekolah itu telah telanjang bulat dan penisnya yg lebih besar dari ardy dan malik dengan gagahnya mengangkangiku seakan menginginkan lubang untuk dimasuki. ia menuntun penisnya kemulutku untuk kuhisap. aku kewalahan karena ukurannya yg sangat besar. melihat aku kewalahan tampaknya ia berbaik hati mencabutnya. tetapi sekarang ia malah membuatku menungging. ia mengorek2 kemaluanku yang sudah basah sehingga makin lama akupun mengangkat pantatku. aku sungguh takut ia menyodomiku.<o:p></o:p></span><br />
akhirnya aku bisa sedikit lega saat penisnya menyentuh bibir kemaluanku. dua jarinya membuka memekku sedangkan penisnya terus mencoba memasukinya. entah apa yg aku pikirkan, aku menuntun penisnya masuk ke memekku. ia pun mulai menggoyangnya perlahan. aku secara tak sadar mengikuti irama dari goyangannya. rokku yag tersinggkap dibuka kancingnya dan dinaikkannya sehingga ia melepas rok abu2ku melalui kepalaku. saat ini aku telah telanjang bulat. tangannya meremas payudaraku dan terus menggerayangi tubuhku. disaat2 kenikmatan aku tak sengaja menoleh dan melihat indra duduk di pojok. dewi teman sebangkuku megoralnya yg lebih mengagetkan ia memegang handycam dan itu menagarah ke diriku. aku kesal tp terlalu horny untuk berontak. akhirnya aku hanya menikmati persenggamaan ini sambil direkam oleh orang yg aku sukai.<br />
pak maman semakin ganas meremas dadaku gerakannya pun semakin cepat. tapi entah kenapa dari tadi aku selalu lebih dulu orgasme dibandingkan mereka. aku berteriak panjang dan disusul pak maman yang menjambak rambutku kemudian mencabut penisnya dan menyuruhku meghisapnya. ia berteriak tak karuan. menjambakku, meremas2 dadaku sampai akhirnya ia menembakan maninya di mulutku. terdengar entah malik, ardy, atau indra yang berteriak telan semuanya. aku pun menelannya. mereka meninggalkanku yg telanjang di kelas sendirian. setelah mereka pergi aku menangis sambil mencari2 seragamku yg mereka lempar dan berserakan di ruang kelas. aku menemukan braku telah digunting tepat di bagian putingnya dan aku menemukan cdku di depan kelas telah dirobek2. sehingga aku pulang tanpa cd dan bra yg robek bagian putingnya. di dekat tasku ada sepucuk memo yg bertuliskan<br />
“TERIMA KASIH TEMEN2 GW BOLEH PAKE BADAN LO, LO LEBIH COCOK JADI PECUN GW DARIPADA JADI CEWE GW” tertanda ” INDRA.<br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-6014672581809055732011-03-13T09:03:00.001+07:002011-03-13T09:03:08.278+07:00Diperkosa Tukang Becak<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDemangan.Net%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="State" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.ilad
{mso-style-name:il_ad;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
Riska adalah seorang gadis pelajar kelas 3 di sebuah SMU negeri terkemuka di <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">kota</st1:city> <st1:state w:st="on">YK</st1:state></st1:place>. Gadis <span class="ilad">yang</span> berusia 17 tahun ini memiliki tubuh yang sekal dan padat, kulitnya kuning langsat. Rambutnya tergerai lurus sebahu, wajahnya juga lumayan cantik.<br />
Dia adalah anak bungsu dari <st1:city w:st="on">lima</st1:city> bersaudara, ayahnya adalah seorang pejabat yang kini bersama ibunya tengah bertugas di ibukota, sedang kakak-kakaknya tinggal di berbagai <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">kota</st1:city></st1:place> di pulau jawa ini karena keperluan pekerjaan atau kuliah. Maka tinggallah Riska seorang diri di <span class="ilad">rumah</span> tersebut, terkadang dia juga ditemani oleh sepupunya yang mahasiswi dari sebuah universitas negeri ternama di <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">kota</st1:city></st1:place> itu.<br />
<a name='more'></a><br />
Sebagai anak ABG yang mengikuti trend <span class="ilad">masa</span> kini, Riska sangat gemar memakai pakaian yang serba ketat termasuk juga seragam sekolah yang dikenakannya sehari-hari. Rok abu-abu yang tingginya beberapa senti di atas lutut sudah cukup menyingkapkan kedua pahanya yang putih mulus, dan ukuran roknya yang ketat itu juga memperlihatkan lekuk body tubuhnya yang sekal menggairahkan.<br />
Penampilannya yang aduhai ini tentu mengundang pikiran buruk para laki-laki, dari yang sekedar menikmati kemolekan tubuhnya sampai yang berhasrat ingin menggagahinya. Salah satunya adalah Parno, si tukang becak yang mangkal di depan <span class="ilad">gang</span> rumah Riska. Parno, pria berusia 40 tahunan itu, memang seorang pria yang berlibido tinggi, birahinya sering naik tak terkendali apabila melihat gadis-gadis cantik dan seksi melintas di hadapannya.<br />
Sosok pribadi Riska memang cukup supel dalam bergaul dan sedikit genit termasuk kepada Parno yang sering mengantarkan Riska dari jalan besar menuju ke kediaman Riska yang masuk ke dalam gang.<br />
Suatu sore, Riska pulang dari sekolah. Seperti biasa Parno mengantarnya dari jalan <span class="ilad">raya</span> menuju ke rumah. Sore itu suasana agak mendung dan hujan rintik-rintik, keadaan di sekitar juga sepi, maklumlah daerah itu berada di pinggiran <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">kota</st1:city> <st1:state w:st="on">YK</st1:state></st1:place>. Dan Parno memutuskan saat inilah kesempatan terbaiknya untuk melampiaskan hasrat birahinya kepada Riska. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk lokasi tempat dimana Riska nanti akan dikerjai. Parno sengaja mengambil jalan memutar lewat jalan yang lebih sepi, jalurnya agak jauh dari jalur yang dilewati sehari-hari karena jalannya memutar melewati areal pekuburan.<br />
“Lho koq lewat sini Pak?”, tanya Riska.<br />
“Di depan ada kawinan, jadi jalannya ditutup”, bujuk Parno sambil terus mengayuh becaknya.<br />
Dengan sedikit kesal Riska pun terpaksa mengikuti kemauan Parno yang mulai mengayuh becaknya agak cepat. Setelah sampai pada lokasi yang telah direncanakan Parno, yaitu di sebuah bangunan tua di tengah areal pekuburan, tiba-tiba Parno membelokkan becaknya masuk ke dalam gedung tua itu.<br />
“Lho kenapa masuk sini Pak?”, tanya Riska.<br />
“Hujan..”, jawab Parno sambil menghentikan becaknya tepat di tengah-tengah bangunan kuno yang gelap dan sepi itu. Dan memang hujan pun sudah turun dengan derasnya.<br />
Bangunan tersebut adalah bekas pabrik tebu yang dibangun pada jaman belanda dan sekarang sudah tidak dipakai lagi, paling-paling sesekali dipakai untuk gudang warga. Keadaan seperti ini membuat Riska <span class="ilad">menjadi</span> semakin panik, wajahnya mulai terlihat was-was dan gelisah.<br />
“Tenang.. Tenang.. Kita santai dulu di sini, daripada basah-basahan sama air hujan mending kita basah-basahan keringat..”, ujar Parno sambil menyeringai turun dari tempat kemudi becaknya dan menghampiri Riska yang masih duduk di dalam becak.<br />
Bagai tersambar petir Riskapun kaget mendengar ucapan Parno tadi.<br />
“A.. Apa maksudnya Pak?”, tanya Riska sambil terbengong-bengong.<br />
“Non cantik, kamu mau ini?” Parno tiba-tiba menurunkan celana komprangnya, mengeluarkan penisnya yang telah mengeras dan membesar.<br />
Riska terkejut setengah <span class="ilad">mati</span> dan tubuhnya seketika lemas ketika melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat selama ini.<br />
“J.. Jaangan Pak.. Jangann..” pinta Riska dengan wajah yang memucat.<br />
Sejenak Parno menatap tubuh Riska yang menggairahkan, dengan posisinya yang duduk itu tersingkaplah dari balik rok abu-abu seragam SMU-nya kedua paha Riska yang putih bersih itu. <span class="ilad">Kaos</span> <span class="ilad">kaki</span> putih setinggi betis menambah keindahan kaki gadis itu. Dan di bagian atasnya, kedua buah <span class="ilad">dada</span> ranum nampak menonjol dari balik baju putih seragamnya yang berukuran ketat.<br />
“Ampunn Pak.. Jangan Pak..”, Riska mulai menangis dalam posisi duduknya sambil merapatkan badan ke sandaran becak, seolah ingin menjaga jarak dengan Parno yang semakin mendekati tubuhnya.<br />
Tubuh Riska mulai menggigil namun bukan karena dinginnya udara saat itu, tetapi tatkala dirasakannya sepasang tangan yang kasar mulai menyentuh pahanya. Tangannya secara refleks berusaha menampik tangan Parno yang mulai menjamah paha Riska, tapi percuma saja karena kedua tangan Parno dengan kuatnya memegang kedua paha Riska.<br />
“Oohh.. Jangann.. Pak.. Tolongg.. Jangann..”, Riska meronta-ronta dengan menggerak-gerakkan kedua kakinya. Akan tetapi Parno malahan semakin menjadi-jadi, dicengkeramnya erat-erat kedua paha Riska itu sambil merapatkan badannya ke tubuh Riska.<br />
Riska pun menjadi mati kutu sementara isak tangisnya menggema di dalam ruangan yang mulai gelap dan sepi itu. Kedua tangan kasar Parno mulai bergerak mengurut kedua paha mulus itu hingga menyentuh pangkal paha Riska. Tubuh Riska menggeliat ketika tangan-tangan Parno mulai menggerayangi bagian pangkal paha Riska, dan wajah Riska menyeringai ketika jari-jemari Parno mulai menyusup masuk ke dalam celana dalamnya.<br />
“Iihh..”, pekikan Riska kembali menggema di ruangan itu di saat jari Parno ada yang masuk ke dalam liang vaginanya.<br />
Tubuh Riska menggeliat kencang di saat jari itu mulai mengorek-ngorek lubang kewanitaannya. Desah nafas Parno semakin kencang, dia nampak sangat menikmati adegan ‘pembuka’ ini. Ditatapnya wajah Riska yang megap-megap dengan tubuh yang menggeliat-geliat akibat jari tengah Parno yang menari-nari di dalam lubang kemaluannya.<br />
“Cep.. Cep.. Cep..”, terdengar suara dari bagian selangkangan Riska. Saat ini lubang kemaluan Riska telah banjir oleh cairan kemaluannya yang mengucur membasahi selangkangan dan jari-jari Parno.<br />
Puas dengan adegan ‘pembuka’ ini, Parno mencabut jarinya dari lubang kemaluan Riska. Riska nampak terengah-engah, air matanya juga meleleh membasahi pipinya. Parno kemudian menarik tubuh Riska turun dari becak, gadis itu dipeluknya erat-erat, kedua tangannya meremas-remas <span class="ilad">pantat</span> gadis itu yang sintal sementara Riska hanya bisa terdiam pasrah, detak jantungnya terasa di sekujur tubuhnya yang gemetaran itu. Parno juga menikmati wanginya tubuh Riska sambil terus meremas remas pantat gadis itu.<br />
Selanjutnya Parno mulai menikmati bibir Riska yang tebal dan <span class="ilad">sensual</span> itu, dikulumnya bibir itu dengan rakus bak seseorang yang tengah kelaparan melahap makanan.<br />
“Eemmgghh.. Mmpphh..”, Riska mendesah-desah di saat Parno melumat bibirnya. Dikulum-kulum, digigit-gigitnya bibir Riska oleh gigi dan bibir Parno yang kasar dan bau rokok itu. Ciuman Parno pun bergeser ke bagian leher gadis itu.<br />
“Oohh.. Eenngghh..”, Riska mengerang-ngerang di saat lehernya dikecup dan dihisap-hisap oleh Parno.<br />
Cengkeraman Parno di tubuh Riska cukup kuat sehingga membuat Riska sulit bernafas apalagi bergerak, dan hal inilah yang membuat Riska pasrah di hadapan Parno yang tengah memperkosanya. Setelah puas, kini kedua tangan kekar Parno meraih kepala Riska dan menekan tubuh Riska ke bawah sehingga posisinya berlutut di hadapan tubuh Parno yang berdiri tegak di hadapannya. Langsung saja oleh Parno kepala Riska dihadapkan pada penisnya.<br />
“Ayo.. Jangan macam-macam non cantik.. Buka mulut kamu”, bentak Parno sambil menjambak rambut Riska.<br />
Takut pada bentakan Parno, Riska tak bisa menolak permintaannya. Sambil terisak-isak dia sedikit demi sedikit membuka mulutnya dan segera saja Parno mendorong masuk penisnya ke dalam mulut Riska.<br />
“Hmmphh..”, Riska mendesah lagi ketika benda menjijikkan itu masuk ke dalam mulutnya hingga pipi Riska menggelembung karena batang kemaluan Parno yang menyumpalnya.<br />
“Akhh..” sebaliknya Parno mengerang nikmat. Kepalanya menengadah keatas merasakan hangat dan lembutnya rongga mulut Riska di sekujur batang kemaluannya yang menyumpal di mulut Riska.<br />
Riska menangis tak berdaya menahan gejolak nafsu Parno. Sementara kedua tangan Parno yang masih mencengkeram erat kepala Riska mulai menggerakkan kepala Riska maju mundur, mengocok penisnya dengan mulut Riska. Suara berdecak-decak dari liur Riska terdengar jelas diselingi batuk-batuk.<br />
Beberapa menit lamanya Parno melakukan hal itu kepada Riska, dia nampak benar-benar menikmati. Tiba-tiba badan Parno mengejang, kedua tangannya menggerakkan kepala Riska semakin cepat sambil menjambak-jambak rambut Riska. Wajah Parno menyeringai, mulutnya menganga, matanya terpejam erat dan..<br />
“Aakkhh..”, Parno melengking, croot.. croott.. crroott..<br />
Seiring dengan muncratnya cairan putih kental dari kemaluan Parno yang mengisi mulut Riska yang terkejut menerima muntahan cairan itu. Riska berusaha melepaskan batang penis Parno dari dalam mulutnya namun sia-sia, tangan Parno mencengkeram kuat kepala Riska. Sebagian besar sperma Parno berhasil masuk memenuhi rongga mulut Riska dan mengalir masuk ke tenggorokannya serta sebagian lagi meleleh keluar dari sela-sela mulut Riska.<br />
“Ahh”, sambil mendesah lega, Parno mencabut batang kemaluannya dari mulut Riska.<br />
Nampak batang penisnya basah oleh cairan sperma yang bercampur dengan air liur Riska. Demikian pula halnya dengan mulut Riska yang nampak basah oleh cairan yang sama. Riska meski masih dalam posisi terpaku berlutut, namun tubuhnya juga lemas dan shock setelah diperlakukan Parno seperti itu.<br />
“Sudah Pak.. Sudahh..” Riska menangis sesenggukan, terengah-engah mencoba untuk ‘bernego’ dengan Parno yang sambil mengatur nafas berdiri dengan gagahnya di hadapan Riska.<br />
Nafsu birahi yang masih memuncak dalam diri Parno membuat tenaganya menjadi kuat berlipat-lipat kali, apalagi dia telah menenggak jamu super kuat demi kelancaran hajatnya ini sebelumnya. Setelah berejakulasi tadi, tak lama kemudian nafsunya kembali bergejolak hingga batang kemaluannya kembali mengacung keras siap menerkam mangsa lagi.<br />
Parno kemudian memegang tubuh Riska yang masih menangis terisak-isak. Riska sadar akan apa yang sebentar lagi terjadi kepadanya yaitu sesuatu yang lebih mengerikan. Badan Riska bergetar ketika Parno menidurkan tubuh Riska di lantai gudang yang kotor itu, Riska yang mentalnya sudah jatuh seolah tersihir mengikuti arahan Parno.<br />
Setelah Riska terbaring, Parno menyingkapkan rok abu-abu seragam SMU Riska hingga setinggi pinggang. Kemudian dengan gerakan perlahan, Parno memerosotkan celana dalam putih yang masih menutupi selangkangan Riska. Kedua mata Parno pun melotot tajam ke arah kemaluan Riska. Kemaluan yang merangsang, ditumbuhi rambut yang tidak begitu banyak tapi rapi menutupi bibir vaginanya, indah sekali.<br />
Parno langsung saja mengarahkan batang penisnya ke bibir vagina Riska. Riska menjerit ketika Parno mulai menekan pinggulnya dengan keras, batang penisnya yang panjang dan besar masuk dengan paksa ke dalam liang vagina Riska.<br />
“Aakkhh..”, Riska menjerit lagi, tubuhnya menggelepar mengejang dan wajahnya meringis menahan rasa pedih di selangkangannya.<br />
Kedua tangan Riska ditekannya di atas kepala, sementara ia dengan sekuat tenaga melesakkan batang kemaluannya di vagina Riska dengan kasar dan bersemangat.<br />
“Aaiihh..”, Riska melengking keras di saat dinding keperawanannya berhasil ditembus oleh batang penis Parno. Darah pun mengucur dari sela-sela kemaluan Riska.<br />
“Ohhss.. Hhsshh.. Hhmmh.. Eehhghh..” Parno mendesis nikmat.<br />
Setelah berhasil melesakkan batang kemaluannya itu, Parno langsung menggenjot tubuh Riska dengan kasar.<br />
“Oohh.. Oogghh.. Oohh..”, Riska mengerang-ngerang kesakitan. Tubuhnya terguncang-guncang akibat gerakan Parno yang keras dan kasar. Sementara Parno yang tidak peduli terus menggenjot Riska dengan bernafsu. Batang penisnya basah kuyup oleh cairan vagina Riska yang mengalir deras bercampur darah keperawanannya.<br />
Sekitar lima menit lamanya Parno menggagahi Riska yang semakin kepayahan itu, sepertinya Parno sangat menikmati setiap hentakan demi hentakan dalam menyetubuhi Riska, sampai akhirnya di menit ke-delapan, tubuh Parno kembali mengejang keras, urat-uratnya menonjol keluar dari tubuhnya yang hitam kekar itu dan Parno pun berejakulasi.<br />
“Aahh..” Parno memekik panjang melampiaskan rasa puasnya yang tiada <st1:place w:st="on">tara</st1:place> dengan menumpahkan seluruh spermanya di dalam rongga kemaluan Riska yang tengah menggelepar kepayahan dan kehabisan tenaga karena tak sanggup lagi mengimbangi gerakan-gerakan Parno.<br />
Dan akhirnya kedua tubuh itupun kemudian jatuh lunglai di lantai diiringi desahan nafas panjang yang terdengar dari mulut Parno. Parno puas sekali karena telah berhasil melaksanakan hajatnya yaitu memperkosa gadis cantik yang selama ini menghiasi pandangannya dan menggoda dirinya.<br />
Setelah rehat beberapa menit tepatnya menjelang Isya, akhirnya Parno dengan becaknya kembali mengantarkan Riska yang kondisinya sudah lemah pulang ke rumahnya. Karena masih lemas dan akibat rasa sakit di selangkangannya, Riska tak mampu lagi berjalan normal hingga Parno terpaksa menuntun gadis itu masuk ke dalam rumahnya.<br />
Suasana di lingkungan rumah yang sepi membuat Parno dengan leluasa menuntun tubuh lemah Riska hingga sampai ke teras rumah dan kemudian mendudukkannya di kursi teras. Setelah berbisik ke telinga Riska bahwa dia berjanji akan datang kembali untuk menikmati tubuhnya yang molek itu, Parno pun kemudian meninggalkan Riska dengan mengayuh becaknya menghilang di kegelapan malam, meninggalkan Riska yang masih terduduk lemas di kursi teras rumahnya.<br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-70454878203110252572011-03-13T08:58:00.001+07:002011-03-13T08:58:27.347+07:00Bercinta Dengan Bu Vivin<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDemangan.Net%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.ilad
{mso-style-name:il_ad;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
Cerita ini bermula pada waktu itu aku lagi kuliah di <span class="ilad">semester</span> VI di salah satu PTS di <span class="ilad">Bandung</span>. Ceritanya saat itu aku lagi putus dengan pacarku dan memang dia tidak tahu diri, sudah dicintai malah bertingkah, akhirnya <span class="ilad">dari</span> cerita cintaku cuma berumur 2 tahun saja. Waktu itu aku tinggal berlima dengan teman satu kuliah juga, kita tinggal serumah atau ngontrak satu <span class="ilad">rumah</span> untuk berlima. Kebetulan di rumah itu hanya aku <span class="ilad">yang</span> laki-laki. Mulanya aku bilang sama kakak perempuanku, “Sudah, aku pisah rumah saja atau kos di tempat”, tapi kakakku ini saking sayangnya padaku, ya saya tidak diperbolehkan pisah rumah. Kita pun tinggal serumah dengan tiga teman wanita kakakku.<br />
<a name='more'></a><br />
Ada satu diantara <span class="ilad">mereka</span> sudah jadi dosen tapi di Universitas lain, Ibu Vivin namanya. Kita semua memanggilnya Ibu maklum sudah umur 40 tahun tapi belum juga menikah. Ibu Vivin bertanya, “Eh, kamu akhir-akhir ini kok sering ngelamun sih, ngelamunin apa yok? Jangan-jangan ngelamunin yang itu..”<br />
“Itu apanya Bu?” tanyaku.<br />
Memang dalam kesehari-harianku, ibu Vivin tahu karena aku sering juga curhat sama dia karena dia sudah kuanggap lebih tua dan tahu banyak hal. Aku mulai cerita,<br />
“Tahu nggak masalah yang kuhadapi? Sekarang aku <span class="ilad">baru</span> putus sama pacarku”, kataku.<br />
“Oh.. gitu ceritanya, pantesan aja dari minggu kemarin murung aja dan sering ngalamun sendiri”, <span class="ilad">kata</span> Ibu Vivin.<br />
Begitu dekatnya aku sama Ibu Vivin sampai suatu waktu aku mengalami kejadian ini. Entah kenapa aku tidak sengaja sudah mulai ada perhatian sama Ibu Vivin. Waktu itu tepatnya siang-siang semuanya pada kuliah, aku sedang sakit kepala jadinya aku bolos dari kuliah. Siang itu tepat jam 11:00 siang saat aku bangun, eh agak sedikit heran kok masih ada orang di rumah, biasanya kalau siang-siang bolong begini sudah pada nggak ada orang di rumah tapi kok hari ini kayaknya ada teman di rumah nih. Aku pergi ke arah dapur.<br />
“Eh Ibu Vivin, nggak ngajar Bu?” tanyaku.<br />
“Kamu kok nggak kuliah?” tanya dia.<br />
“Habis sakit Bu”, kataku.<br />
“Sakit apa sakit?” goda Ibu Vivin.<br />
“Ah.. Ibu Vivin bisa aja”, kataku.<br />
“Sudah makan belum?” tanyanya.<br />
“Belum Bu”, kataku.<br />
“Sudah Ibu Masakin aja sekalian sama kamu ya”, katanya.<br />
Dengan cekatan Ibu Vivin memasak, kita pun langsung makan berdua sambil ngobrol ngalor ngidul sampai-sampai kita membahas cerita yang agak berbau seks. Kukira Ibu Vivin nggak suka yang namanya cerita seks, eh tau-taunya dia membalas dengan cerita yang lebih hot lagi. Kita pun sudah semakin jauh ngomongnya. Tepat saat itu aku ngomongin tentang perempuan yang sudah lama nggak merasakan hubungan dengan lain jenisnya.<br />
“Apa masih ada gitu keinginannya untuk itu?” tanyaku.<br />
“Enak aja, emangnya nafsu itu ngenal usia gitu”, katanya.<br />
“Oh kalau gitu Ibu Vivin masih punya keinginan dong untuk ngerasain bagaimana hubungan dengan lain jenis”, kataku.<br />
“So pasti dong”, katanya.<br />
“Terus dengan siapa Ibu untuk itu, Ibu kan belum kawin”, dengan enaknya aku nyeletuk.<br />
“Aku bersedia kok”, kataku lagi dengan sedikit agak cuek sambil kutatap wajahnya. Ibu Vivin agak merah pudar entah apa yang membawa keberanianku semakin membludak dan entah kapan mulainya aku mulai memegang tangannya. Dengan sedikit agak gugup Ibu Vivin kebingungan sambil menarik kembali tangannya, dengan sedikit usaha aku <span class="ilad">harus</span> merayu terus sampai dia benar-benar bersedia melakukannya.<br />
“Okey, sorry ya Bu, aku sudah terlalu lancang terhadap Ibu Vivin”, kataku.<br />
“Nggak, aku kok yang salah memulainya dengan meladenimu bicara soal itu”, katanya.<br />
Dengan sedikit kegirangan, dalam hatiku dengan lembut kupegang lagi tangannya sambil kudekatkan bibirku ke dahinya. Dengan lembut kukecup keningnya. Ibu Vivin terbawa dengan situasi yang kubuat, dia menutup matanya dengan lembut. Juga kukecup sedikit di bawah kupingnya dengan lembut sambil kubisikkan, “Aku sayang kamu, Ibu Vivin”, tapi dia tidak menjawab sedikitpun.<br />
Dengan sedikit agak ragu juga kudekatkan bibirku mendekati bibirnya. Cup.. dengan begitu lembutnya aku merasa kelembutan bibir itu. Aduh lembutnya, dengan cekatan aku sudah menarik tubuhnya ke rangkulanku, dengan sedikit agak bernafsu kukecup lagi bibirnya. Dengan sedikit terbuka bibirnya menyambut dengan lembut. Kukecup bibir bawahnya, eh.. tanpa kuduga dia balas kecupanku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan. Kutelusuri rongga mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya. Kukecup, “Aah.. cup.. cup.. cup..” dia juga mulai dengan nafsunya yang membara membalas kecupanku, ada sekitar 10 menitan kami melakukannya, tapi kali ini dia sudah dengan mata terbuka. Dengan sedikit ngos-ngosan <span class="ilad">kayak</span> habis kerja keras saja.<br />
“Aah.. jangan panggil Ibu, panggil Vivin aja ya!<br />
Kubisikkan Ibu Vivin, “Vivin kita ke kamarku aja yuk!”.<br />
Dengan sedikit agak kaget juga tapi tanpa perlawanan yang berarti kutuntun dia ke kamarku. Kuajak dia duduk di tepi tempat tidurku. Aku sudah tidak tahan lagi, ini saatnya yang kutunggu-tunggu. Dengan perlahan kubuka kacing bajunya satu persatu, dengan lahapnya kupandangi tubuhnya. Ala mak.. indahnya tubuh ini, kok nggak ada sih laki-laki yang kepengin untuk mencicipinya. Dengan sedikit membungkuk kujilati dengan telaten. Pertama-tama belahan gunung kembarnya. “Ah.. ssh.. terus Ian”, Ibu Vivin tidak sabar lagi, BH-nya kubuka, terpampang sudah buah kembar yang montok ukuran 34 B. Kukecup ganti-gantian, “Aah.. ssh..” dengan sedikit agak ke bawah kutelusuri karena saat itu dia tepat menggunakan celana pendek yang kainnya agak tipis dan celananya juga tipis, kuelus dengan lembut, “Aah.. aku juga sudah mulai terangsang.<br />
Kusikapkan celana pendeknya sampai terlepas sekaligus dengan celana dalamnya, hu.. cantiknya gundukan yang mengembang. Dengan lembut kuelus-elus gundukan itu, “Aah.. uh.. ssh.. Ian kamu kok pintar sih, aku juga sudah nggak tahan lagi”, sebenarnya memang ini <span class="ilad">adalah</span> pemula bagi aku, eh rupanya Vivin juga sudah kepengin membuka celanaku dengan sekali tarik aja terlepas sudah celana pendek sekaligus celana dalamku. “Oh.. besar amat”, katanya. Kira-kira 18 cm dengan diameter 2 cm, dengan lembut dia mengelus zakarku, “Uuh.. uh.. shh..” dengan cermat aku berubah posisi 69, kupandangi sejenak gundukannya dengan pasti dan lembut. Aku mulai menciumi dari pusarnya terus turun ke bawah, kulumat kewanitaannya dengan lembut, aku berusaha memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya, “Aah.. uh.. ssh.. terus Ian”, Vivin mengerang. “Aku juga enak Vivin”, kataku. Dengan lembut di lumat habis kepala kemaluanku, di jilati dengan lembut, “Assh.. oh.. ah.. Vivin terus sayang”, dengan lahap juga kusapu semua dinding lubang kemaluannya, “Aahk.. uh.. ssh..” sekitar 15 menit kami melakukan posisi 69, sudah kepengin mencoba yang namanya bersetubuh. Kurubah posisi, kembali memanggut bibirnya.<br />
Sudah terasa kepala kemaluanku mencari sangkarnya. Dengan dibantu tangannya, diarahkan ke lubang kewanitaannya. Sedikit demi sedikit kudorong pinggulku, “Aakh.. sshh.. pelan-pelan ya Ian, aku masih perawan”, katanya. “Haa..” aku kaget, benar rupa-rupanya dia masih suci. Dengan sekali dorong lagi sudah terasa licin. Blesst, “Aahk..” teriak Vivin, kudiamkan sebentar untuk menghilangkan rasa sakitnya, setelah 2 menitan lamanya kumulai menarik lagi batang kemaluanku dari dalam, terus kumaju mundurkan. Mungkin karena baru pertama kali hanya dengan waktu 7 menit Vivin.. “Aakh.. ushh.. ussh.. ahhkk.. aku mau keluar Ian”, katanya. “Tunggu, aku juga sudah mau keluar akh..” kataku. Tiba-tiba menegang sudah lubang kemaluannya menjepit batang kemaluanku dan terasa kepala batang kemaluanku disiram sama air surganya, membuatku tidak kuat lagi memuntahkan.. “Crot.. crot.. cret..” banyak juga air maniku muncrat di dalam lubang kemaluannya. “Aakh..” aku lemas habis, aku tergeletak di sampingnya. Dengan lembut dia cium bibirku, “Kamu menyesal Ian?” tanyanya. “Ah nggak, kitakan sama-sama mau.” Kami cepat-cepat berberes-beres supaya tidak ada kecurigaan, dan sejak kejadian itu aku sering bermain <span class="ilad">cinta</span> dengan Ibu Vivien hal ini tentu saja kami lakukan jika di rumah sedang sepi, atau di tempat penginapan apabila kami sudah sedang kebelet dan di rumah sedang ramai. sejak kejadian itu pada diri kami berdua mulai bersemi benih-benih cinta, dan kini Ibu Vivien menjadi pacar gelapku.<br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-80087808248117726152011-03-13T08:55:00.001+07:002011-03-13T08:55:27.322+07:00Sahabat Tante Mira<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDemangan.Net%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
Tante Mira mengenalkan salah satu temannya yang kebetulan ketemu disebuah restoran dimall daerah jakarta pusat. Sebut saja dia Tante Yohana, dia juga wanita chinese yang berumur hampir 50, sebaya dengan Tante Mira hanya beda 1 atau 2 tahun saja yang sudah ditinggal suaminya karena wanita lain. Postur tubuhnya juga tidak jauh dengan Tante Mira, agak gemuk hanya saja Tante Yohana lebih pendek dari Tante Mira dan wajahnya juga lebih kelihatan tua karena tampak kerutan-kerutan diwajahnya mungkin terlalu banyak pikiran.<br />
Waktu itu dia sedang jalan sendirian akan makan dan kebetulan ketemu dengan kami yang akhirnya dia diajak bergabung oleh Tante Mira, dan aku dikenalkan oleh Tante Mira kepadanya sebagai keponakan jauhnya. Setelah makan kami melanjutkan perbincangan sambil jalan melihat-lihat barang di toko-toko yang ada dimall itu. Entah apa yang dibicarakan oleh mereka berdua secara bisik-bisik karena aku lihat lirikan Tante Yohana yang melihat aku sambil senyum-senyum, dan setelah itu dia sering mencuri-curi pandang melihatku. Setelah lelah jalan-jalan dan hari mulai sore Tante Yohana akhirnya pulang.<br />
<a name='more'></a><br />
“Oke, Mir. Aku pulang dulu ya, hampir sore nih. Sampai ketemu lagi Ferry” kata Tante Yohana sambil tersenyum penuh arti kepadaku yang membuat aku tambah bingung dan dia melenggang menuju carcall untuk memanggil sopirnya.<br />
Sepeninggal Tante Yohana kami menuju food court untuk membeli minum dan istirahat.<br />
“Fer, menurut kamu Tante Yo gimana?” tanye Tante Mira padaku setelah membeli minum dan duduk ditempat yang agak memojok dan meminum minumannya.<br />
“Mmm.. gimana apanya Tante?” jawabku bingung mendengar pertanyaan Tante Mira sambil menyedot minuman ringan yang aku pesan.<br />
“Ah kamu ini, pura-pura nggak ngerti apa emang nggak ngerti? Ya sifat orangnyalah, bodynyalah, facenyalah dan lain-lainnyalah” jawab Tante Mira agak sewot.<br />
“Oo, kalo sifatnya sih saya belum tau bener, kan baru sekali ketemu, tapi keliatannya orangnya baik dan ramah, terus kalo face dan bodinya mm.. biasa-biasa aja tuh” jawabku sambil tersenyum.<br />
“Emang kenapa Tante, kok Tante tanya gitu? Bikin aku bingung aja. Terus tadi ngomongin apa sih? Kok pake bisik-bisik terus Tante Yohana jadi aneh sikapnya” tanyaku pada Tante Mira.<br />
“Fer, kamu tahukan kalo Tante Yo itu sudah lama hidup sendiri sejak pisah sama suaminya. Nah tadi waktu Tante Yo lihat kamu dia langsung tertarik sama kamu, dan dia nanyain tentang kamu terus ke Tante sebab dia nggak percaya kalo kamu itu keponakan jauh Tante, jadi Tante terpaksa cerita dech kedia siapa kamu sebenernya. Kamu jangan marah ya, abis Tante Yo itu suka maksa kalo keinginannya belum kesampaian” jawab Tante Mira.<br />
“Terus.. mm.. dia pengen sama kamu Fer.. gimana? Kamu mau nggak?” tanya Tante Mira dengan wajah serius.<br />
“Wah gimana ya, repot juga nich kalo sampai dia ngomong-ngomong ke orang lain, bisa tercemar nama Tante. Kalo menurut Tante dia bisa jaga rahasia kita dengan cara gitu ya sudah, saya akan layani dia” jawabku serius juga.<br />
“Tapi nanti kamu jangan lupain Tante ya kalo sudah dekat sama dia” kata Tante Mira was-was.<br />
“Ah Tante ini ada-ada saja, nggak mungkinlah saya lupa sama Tante, sayakan kenal Tante dulu baru Tante Yo” jawabku menghibur Tante Mira yang terlihat agak sedih dari ekspresi mukanya.<br />
“Yah.. sapa tahu kamu bisa dapet lebih dari Tante Yo dan lupain Tante deh” katanya lagi sambil menghembuskan nafas.<br />
“Jangan kuatir Tante, saya bukan tipe orang yang gampang ngelupain jasa baik orang kepada saya, jadi Tante tenang saja” jawabku kemudian.<br />
“Okelah kalo gitu nanti Tante hubungi Tante Yo, biar dia nanti hubungi kamu” kata Tante Mira kemudian.<br />
Setelah itu Tante Mira lebih banyak diam entah apa yang ada dalam pikirannya dan tak lama kemudian kamipun pulang.<br />
Malamnya Tante Yo menghubungi aku lewat telepon.<br />
“Hallo Ferry, ini Tante Yo masih ingatkan?” tanya Tante Yo dari seberang.<br />
“O iya masih, kan baru tadi siang ketemu, ada apa Tante?” jawabku sambil bertanya.<br />
“Tadi Tante Mira sudah cerita belum sama kamu tentang Tante?” tanyanya lagi.<br />
“Sudah sih, mm.. memang Tante serius?” tanyaku lagi pada Tante Yo.<br />
“Serius dong, gimana kamu okekan?” tanya Tante Yo lagi.<br />
“Kalo gitu oke dech” jawabku singkat.<br />
Lalu kami bercakap-cakap sebentar dan kami akhirnya kami janjian besok pagi dilobby hotel “XX” didaerah jakarta barat dan dia akan datang lebih awal karena akan check-in dulu, setelah itu teleponpun ditutup. Keesokannya seperti biasa aku memakai baju rapi seperti orang kerja supaya tidak terlalu menyolok dan aku menunggu di lobby hotel tersebut karena aku juga datang lebih awal, tak lama aku menunggu teleponku berdering.<br />
“Hallo Ferry, ini Tante Yo. Tante sudah ada diatas, kamu langsung naik aja di kamar 888 oke? Tante tunggu ya” kata Tante Yomemberitahukan kamarnya.<br />
“Oke Tante saya segera kesana, saya juga sudah di lobby” jawabku singkat dan menutup pembicaraan.<br />
Setelah mematikan teleponku agar tidak diganggu, aku naik lift menuju kamar Tante Yo. Sampai didepan pintu kutekan bel dan Tante Yo membukakan pintu.<br />
“Ayo masuk, udah daritadi Tante sampai dan langsung check-in. O ya, kamu mau minum atau mau pesan makan apa? tadi sih Tante sudah pesan makan dan minum untuk dua orang, tapi kalau kamu mau pesan yang lain pesan saja, jadi sekalian nanti diantarnya” kata Tante Yo sambil mempersilahkan aku masuk dan menutup pintu.<br />
“Yah sudah kalau Tante sudah pesan, nggak usah pesan lagi, nanti kebanyakan makanan malah bingung” jawabku.<br />
“Kok bingung kan buat gantiin tenaga kamu he he he” jawab Tante Yo bercanda.<br />
Kemudian Tante Yo duduk di sofa besar yang ada didalam kamar itu dan aku duduk di sebelahnya, kami berbincang-bincang sambil menonton TV lalu aku mendekati Tante Yo dan memeluk pundaknya, kemudian Tante Yo merebahkan kepalanya kepundakku, kubelai rambutnya dan kukecup kening Tante Yo.<br />
“Mmm.. kamu romantis ya Fer, pantes Mira suka sama kamu. hh.. sudah lama Tante nggak merasakan suasana romantis seperti ini” kata Tante Yo sambil menghembuskan nafas.<br />
“Ya sudahlah Tante, yang penting hari ini Tante akan merasakan hangat dan romantisnya cinta, karena hari ini aku milik Tante sepenuhnya” jawabku menghibur dia sambil kukecup lagi keningnya.<br />
Tante Yo menatapku sendu sambil tersenyum.<br />
“Terima kasih sayang” kata Tante Yo.<br />
Dan kutatap matanya yang sendu dalam-dalam lalu kukecup bibirnya.<br />
Kecupanku dibibirnya perlahan berubah menjadi ciuman lembut yang dibalas Tante Yo dengan lembut juga, sepertinya Tante Yo benar-benar ingin merasakan nikmatnya berciuman yang sudah lama tidak dirasakannya. Kami saling cium, saling kulum, dan saling memainkan lidah kemulut pasangan kami. Kugelitik lidah Tante Yo dengan lidahku dan kusapu langit-langit mulutnya sambil kupeluk tubuhnya dan kuraba wajah dan tengkuk serta lehernya dengan tanganku yang lainnya.<br />
“Ahh sayang, aku suka sekali ciuman kamu, mm.. ciuman kamu lebut dan merangsang, mm.. kamu memang pintar berciuman, ahh.. ayo sayang beri Tante yang lebih dari ini” kata Tante Yo disela-sela ciuman kami dan berciuman lagi.<br />
Tanganku mulai bergerak meremas kedua payudara milik Tante Yo bergantian. Tapi aksi kami terganggu oleh pelayan yang mengantar makanan yang dipesan oleh Tante Yo. Setelah pelayan keluar dan Tante Yo memberikan tip, tiba-tiba Tante Yo menabrak aku dan mendorong aku hingga terjatuh diatas tempat tidur dan dengan buas dia langsung memelorotkan celana dan celana dalamku, hingga penisku yang masih tidur terbebas dari sarangnya dan langsung diterkam olehnya. Disedot, dikulum dan digigitnya penisku yang mulai bangkit dengan napsu dan buas, dan kedua tangannya tak henti-henti mengocok dan memainkan kedua bolaku.<br />
“Ahh Tante.. pelan-pelan Tante.. ahh.. enak sekali Tante.. ohh” desahku menahan nikmat yang diberikan oleh Tante Yo padaku.<br />
Tanganku hanya bisa meremas rambut Tante Yo dan seprei kasur yang sudah mulai berantakan, tak lama kemudian kulepaskan kepala Tante Yo dari penisku, kuangkat Tante Yo dan kurebahkan dikasur.<br />
“Sekarang giliranku, Tante diam saja dan nikmati permainan ini ya” kataku sambil mengecup bibir Tante Yo dan mulai mencumbu Tante Yo sementara Tante Yo hanya diam saja sambil menatapku dengan sendu.<br />
Kumulai cumbuanku dengan menciumi bibirnya dan perlahan turun kelehernya sambil kubuka kancing baju Tante Yo satu persatu sambil terus turun kedadanya. Setelah kancing bajunya terbukan semua, kuraih pengait BH yang ada dibelakang dan kubuka sehingga ikatan BHnya terbuka dan ku lepaskan BH Tante Yo lewat kedua tangannya tanpa melepas baju Tante Yo, setelah lepas langsung kuciumi kedua payudara Tante Yo, kuciumi seluruhnya kecuali putingnya yang sudah berdiri mengacung minta dikulum tapi tidak pernah kukulum, setiap kali ciuman dan jilatanku sudah dekat dengan putingnya ciuman dan jilatanku turun lagi kepangkal payudaranya dan terus turun sampai ke perut dan bermain-main dipusar sambil kujilati lubang pusar Tante Yo lalu naik lagi terus berulangkali, kusingkap rok yang dipakai oleh Tante Yo kemudian tanganku mulai bekerja meraba-raba paha dan lutut Tante Yo lalu mulai melepaskan celana dalam yang dipakai oleh Tante Yo.<br />
Ketika permainan mulutku mencapai perutnya kutarik celana dalam Tante Yo, dan Tante Yo mengangkat pantatnya sehingga celana dalamnya dengan mudah lepas dari tempatnya. Kupelorotkan celana dalam Tante Yo sampai sebatas lutut lalu ciumanku naik lagi kearah payudaranya, dan ketika jilatanku mendekati puting Tante Yo tangankupun mendekati vagina Tante Yo dan ketika bibir dan lidahku mulai memainkan puting Tante Yo tangan dan jari-jariku juga mulai bermain dibibir vagina Tante Yo yang ternyata sudah basah. Ketika kukulum puting Tante Yo yang sudah berdiri dari tadi kumainkan juga kelentitnya dengan jari-jari tanganku yang seketika itu juga membuat tubuh Tante Yo melengkung keatas.<br />
“Akhh.. Ferry.. kamu benar-benar gila sayang, kamu kejam sekali mempermainkan Tante.. akhh.. ferry enak sekali sayang.. akhh.. gila.. kamu bener-bener gila sayang” teriak Tante Yo histeris sambil tangannya meremas seprei dan rambut kepalaku bergantian.<br />
Tak kuhiraukan teriakan Tante Yo dan aku terus mengulum kedua puting dan menjilati kedua payudara Tante Yo bergantian. Tak lama kemudian kurasakan vagina Tante Yo bertambah basah dan tubuhnya mulai bergetar keras yang disertai erangan-erangan, akhirnya Tante Yo mendapatkan orgasme pertamanya.<br />
Pada saat tubuhnya mulai tenang, kulepaskan cumbuanku di payudaranya dan langsung kuangkat kedua kakinya sehingga kepalaku dengan mudah menuju kevaginanya dan langsung kujilat dan kukulum serta kusedot-sedot vagina dan kelentit Tante Yo.<br />
“Akhh.. ahh.. gila.. ini namanya penyiksaan kenikmatan.. ahh.. kamu memang gila sayang.. ahh.. aku nggak kuat lagi sayang.. ahh.. terus sedot yang kuat sayang.. ahh.. tusuk dengan jarimu sayang.. ahh.. tusuk yang kuat.. ahh sayang.. Tante mau.. ahh.. mau dapet lagi sayang.. ahh.. kamu benar-benar gila” teriak Tante Yo histeris memohon, lalu tubuhnya mulai bergetar lagi merasakan orgasme kedua yang datang menghampirinya.<br />
Kuturuti permintaanya dengan menusukan jariku dan kumainkan jariku dengan menyentuhkan jariku kedinding vaginanya yang berkedut-kedut sambil terus bibir dan lidahku memainkan perannya dikelentit Tante Yo. Tubuh Tante Yo bergetar keras dan pinggulnya bergoyang-goyang mengikuti irama tusukan jariku sambil tak henti-hentinya menjerit-jerit histeris sambil kedua tangannya meremas dan menjambak-jambak rambutku.<br />
“Ahh.. Ferryy.. sayang.. ahh.. enak sayang.. ahh.. sodok yang keras sayang.. ahh.. sedot itilku yang kuat.. ahh.. yang kuatt.. ” jerit histeris Tante Yo mengantar orgasmenya yang kedua itu.<br />
Dan ketika tubuh Tante Yo sudah hampir tenang lagi, kuhentikan juga semua aktivitasku dan kulepas celana dalam Tante Yo yang masih sebatas lulut sehingga lepas semua, lalu kuatur posisiku dan kutusukkan penisku kedalam lubang vagina Tante Yo.<br />
“Okhh.. jangan dulu sayang.. jangan.. ahh.. stop sayang.. stop.. biar Tante istirahat dulu” pinta Tante Yo padaku, tapi aku tidak menghiraukan permintaanya sambil terus kutusukan penisku sampai masuk seluruhnya dan mulai kugoyang, kuputar dan kukocok penisku dalam vagina Tante Yo.<br />
Tak lama kemudian kuangkat tubuh Tante Yo hingga posisi Tante Yo kini dalam pangkuanku, dan dalam posisi Tante Yo sedang menaik turunkan pantat dan menggoyangkan pinggulnya kulepas baju Tante Yo yang masih melekat dan kulemparkan entah kemana lalu kubuka pengait dan resleting rok Tante Yo dan kulepas rok Tante Yo dari atas dan kulemparkan juga entah kemana hingga kini tidak ada selembar benangpun yang menempel ditubuh Tante Yo lalu akupun melepaskan bajuku sendiri dan kulemparkan sembarangan. Setelah melepaskan baju mulai kuputar-putar pantatku hingga penisku lebih menggesek dinding vagina Tante Yo.<br />
“Akhh.. sayang.. ahh.. kamu memang gila sayang.. ahh.. kamu.. ahh.. kamu memang gila.. ohh.. penis kamu benar-benar.. ahh.. kamu pintar sekali sayang.. pintar dan gila.. ahh.. Tante mau.. ahh.. mau keluar lagi.. ahh.. Tante nggak kuat lagi sayang.. ahh” jerit Tante Yo histeris dan tubuhnya mulai bergetar mendapat orgasmenya yang ketiga, kurasakan cairan diliang vagina Tante Yo bertambah banyak dan kurasakan juga kedutan-kedutan dari dinding vagina Tante Yo.<br />
Lalu kurebahkan tubuh Tante Yo dan terus kugenjot penisku didalamnya yang sekali-kali kuputar-putar pinggulku, tubuh Tante Yo tambah bergetar dengan kencang, goyangan dan kocokan penisku juga tambah kencang, lalu kumainkan tanganku dikelentitnya sambil kurebahkan kepalaku kedadanya dan kusedot dan kukulum dengan kuat juga kedua puting Tante Yo bergantian dan kedutan-kedutan dinding vagina Tante Yo juga bertambah kuat sehingga penisku merasakan sensasi yang membuat aku merasakan sesuatu yang akan segera meledak keluar.<br />
“Akh.. Tante aku mau keluar Tante.. akhh.. aku keluar Tante” kataku disela-sela kuluman mulutku diputingnya sambil terus mengocok penisku dengan cepat dan kuat dalam liang vagina Tante Yo.<br />
“Ahh.. iya sayang.. ahh.. keluarkan saja.. ahh.. Tante juga.. ahh.. sudah nggak kuat lagi.. ahh” teriak Tante Yo dan memelukku dengan erat sambil tubuhnya terus bergetar, kurasakan kuku-kukunya mencakar punggungku.<br />
Lalu meledaklah cairan kenikmatan yang kukeluarkan dalam vagina Tante Yo yang sudah basah sehingga bertambah basah lagi, ketika kenikmatanku meledak dan tubuhku bergetar kenikmatan kukocok dengan keras dan kuat penisku dalam vagina Tante Yo sehingga ada cairan yang keluar dari dalam vagina Tante Yo yang kurasakan dari tanganku yang basah karena masih memainkan kelentit Tante Yo. Tubuh kami sama-sama bergetar dengan kencang, keringat kami bersatu dan seluruh ruangan dipenuhi oleh suara erangan dan jeritan kenikmatan yang kami dapatkan pada saat bersamaan.<br />
Setelah tubuhku dan Tante Yo mulai tenang kembali, kulepaskan penisku dari vaginanya yang sudah sangat basah, lalu kubersihkan vagina yang penuh dengan cairan kenikmatan kami berdua dengan sedotan dan jilatanku, kujilati sampai bersih dan sayup-sayup kudengan erangan pelan Tante Yo yang memejamkan matanya merasakan kenikmatan yang baru saja dia dapatkan. Setelah bersih kurebahkan tubuhku disamping Tante Yo, lalu kupeluk dia dan kukecup pipi Tante Yo.<br />
“Ahh.. terima kasih sayang.. terima kasih daun mudaku.. uhh.. rasanya tubuhku ringan sekali bagaikan kapas yang masih terbang diawang-awang, ahh.. nikmat sekali tadi kurasakan, kamu memang pintar sayang, baru sekali ini kurasakan orgasme beruntun seperti tadi, sampai lemas tubuh Tante” kata Tante Yo sambil membuka matanya dan tersenyum padaku.<br />
“Ah Tante Yo bisa aja.. aku juga tadi nikmat sekali, kedutan dinding vagina Tante Yo membuat penisku merasakan seperti diremas-remas, nikmat sekali” balasku sambil kuusap keringat yang ada di keningnya dan kukecup kening Tante Yo, lalu aku bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh yang penuh dengan keringat dan disusul oleh Tante Yo dan kamipun saling membersihkan tubuh.<br />
Selesai membersihkan tubuh dan dalam keadaan masih bugil kami lalu menyantap makanan yang tadi dipesan oleh Tante Yo sambil bercakap-cakap dan bercanda, sedangkan tangan Tante Yo tidak pernah lepas dari selangkanganku. Selesai makan kami melanjutkan percakapan kami diatas tempat tidur sambil saling memeluk hingga akhirnya kamipun tertidur untuk memulihkan tenaga yang akan membuat pertarungan berikutnya lebih seru lagi. Dan mulai sejak itu jadilah aku daun muda kesayangan Tante Yohana dan TanteUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-82241038200761857202011-01-19T20:51:00.001+07:002011-01-19T20:51:43.755+07:00Ronald Kekasihku<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDemangan.Net%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.fullpost
{mso-style-name:fullpost;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
<div class="MsoNormal">Menikah Pada usia belia tak membuatku mendapat Kepuasan seks. Cerita Dewasa ini pun kemudian berawal dari pertemuanku dengan Ronald. Ceritanya begini : Aku menikah pada usia sangat belia, yakni 22 tahun. Aku tak sempat melanjutkan kuliah, karena aku pada usia tersebut sudah dinikahkan olah orang tua, karena ayah memiliki hutang judi yang banyak dengan seorang laki-laki playboy "kampungan". <span lang="SV">Aku menikah dengan sang playboy, usianya sangat renta sekali, 65 tahun pada saat aku dinikahinya. Setahun aku hidup sekasur dengan dia, selama itu pula aku tidak pernah merasakan apa yang dinamakan nikmat seksual. <a name='more'></a><br />
<br />
<span class="fullpost">Padahal, kata teman-teman, malam pertama malam yang paling indah. Sedangkan untuk aku, malam pertama adalah malam neraka !!!. Ternyata, Burhan, suamiku itu mengidap penyakit diabetes (kadar gula darah yg tinggi), yang sangat parah, hingga mengganggu kejantanannya diatas ranjang. Selama lima tahun kami menikah, selama itu pula aku digaulinya hanya dengan mencumbu, mencium, dan meng-elus-elus saja, selebihnya hanya keluhan-keluhan kekecewaan saja. Burhan sering merangsang dirinya dengan memutar film-film porno yang kami saksikan berdua sebelum melakukan aktifitas seksual. Tapi apa yang terjadi ? Burhan tetap saja loyo, tak mampu merangsang penisnya agar bisa ereksi, tapi justru aku yang sangat amat terangsang, konyol sekali. Aku mendapat pelajaran seksual dari film-film yang diputar Burhan. Aku sering berkhayal, aku disetubuhi laki-laki jantan. Aku sering melakukan masturbasi ringan untuk melampiaskan hasrat seksualku, dengan berbagai cara yang kudapat dari khayalan-khayalanku. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Pada suatu hari, Burhan harus terbaring di rumah sakit yang disebabkan oleh penyakitnya itu. Selama hampir satu bulan dia dirawat di RS, aku semakin terasa kesepian selama itu pula. Pada suatu hari aku harus pergi menebus obat di sebuah apotek besar, dan harus antre lama. Selama antre aku jenuh sekali. Tiba-tiba aku ingin keluar dari apotek itu dan mencari suasana segar. Aku pergi ke sebuah Mall dan makan dan minum disebuah restauran. Disitu aku duduk sendiri disebuah pojok. Karena begitu ramainya restauran itu, sehingga aku mendapat tempat yang belakang dan pojok. Setelah beberapa saat aku makan, ada seorang anak muda ganteng minta ijin untuk bisa duduk dihadapan aku. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Karena mungkin hanya bangku itu yang satu-satunya masih tersisa. Dia ramah sekali dan sopan, penuh senyum. Singkat cerita, kami berkenalan, dan ngobrol ngalor-ngidul, hingga suatu waktu, dia membuka identitas dirinya. Dia masih bujang, orang tuanya tinggal di luar negeri. Di Jakarta dia tinggal bersama adik perempuannya yang masih di bangku SMU. Hampir satu jam kami ngobrol. Dalam saat obrolan itu, aku memberikan kartu namaku lengkap dengan nomor teleponnya. Cowok itu namanya Ronald, badannya tegap tinggi, kulitnya sawo matang, macho tampaknya. Sebelum kami berpisah, kami salaman dan janji akan saling menelpo kemudian. Sewaktu salaman, Ronald lama menggenggap jemariku seraya menatap dalam-dalam mataku diiringi dengan sebuah senyum manis penuh arti. Aku membalasnya, tak kalah manis senyumku. Kemudian kami berpisah untuk kembali kekesibukan masing-masing. Dalam perjalanan pulang, aku kesasar sudah tiga kali. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Sewaktu aku nyetir mobil, pikiranku kok selalu ke anak muda itu ? kenapa hanya untuk jalan pulang ke kawasan perumahanku aku nyasar kok ke Ciputat, lalu balik kok ke blok M lagi, lantas terus jalan sambil mengkhayal, eh.....kok aku sudah dikawasan Thamrin. Sial banget !!! Tapi Ok lho ?! Sudah satu minggu usia perkenalanku dengan Ronald, setiap hari aku merasa rindu dengan dia. Suamiku Burhan masih terbaring di rumah sakit, tapi kewajibanku mengurusi Burhan tak pernah absen. Aku memberanikan diri menelpon Ronald ke HP nya. Ku katakan bahwa aku kanget banget dengan dia, demikian pula dia, sama kangen juga dengan aku. Kami janjian dan ketemu ditempat dulu kami bertemu. Ronald mengajak aku jalan-jalan, aku menolak, takut dilihat orang yang kenal dengan aku. Akhirnya kami sepakat untuk ngobrol di tempat yang aman dan sepi, yaitu; " Hotel". Ronald membawa aku ke sebuah hotel berbintang. Kami pergi dengan mobilnya dia. Sementara mobilku ku parkir di Mall itu, demi keamanan privacy. Di hotel itu kami mendapat kamar di lantai VII, sepi memang, tapi suasananya hening, syahdu, dan romantis sekali. " Kamu sering kemari ?" tanyaku, dia menggeleng dan tersenyum. " Baru kali ini Tante " sambungnya. " Jangan panggil aku tante terus dong ?! " pintaku. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Lagi-lagi dia tersenyum. " Baik Yulia " katanya. Kami saling memandang, kami masih berdiri berhadapan di depan jendela kamar hotel itu. Kami saling tatap, tak sepatahpun ada kata-kata yang keluar. Jantungku semakin berdebar keras, logikaku mati total, dan perasaanku semakin tak karuan, bercampur antara bahagia, haru, nikmat, romantis, takut, ah.....macam-macamlah!!!. Tiba-tiba saja, entah karena apa, kami secara berbarengan saling merangkul, memeluk erat-erat. Ku benamkan kepalaku di dada Ronald, semakin erat aku dipeluknya. Kedua lenganku melingkar dipinggangnya. Kami masih diam membisu. Tak lama kemudian aku menangis tanpa diketahui Ronald, air mataku hangat membasahi dadanya. " Kamu menangis Yulia ? " Tanyanya. Aku diam, isak tangisku semakin serius. " kanapa ? " tanyanya lagi. Ronals menghapus air mataku dengan lembutnya. " Kamu menyesal kemari Yulia ?" tanya Ronald lagi. Lagi-lagi aku membisu. Akhirnya aku menggeleng. Dia menuntunku ketempat tidur. Aku berbarin di bagian pinggir ranjang itu. Ronald duduk disebelahku sambil membelai-belai rambutku. Wah....rasanya selangit banget !. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Aku menarik tangan Ronald untuk mendekapku, dia menurut saja. Aku memeluknya erat-erat, lalu dia mencium keningku. Tampaknya dia sayang padaku. Ku kecup pula pipinya. Gairah sex ku semakin membara, maklum sekian tahun aku hanya bisa menyaksikan dan menyaksikan saja apa yang dinamakan " penis" sementara belum pernah aku merasakan nikmatnya. Ronald membuka kancing bajunya satu persatu. Kutarik tangannya untuk memberi isyarat agar dia membuka kancing busananku satu persatu. Dia menurut. Semakin dia membuka kancing busanaku semakin terangsang aku. Dalam sekejap aku sudah bugil total ! Ronal memandangi tubuhku yang putih mulus, tak henti-hentinya dia memuji dan menggelengkan kepalanya tanda kekagumannya. Lantas diapun dalam sekejap sudah menjadi bugil. Aduh......jantan sekali dia. Penisnya besar dan ereksinya begitu keras tampaknya. Nafasku semakin tak beraturan lagi. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Ronald mengelus payudaraku, lalu......mengisapnya. Oh.....nikmat dan aku terangsang sekali. Dia menciumi bagian dadaku, leherku. Aku tak kalah kreatif, ku pegang dan ku elus-elus penisnya Ronald. Aku terbayang semua adegan yang pernah ku saksikan di film porno. Aku merunduk tanpa sadar, dan menghisap penisnya Ronald. Masih kaku memang gayaku, tapi lumayanlah buat pemula. Dia menggelaih setiap kujilati kepala penisnya. Jari jemari Ronald mengelus-elus kemaluanku, bulu memekku di elus-elus, sesekali manarik-nariknya. Semakin terangsang aku. Basah tak karuan sudah vaginaku, disebabkan oleh emosi sex yang meluap-luap. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Aku lupa segalanya. Akhirnya, kami sama-sama mengambil posisi ditengah-tengah ranjang. Aku berbarimng dan membuka selangkanganku, siap posisi, siap digempur. Ronald memasukkan penisnya kedalam vaginanku, oh....kok sakit, perih ?, aku diam saja, tapi makin lama makin nikmat. Dia terus menggoyang-goyang, aku sesekali meladeninya. Hingga....cret...cret...cret...air mani Ronald tumpah muncrat di dalam vaginaku. Sebenarnya aku sama seperti dia, kayaknya ada yang keluar dari vaginaku, tapi aku sudah duluan, bahkan sudah dua kali aku keluar. Astaga, setelah kami bangkit dari ranjang, kami lihat darah segar menodai seprei putih itu. Aku masih perawan !!! Ronald bingung, aku bingung. Akhirnya aku teringat, dan kujelaskan bahwa selama aku menikah, aku belum pernah disetubuhi suamiku, karena dia impoten yang disebabkan oleh sakit kencing manis. " Jadi kamu masih perawan ?! " Tanyanya heran. Aku menjelaskannya lagi, dan dia memeluk aku penuh rasa sayang dan kemesraan yang dalam sekali. Kami masih bugil, saling berangkulan, tubuh kami saling merapat. Aku mencium bibir nya, tanda sayangku pula. Seharusnya kegadisanku ini milik suamiku, kenapa harus Ronald yang mendapatkannya? Ah....bodo amat ! aku juga bingung ! Hampit satu hari kami di kamar hotel itu, sudah tiga kali aku melakukan hubungan sex dengan anak muda ini. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Tidak semua gaya bisa ku praktekkan di kamar itu. Aku belum berpengalaman ! Tampaknya dia juga begitu, selalu tak tahan lama !! Tapi lumayan buat pemula . Setelah istirahat makan, kami tudur-tiduran sambil ngobrol, posisi masig dengan busana seadanya. Menjelang sore aku bergegas ke kamar mandi. membrsihkan tubuh. Ronald juga ikut mandi. Kami mandi bersama, trkadang saling memeluk, saling mencium, tertawa, bahkan sedikit bercanda dengan mengelus-elus penisnya. Dia tak kalah kreatif, dimainkannya puting payudaraku, aku terangsang......dan.......oh,....kami melakukannya lagi dengan posisi berdiri. Tubuh kami masih basah dan penuh dengan sabun mandi. Oh nikmatnya, aku melakukan persetubuhan dalam keadaan bugil basah di kamar mandi. Ronal agak lama melakukan senggama ini, maklum sudah berapa ronde dia malakukannya,. kini dia tampak tampak sedikit kerja keras. Dirangsangnya aku, diciuminya bagian luar vaginaku, dijilatinya tepinya, dalamnya, dan oh....aku menggeliat kenikmatan. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Akupun tak mau kalah usaha, ku kocok-kocok penis Ronald yang sudah tegang membesar itu, ku tempelkan ditengah-tengah kedua payudaraku, kumainkan dengan kedua tetekku meniru adegan di blue film VCD. Tak kusangka, dengan adegan begitu, Ronald mampu memuncratkan air maninya, dan menyemprot ke arah wajahku. Aneh sekali, aku tak jijik, bahkan aku melulurkannya kebagian muka dan kurasakan nikmat yang dalam sekali. " Kamu curang ! Belum apa-apa sudah keluar !" Seruku. " Sorry, enggak tahan...." Jawabnya. Kutarik dia dan kutuntun ****** ronal masuk ke memekku, kudekap dia dalam-dalam, kuciumi bibirnya, dan kugoyang-goyang pinggulku sejadinya. Ronald diam saja, tampak dia agak ngilu, tapi tetap kugoyang, dan ah....aku yang puas kali ini, hingga tak sadar aku mmencubit perutnya keras-keras dan aku setengah berteriak kenikmatan, terasaada sesuatu yang keluar di vaginaku, aku sudah sampai klimaks yang paling nikmat. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Setelah selesai mandi, berdandan, baru terasa alat vitalku perih. Mungkin karena aku terlalu bernafsu sekali. Setelah semuanya beres, sebelum kami meninggalkan kamar itu untuk pulang, kami sempat saling berpelukan di depan cermin. Tak banyak kata-kata yang kami bisa keluarkan. Kami membisu, saling memeluk. " Aku sayang kamu Yulia " Terdenga suara Ronald setengah berbisik, seraya dia menatap wajahku dalam-dalam. Aku masih bisu, entah kenapa bisa begitu. Diulanginya kata-kata itu hingga tiga kali. Aku masih diam. Tak kuduga sama sekali, aku meneteskan airmata, terharu sekali. " Aku juga sayang kamu Ron " Kataku lirih." Sayang itu bisa abadi, tapi cinta sifatnya bisa sementara " Sambungku lagi. Ronald menyeka air mataku dengan jemarinya. Aku tampak bodoh dan cengeng, kenapa aku bisa tunduk dan pasrah dengan anka muda ini ? Setelah puas dengan adegan perpisahan itu, lantas kami melangkah keluar kamar, setelah check out, kami menuju Blok M dan kami berpisah di pelataran parkir. Aku sempat mengecup pipinya, dia juga membalasnya dengan mencium tanganku. Ronald kembali kerumahnya, dan aku pulang dengan gejolak jiwa yang sangat amat berkecamuk tak karua. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Rasa sedih, bahagia, puas, cinta, sayang dan sebaginya dan sebagainya. Ketika memasuki halaman rumahku, aku terkejut sekali, banyak orang berkumpul disana. Astaga ada bendera kuning dipasang disana. Aku mulai gugup, ketika aku kemuar dari mobil, kudapati keluarga mas Burhan sudah berkumpul, ada yang menangis. Ya ampun, mas Burhan suamiku sudah dipanggil Yang Kuasa. Aku sempat dicerca pihak keluarganya, kata mereka aku sulit dihubungi. Karuan saja, HP ku dari sejak di Hotel kumatikan hingga aku dirumah belum kuhidupkan. Kulihat mas Burhan sudah terbujur kaku ditempat tidur. Dia pergi untuk selamanya, meninggalkan aku, meninggalkan seluruh kekayaannya yang melimpah ruah. Kini aku jadi janda kaya yang kesepian dalam arti yang sebenarnya. Tiga hari kemudian aku menghubungi Ronald via HP, yang menjawab seorang perempuan dengan suara lembut. Aku sempat panas, tapi aku berusaha tak cemburu. Aku mendapat penjelasan dari wanita itu, bahwa dia adik kandungnya Ronald. Dan dijelaskan pula bahwa Ronald sudah berangkat ke Amerika secara mendadak, karena dipanggil Papa Mamanya untuk urusan penting. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Kini aku telah kehilangan kontak dengan Ronald, sekaligus akan kehilangan dia. Aku kehilangan dua orang laki-laki yang pernah mengisi hidupku. Sejak saat itu sampai kini, aku selalu merindukan laki-laki macho seperti Ronald. Sudah tiga tahun aku tak ada kontak lagi dengan Ronald, dan selama itu pula aku mengisi hidupku hanya untuk shopping, jalan-jalan, nonton, ah...macam-macamlah. Yang paling konyol, aku menjadi pemburu anak-anak muda ganteng. Banyak sudah yang kudapat, mulai dari Gigolo profesional hingga anak-anak sekolah amatiran. Tapi kesanku, Ronald tetap yang terbaik !!! Dalam kesendirianku ini . . . Segalanya bisa berubah .. . Kecuali, Cinta dan kasihku pada Ronad, Aku tetap menunggu, sekalipun kulitku sampai kendur, mataku lamur, usiaku uzur, ubanku bertabur, dan sampai masuk kubur, Oh....Ronald, kuharap engkau membaca kisah kita ini. Ketahuilah, bahwa aku kini menjadi maniak seks yang luar biasa, hanya engkau yang bisa memuaskan aku Ron ?</span><o:p></o:p></span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-7562612709032168612011-01-19T20:49:00.001+07:002011-01-19T20:49:53.299+07:00Akibat Perkenalan di Bus<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDemangan.Net%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.fullpost
{mso-style-name:fullpost;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt;"><span class="fullpost">Perkenalkan dulu namaku Tony pegawai Bank swasta di <st1:city w:st="on">kota</st1:city> <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Malang</st1:city></st1:place>. aku mengikuti tour jasa wisata umum di kotaku untuk menuju ke pulau <st1:place w:st="on">Bali</st1:place>. Bis direncanakan berangkat pukul 17.00 dari tempat jasa wisata tersebut. Peserta berkumpul dan mulai masuk bis yang disediakan dengan nomor kursi yang telah ditetapkan. Peserta kebanyakan kaum muda yang sedang lelah bekerja dan ingin santai menikmati suasana lain di luar kantor. </span></div><a name='more'></a><br />
<span class="fullpost">“Permisi, di sini tempat duduk Nomor 6B?”, tanyaku pada seorang wanita yang duduk di sebelah jendela dengan kaca mata hitam yang tetap terpasang di matanya.</span><br />
<span class="fullpost"><span lang="SV">“Oh iya benar, mari silakan”, jawabnya seraya melepas kacamata serta mengemasi barang-barangnya yang menempati tempat dudukku.</span></span><span lang="SV"><br />
<br />
<span class="fullpost">Aku taksir, dia berusia sekitar 26 tahun dengan tinggi badan berkisar 165, cukup tinggi tentunya, rambut hitam pekat, kulit putih mulus serta memakai baju yang cukup ketat dengan kancing terbuka sebiji dan warna kontras dengan kulitnya yang putih, alis matanya cukup tebal dan.., ukuran dadanya kuperkirakan 34 dengan cup B seolah akan menyembul keluar, aku menarik nafas dalam-dalam. Aku duduk dengan sedikit basa-basi menanyakan sudah berapa kali dia mengikuti acara seperti ini, dia jawab sering tetapi melalui biro jasa ini masih sekali.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Bis berjalan perlahan meninggalkan kota Malang, kami masih asyik berbincang sambil sesekali aku melirik bagian dada yang cukup menantang tersebut, kubayangkan seandainya dada tersebut dapat kuraih, ahh.., Gaya bicaranya yang lugas dan tanpa ditutup-tutupi membuatku betah untuk terus bercakap mulai masalah ringan sampai masalah yang spesifik. Dia bernama Eni.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“En.., Sorry ya kamu udah married ya”, tanyaku seenaknya.</span><br />
<span class="fullpost">“Lho kog nanyanya ke situ, emangnya kenapa sih Mas Ton”, rengeknya manja.</span><br />
<span class="fullpost">“Terus kalo aku udah merried kenapa dan kalo belum kenapa kog serius banget sih”, sambungnya sambil tersenyum.</span><br />
<span class="fullpost">“Eh nggak kog cuman nanya aja biar aku tahu siapa kamu, ntar kalo kita akrab aku takut ada yang marah”, jawabku pura-pura bingung.</span><br />
<span class="fullpost">“Aku cerita ya, nanti ganti kamu ya”, aku cuma mengangguk mendengarkan.</span><br />
<span class="fullpost">“Aku kawin muda 18 tahun karena kecelakaan Ton, dan setelah anakku lahir suamiku tidak bertanggung jawab terhadap keluarga, akhirnya aku bercerai dan melanjutkan kuliah sampai selesai dan berusaha sendiri dengan modal yang diberikan orang tuaku, aku bergerak dibidang percetakan, anakku berusia 7 tahun tinggal bersama orang tuaku hanya sesekali saja aku menjenguknya jika rindu, ah.., udah ah jangan diterusin, aku ke sini ini bukan untuk bagi cerita lho, aku pengin santai abis kerja gitu aja.., nah akupun juga demikian nggak pengin tahu kamu lebih jauh yang pentingsaat ini kita satu bis bersama kan”, jawabnya lugas.</span><br />
<span class="fullpost">“Iya deh sorry aku nggak nanya lagi”, sambil kutoleh wajahnya dan tak lupa kucuri pandang ke arah dada yang montok itu.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Malam semakin larut aku semakin akrab saja sama Eni, kusodorkan jaketku melihat dia merasa kedinginan karena AC di bis cukup kencang, sedangkan dia memakai pakaian yang cukup minim. Dia menerima dan menutupkan pada bagian depan dadanya. Eni kelihatan mulai mengantuk. Tanpa terasa Eni mulai terlelap dan bersandar di bahuku. Terasa hangat, dengan sedikit keberanian kujulurkan tanganku untuk memeluknya, aku beruntung karena dia tidak menghindariku bahkan semakin menempatkan diri dalam rengkuhanku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Bis sudah memasuki kota Situbondo dan Eni semakin terlelap dalam tidurnya. Sebagai lelaki normal melihat hal seperti ini timbul rasa isengku setelah menyadari bahwa benda lunak di dada Eni menempel pada kulitku, lunak dan lembut apalagi pada waktu bis melewati jalan berliku dan bergelombang gesekan dadanya semakin kuat terasa, aku mulai merasakan ada yang bergerak di dalam celanaku, semakin keras dan keras.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Lampu bis dipadamkan dan kulihat bangku disebelah kiriku sudah terlelap juga. Aku mulai mengadakan kegiatan gerilya, dengan perlahan namun pasti kujulurkan tangan kananku yang sedang memeluk ke arah bawah ketiaknya, kusentuh dengan lembut gumpalan daging yang sejak tadi kuincar. Ah.., kenyal dan lembut, Eni menggeliat namun tetap diam, aksiku makin berani melihat kondisi ini, kusingkap perlahan kaosnya dari bawah melalui pinggangnya yang ramping, dengan berani kuraih payudaranya sebelah kanan dengan menyingkap BH-nya, kurasakan ujung payudaranya mengeras, kuusap lembut dan semakin mengeras, dia menggeliat terbangun sedikit mengerang dan berbisik, “Mas.., kamu nakal.., Jangan ah”, pintanya tanpa berusaha melarang lebih lanjut. Kenakalanku semakin menjadi, kucium wajahnya sekilas dia malu dan merunduk, menempelkan wajahnya di dadaku dan merunduk, kulanjutkan usahaku mengusap terus payudaranya yang kenyal.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Batang kemaluanku semakin mengeras tampaknya dan dia mengetahui, perlahan dia sentuhkan tangannya ke kemaluanku dan dia menatapku. “Aku.., Aku..”, belum sempat dia bicara, kusorongkan bibirku dan disahutnya dengan mesra. Kulihat sekelilingku masih tetap terlelap dan aku terus meremas payudaranya sambil mempermainkan puting susunya yang semakin mengeras tersebut. Aku semakin menjadi dan merasa aman saja karena bagian dada Eni tertutup dengan jaket hangatku, dan tangan Eni juga tidak diam dengan cekatan dan terampil tanpa komando dielusnya penisku dari luar yang semakin mengeras itu dan aku semakin tak tahan karena geli.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Waktu menunjukkan pukul 04.00 sat bis memasuki hotel di Bali, sesuai dengan kamar yang dipersiapkan aku bersebehan dengan kamar Eni, kubantu dia menurunkan barang-barangnya untuk dimasukkan dalam kamarnya.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Pada pengangkatan barang yang terakhir dipersilakannya aku duduk dulu, tapi aku sudah tidak sabar lagi, pintu kututup dan kuraih pinggang rampingnya, kusorongkan bibirku dan diraihnya dengan ganas. Aku dan dia saling melumat, tanganku mulai bergerak menangkap gumpalan di dadanya, sambil berjalan kududukkan dia di spring bed sambil kupeluk dan kuraba punggungnya, kini sampailah pada pengait BH, kutarik pengaitnya dan lepas, aku semakin bebas memegang buah dadanya dan dia menggeliat liar sambil mendesis, kancing T-shirt yang dikenakan kutarik sampai lepas dan dengan segera kulepas T-shirtnya. Aku terkagum, kulihat pemandangan yang sungguh menakjubkan gadis berbody bagus dengan dada terbuka tergolek indah, seperti gunung kecil yang mencuat dengan puncak coklat kemerahan manantang, kulit putih mulus dengan memakai celana panjang dia terpejam, mulutku mulai menyusuri wajah turun ke leher dan akhirnya menancap pada ujung payudaranya.., Kuhisap.., terus sambil tak henti-hentinya tanganku meraba pada bagian lain.</span><br />
<span class="fullpost">“Oh.., Mas.., Maass”, erangnya.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Tanganku mulai turun ke bawah, kubuka kancing celananya dan perlahan kumasukkan tanganku pada bagian lunak berbulu lebat dan mulai basah. Kuusap dengan lembut, dia tidak menolak bahkan memegang tanganku untuk lebih lama tinggal di tempat basah tersebut. Kumasukkan perlahan jari tanganku.., basah dan semakin basah, dia semakin liar bergerak dan kulihat wajahnya memerah. Tanganku berhenti pada benda kecil yang ada diantara bukit berbulu tersebut, dengan lincahnya kuputar-putar benda kecil yang bernama clitoris dan kudapatkan vaginanya semakin berair.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">” Aku nggak tahan Mas.., ah.., aahh”, dipeluknya aku erat-erat dan mulutku masih tetap menghisap ujung buah dadanya. Dengan gerak gemulai dia menurunkan seluruh kain yang menempel di tubuhnya, kini semuanya nyata, gadis dengan kulit mulus tanpa cela tergolek mesra di ranjang. Dengan ada bagian hitam legam penuh bulu menarik sekali nampaknya.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Ditariknya dengan keras tanganku untuk menjauh dari kemaluannya, dan dengan tiba-tiba dia terbangun, didorongnya perlahan tubuhku sampai telentang dan dia mulai merabaku dengan ganas, ditariknya kancing bajuku, celanaku, semuanya terlepas tinggal celana dalamku saja, kami tersenyum dan dengan perlahan Eni mulai melakukan aksinya, dihisapnya dadaku dan dikecupnya perlahan, dia meraba celana dalamku dari luar pelan dan terasa nikmat, tangannya yang lentik mulai merambah ke dalam celana dalamku dan “Breet”, ditariknya keluar batang kemaluanku yang sudah tegak berdiri. “Woow”, serunya berdesah, “Belum pernah aku melihat benda yang seperti ini”.</span><br />
<span class="fullpost">Kulirik kemaluaku dengan ujung yang membonggol memerah dan berdenyut keras.</span><br />
<span class="fullpost">“Ini punya manusia apa kuda?”, tanyanya manja.</span><br />
<span class="fullpost">“Punya manusia dengan ukuran kuda”, jawabku terpejam dan pada saat itu pula kulihat ujung kemaluanku sudah masuk dalam mulut Eni. Memang kabarnya sih (nggak GR lho, pada waktu luang aku mencoba mengukur kemaluanku ternyata memiliki panjang 17,5 cm dan lingkarnya cukup segenggaman tangan normal) disedotnya kemaluanku sampai pipinya kelihatan cekung. Mataku terpejam merasakan nikmatnya sedotan Eni. Tanganku meremas rambutnya sambil sesekali kutarik rambutnya. Tidak berhenti sampai di situ saja biji kemaluanku tidak luput dari keganasan mulut Eni, terasa bergerinjal dan licin.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Aku mengerang dan Eni semakin gila memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya yang mungil dengan cepat keluar masuk sampai terlihat otot kemaluanku semakin memerah dan tanganku juga tidak mau diam dengan meraih kemaluan Eni, kukucek dengan jemariku memelintir clitorisnya. Dia mulai memuncak, dipegangnya gagang kemaluanku dan ditutunnya ke dalam liang vaginanya, dia mendudukiku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">” Sekarang ya Maass aku nggak kuat.., hoo”, erangnya.</span><br />
<span class="fullpost">Aku diam saja dan, “Brreess”, ditekannya kuat-kuat vaginanya menutupi kemaluanku. Aku geli bukan kepalang, tapi kulirik masih kepala kemaluanku saja yang tenggelam dalam vaginanya, digoyangnya lagi vaginanya perlahan, centi demi centi kemaluanku amblas dilahap vaginanya. Dia menjerit dan mengerang begitu merasakan vaginanya penuh dengan kemaluanku, sesak rasanya kemaluanku tidak dapat bergerak di dalam vaginanya.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Kami diam sejenak, aku rasakan kemaluanku seperti dipijat-pijat dan berdenyut, “aahh”, erangku. Eni mulai bergerak maju mundur dan naik turun. Semakin lama semakin cepat disertai erangan manja yang membuat aku semakin terangsang. Kupegang pinggangnya untuk membantu lancarnya gerak kemaluanku mengucek kemaluannya. Dan, “Ooohh.., dengan kuat sekali dia memelukku dengan kaku sambil berteriak histeris.</span><br />
<span class="fullpost">“Ampuun aku nggak kuat mau keluar Ton”, erangnya. Kurasakan semakin licin kemaluanku mengocek kemaluannya. Dipeluknya aku erat-erat dan kurasakan adanya kuku yang menancap di punggungku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“Jangan gerak dulu Ton aku nggaak kuat..”, pintanya.</span><br />
<span class="fullpost">Kudiamkan kemaluanku tetap bersembunyi di vaginanya. Tidak lama kemudian dia lemas dan telentang, kulihat kemaluanku masih tegak berdiri dan siap menghunjam. Kuambil handuk dan kuusapkan pada vaginanya yang basah. Setelah kering kucoba memberikan rangsangan dengan membiarkan mulutku menjilatinya. Dan ajaib, Eni mulai terangsang lagi, Eni menggeliat begitu lidahku mempermainkan clitorisnya, kugigit kecil dan kudengarkan suara teriakannya semakin menjadi.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Disorongkan pantatnya dan hidungku ambles ke lubangnya, tercium bau segar vaginanya dan batang kemlauanku semakin keras memerah. Aku berdiri dengan memegang batang kemaluanku, kusibak rambut di seputar kemaluan Eni dan kugesek-gesekkan kepala kemaluanku menyodok clitorisnya, dia semakin menggila. Kutuntun pelan-pelan dan tidak seperti pertama tadi, batang kemaluanku lebih mudah menerobos vagina Eni yang sudah mulai membanjir itu.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Dengan lancar mulai kugerakkan keluar masuk ke vaginanya, Eni menggoyangkan pantatnya mengimbangi permainanku sembari tangannya menggapai punggungku dan sesekali desisan suaranya menambah rangsanganku.</span><br />
</span><span class="fullpost">“Teruus.., Toon,.. aahh”.</span><br />
<span class="fullpost">“Yaahh.</span><br />
<span class="fullpost">“Ahh.<o:p></o:p></span><br />
<div class="MsoNormal"><span class="fullpost">Semakin lama semakin kurasakan mudah menggoyang kemaluanku dan terasa berkecipak suara beradunya vagina Eni dan kemaluanku. Kepalaku mulai hangat dan kemaluanku mulai meregang.</span><br />
<span class="fullpost">“Enn.., aahh.</span><br />
<span class="fullpost">“Apa Ton.</span><br />
<span class="fullpost"><span lang="SV">“Aku nggak kuat En.., Mau keluar.</span></span><span lang="SV"><br />
<span class="fullpost">“Aku sudah tiga kali Ton.., Tapi sebentar Ton.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Tiba-tiba ditariknya batang kemaluanku dan dikocok sambil mulutnya menghisap ujung kemaluanku, dengan rakusnya ditarik dan dimasukkan secara cepat kemaluanku pada mulutnya yang mungil dan tak henti-hentinya dia berguman, aku semakin geli dan geli, “aahh”, sesaat kemudian, “Srreett”, kurasakan ada sesuatu zat yang keluar dari kemaluanku dan tidak disia-siakan oleh mulut Eni, dihisap dan hisap terus, tak terasa mulut Eni penuh dengan tumpahan air maniku bahkan ada beberapa yang sampai ke pipinya. Dia tersenyum, dibersihkannya kemaluanku dengan mulutnya sambil terus diciumi tanpa henti dan pecah rasanya kepalaku menahan geli yang tidak terkira.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Aku tergeletak tak berdaya dengan keringat mengucur dari setiap centi tubuhku. Dipeluk, dikecupnya tubuhku oleh Eni. Dipegangnya kemaluanku yang mulai mengecil dan diciumnya kembali.</span><br />
<span class="fullpost">“Aahh.., sudah dulu ah.., aku masih payah”, pintaku manja.</span><br />
<span class="fullpost">“Enggak kog aku cuma membersiin yang tadi saja, ini masih ada sisanya kog”, sambil terus melumat kemaluanku dan menghisapnya hingga bersih.</span><br />
<span class="fullpost">“Terima kasih ya Ton.., kamu hebat”.</span><br />
<span class="fullpost">Kuusap rambut dan tubuhnya yang polos, “Ah.., sama saja, aku belum pernah merasakan hal yang heboh seperti ini”.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Paginya rombongan melanjutkan perjalanan ke obyek wisata dan aku tidak lepas-lepas mengamit lengan Eni dan dia bergelayut dengan manja.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Sepulang dari wisata Bali petualangan seks-ku dengan Eni terus berlanjut sampai Eni melangsungkan pernikahan. Sejak menikah kami tidak pernah lagi bertemu, karena Eni sekarang tidak lagi ada di kotaku.</span><o:p></o:p></span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-74584030170233110612011-01-19T20:48:00.001+07:002011-01-19T20:48:07.602+07:00Bercinta Di Pantai<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDemangan.Net%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.fullpost
{mso-style-name:fullpost;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
<div class="MsoNormal"><span class="fullpost">Saat itu masih pagi, sekitar jam 6.30. Matahari mulai muncul di ufuk timur. </span><span class="fullpost"><span lang="SV">Udara terasa di dingin di dalam kamar dan menembus daster satin tipis yang saya kenakan. Saya sudah terjaga cukup lama di tempat tidur dan akhirnya bangun juga untuk ke kamar mandi, sekedar cuci muka dan sikat gigi. Setelah minum kopi, saya memutuskan untuk berjalan-jalan ke pantai di belakang cottage tempat saya menginap.</span></span><span lang="SV"><a name='more'></a><br />
<br />
<span class="fullpost">Kebetulan cottage ini mempunyai pantai yang secluded tapi indahnya luar biasa. Saya berlibur sendirian di sini karena memang tujuannya untuk menyendiri, mumpung kuliah juga masih libur. Itung-itung refreshing dari kehidupan kota yang bising. Setelah mengenakan bikini pink, mengambil novel, sunglasses Armani, akhirnya berangkat juga saya ke pantai tersebut.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Oh ya, sebenarnya risih juga mendeskripsikan bagian tubuh sendiri, tapi rasanya kurang pas kalau 'blank' tidak ada bayangan apa-apa. </span></span><span class="fullpost">Bukan seperti yang anda bayangkan, nothing special in me.. everything's in average size.</span><br />
<br />
<span class="fullpost"><span lang="SV">Usia saya 22 tahun, tinggal di kota S. Tinggi saya sekitar 160 cm, berat 50 kg. Saya berkacamata minus tapi lebih sering memakai contact lens. Rambut hitam di-highlight merah pendek sebahu, kulit saya kuning langsat sebagaimana warna kulit keturunan China pada umumnya. Untuk ukuran payudara, seperti yang saya bilang tadi, rata- rata, tapi cukup bulat dan padat. Kecuali paha saya.. ukurannya lumayan tapi proporsional kok. Dari itu semua yang paling saya sukai adalah leher saya yang jenjang dan sensitif serta pinggul saya yang membuat siluet tubuh saya lebih 'pas'.</span></span><span lang="SV"><br />
<br />
<span class="fullpost">Anyway, setelah jalan beberapa menit, sampailah saya di pantai itu. Masih sepi sih kalau pagi begini, mungkin orang-orang masih baru bangun atau sedang breakfast. Biasanya di pantai ini memang sudah umum orang bertelanjang, malah jika ada yang ingin 'ML' disitu pun tidak dilarang kok. Karena tidak ada partner dan tidak ada pikiran kesitu, sayapun cuek saja, pokoknya mau santai nih ceritanya. Setelah menggelar handuk pantai, saya pun rebahan, tengkurap sambil baca novel Harlequin yang saya bawa tadi. Saya memang penggemar novel Harlequin, jadi ke mana- mana bawaannya novel- novel itu saja. Ceritanya bagus, sering nyerempet-nyerempet malah, dan itu yang bikin tambah asyik.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Baru 10-15 menitan tenggelam dalam novel, tiba-tiba saya terganggu dengan bayangan yang menutupi halaman yang sedang saya baca. Kontan saja saya langsung mendongak sambil mengernyit silau. Maklumlah, sunglasses saya kacanya tidak begitu gelap, jadi kadang masih sedikit silau. Akhirnya bersuara juga tuh si pemilik bayangan, "Sorry, Do I interrupt you?". </span></span><span class="fullpost">"Yes, if you keep standing there," jawabku judes, abis kesel sih konsentrasiku terganggu. </span><span class="fullpost"><span lang="SV">Mendengar jawaban ketus begitu orang tersebut tidak marah, malah tersenyum dan bergeser ke sampingku dan berbaring di situ. "Kalo di sini nggak menggangu kan?" tanyanya. "Oh, nggak pa-pa kok," jawabku sambil tersenyum. Abis dia cakep sih, badannya tinggi atletis, dadanya bidang dan rambutnya kecoklatan, kalau warna mata sih masih belum kelihatan, abis sunglasses yang dia pakai gelap sekali. Dia memakai celana renang Speedo yang segitiga, warna biru muda, sexy sekali. Dijejerin cowok cakep begini lumayan asyik sih tapi nervous juga, akhirnya novel tetap dibuka tapi tidak kebaca isinya. Sejauh ini dia masih cuek saja, tidak melakukan tindakan apa-apa.</span></span><span lang="SV"><br />
<br />
<span class="fullpost">Tiba- tiba dia duduk (sedari tadi tiduran) dan menyapa saya, "Hai, saya Steve. Nama kamu siapa dari tadi kok diem terus, emangnya novelnya seru bener ya?" Lumayan seru sih, sebelum kamu datang, batinku. "Ah nggak kok biasa aja. Kenalin, saya Sandra." "Nama kamu manis deh, persis ama orangnya," jawab Steve. Saya cuma tersenyum sambil say thank's saja dan mulai berpikir kalau orang ini ada maunya kali. Benar saja, dia minta tolong untuk mengoleskan suntan oil di punggungnya.</span><br />
<br />
</span><span class="fullpost"><span lang="PT-BR">Nih orang berani amat.. siapa takut. </span></span><span class="fullpost"><span lang="SV">Saya ambil botol minyak dari tangannya lalu saya tuangkan sedikit di tangan dan saya oleskan ke punggungnya. Sambil senyam-senyum dia bilang kalau olesan saya mantap dan rasanya tangan saya cocok sekali di badannya. Tuh kan para cowok memang hobby ngegombal. Saya kira setelah itu selesai, ternyata tidak semudah itu lolos darinya. Karena saya sudah membantunya akhirnya dia menawarkan untuk mengoleskan suntan oil itu ke badan saya.</span></span><span lang="SV"><br />
<br />
<span class="fullpost">Alasannya sih karena dia lihat saya belum memakainya dan sayang kalau kulit saya yang mulus ini terbakar sinar matahari. Kembali sikap yang 'gentleman' menang. Pertama sih, dia mengoleskan di punggung saya, pelan- pelan sambil dipijat. Enak banget deh rasanya. Karena ada tali bikini, dia bilang nggak enak kalau nggak dilepas dan dia menawarkan untuk membantu melepaskan ikatan tali bikiniku. Namanya bikini kan cuma seutas tali pegangannya, topless deh saya sekarang. Sudah telanjur basah sih, terusin saja.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Sambil memijat-mijat, Steve bilang kalau dia suka sekali terhadap pinggul saya dan dia pijat pelan- pelan. Saya pun mengerang pelan, karena saya pinggul saya cukup sensitif, jangankan dipijat, dielus saja bisa bikin on kok. Melihat respon saya, Steve malah tambah berani.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Karena dapat lampu hijau, tangannya pun mulai turun ke paha saya yang makin panas dingin. </span></span><span class="fullpost"><span lang="PT-BR">Ternyata tangannya yang pada awalnya mengelus paha, mulai mencari-cari. Otomatis saya buka kaki saya dan dia mulai menyingkap tali celana bikini saya. Jarinya yang besar itu berusaha masuk ke lubang kemaluan saya. Mana mungkin saya diam. Saya memang enjoy sih dikasih permainan jari oleh cowok, tapi tidak terlalu suka masturbasi. </span></span><span class="fullpost"><span lang="SV">Tangan Steve yang licin karena minyak, tambah licin lagi kena juice dari liang senggama saya.</span></span><span lang="SV"><br />
<br />
<span class="fullpost">Setelah 10 menit bermain dengan jari Steve yang diwarnai dengan desahan dan teriakan dari mulut saya akhirnya saya mendapatkan orgasme. </span></span><span class="fullpost">"You owe me one," kata Steve sambil tersenyum manis. "OK, it's your turn to get one too," jawabku. </span><span class="fullpost"><span lang="SV">Sudah terlihat kejantanan Steve yang mengeras dan mengintip di bagian atas Speedo- nya. Kelihatan sekali size-nya yang di atas rata-rata, sudah faktor genetis kali ya kalau average size-nya orang bule di atas orang Asia.</span></span><span lang="SV"><br />
<br />
<span class="fullpost">Anyway, performa tetap lebih penting daripada ukuran khan? Para cowok setuju nggak nih? Saya mulai melepas celana bikini saya dan dia pun melepas celana renangnya. Wow.. nggak kuat nih.. ternyata benar dugaan semula. Dan nggak cuman gede tapi juga keras. Setelah menjilati kejantanannya sebentar, akhirnya saya membimbingnya masuk ke 'sarang'nya. "Aaahh.." kita berdua menjerit (untung masih sepi) "Gila, memek kamu rapat amat.. licin tapi rapat," kata Steve.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Tidak cuma Steve yang keenakan, saya juga sih. Rasanya punya dia seperti masuk sampai mentok deh, 20 cm sih, diameternya besar lagi. Steve senang mmemainkan payudara saya. Dicium, dipilin-pilin, dicubit dan dielus-elus. Selama ini saya di atas, dia menikmati tiap goyangan naik turun yang saya buat. Dia terlihat enjoy sambil menyaksikan gerakan payudara saya yang seirama dengan goyangan tubuh saya, semakin terasa saat dia ikut bergoyang seirama dengan saya. Tiba-tiba dia berguling dan membuat saya berada di bawahnya. Kaki saya diangkat ke bahunya dan dia memasukkan kejantanannya lebih dalam lagi.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Saya pun semakin menjerit-jerit liar, "Aaahh.. Steve please, cepetin dong.. ahh.. oh.. oh.." Keringat membasahi tubuh kami berdua. Sexy sekali kelihatannya, tubuh kami mengkilap oleh keringat dan minyak di bawah siraman sinar matahari pagi. Steve merasakan otot-otot kewanitaan saya mengejang dan sesaat kemudian muncratlah cairan hangat dari dalam, bersamaan dengan itu Steve pun mencabut kemaluannya dan memuntahkan isinya di atas perut dan payudara saya.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Warm, smells good dan taste good too. Saya ratakan cairan steve di kedua payudara saya dan setelah itu saya jilati jari-jari saya yang basah. "Kamu keliahatan sangat seksi dan menantang saat kamu menjilati jari-jarimu, enak kan maniku?" tanya Steve. "Sungguh nikmat dan membuatku seakan melayang di langit ketujuh," jawabku sambil tersenyum nakal. Kami berdua berbaring sejenak dan kemudian memutuskan untuk berenang di pantai. </span></span><span class="fullpost">Sungguh nikmat bercinta pada pagi hari di alam terbuka. TAMAT</span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-40934708565750844542011-01-19T20:46:00.001+07:002011-01-19T20:46:23.548+07:00Napsu Mertua<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDemangan.Net%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="State" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.fullpost
{mso-style-name:fullpost;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
<div class="MsoNormal"><span class="fullpost">Aku Roy, 32 tahun. Menikah, punya 2 anak. Istriku sangat cantik. Banyak yang bilang mirip bintang sinetron ternama saat ini. Kami tinggal di <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Bandung</st1:city></st1:place>. Yang akan aku ceritakan adalah hubunganku dengan mertua aku sendiri.</span><br />
<span class="fullpost">Mertua aku tinggal di <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">kota</st1:city></st1:place> P, masih wilayah Jawa Barat. Suatu waktu aku ada tugas kerja ke <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">kota</st1:city></st1:place> P tersebut. Aku pergi naik motor. Sesampainya di <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">kota</st1:city></st1:place> P, aku langsung menyelesaikan tugas dari kantor. Setelah selesai, aku sengaja singgah dulu ke rumah mertua untuk istirahat. Sesampai di rumah, mertua perempuanku datang menyambut.</span></div><a name='more'></a><br />
<br />
<span class="fullpost">“Kok sendirian <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Roy</st1:city></st1:place>? Mana anak istrimu?” tanya mertuaku.</span><br />
<span class="fullpost">“Saya ada tugas kantor disini, Ma. Jadi mereka tidak saya ajak. Lagian saya cuma sebentar kok, Ma. Hanya mau numpang mandi dan istirahat sebentar,” jawabku.</span><br />
<span class="fullpost">“O begitu.. Akan mama siapkan makanan buat kamu,” ujar mertuaku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Lalu aku mandi. Setelah itu aku segera ke meja makan karena sudah sangat lapar.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“Papa mana, Ma?” tanyaku.</span><br />
<span class="fullpost">“Papa lagi ke rumah temannya ngurusin obyekan,” jawan mertuaku.</span><br />
<span class="fullpost">“Kamu mau pulang jam berapa, <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Roy</st1:city></st1:place>?” tanya mertuaku.</span><br />
<span class="fullpost">“Agak sorean, Ma. Saya akan tidur sebentar. Badan pegal hampir 3 jam naik motor dari <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Bandung</st1:city></st1:place>,” kataku.</span><br />
<span class="fullpost">“Kalau begitu ganti baju dulu dong. Nanti kusut kemeja kamu,” ujar mertuaku sambil bangkit menuju kamarnya. Lalu dia datang lagi membawa kaos dan kain sarung.</span><br />
<span class="fullpost">“Ini punya Papa, pakailah nanti,” kata mertuaku.</span><br />
<span class="fullpost">“Iya, Ma,” kataku sambil terus melanjutkan makan.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Mertuaku berumur 42 tahun. Sangat cantik mirip istriku. Badan ramping, buah dada besar walau agak turun karena usia. Pantatnya sangat padat. Setelah berganti pakaian, aku duduk di ruang tamu sambil nonton TV.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“Loh katanya mau tidur?” tanya mertuaku sambil duduk di kursi yang sama tapi agak berjauhan.</span><br />
<span class="fullpost">“Sebentar lagi. Ma. Masih kenyang,” ujarku. Lalu kami nonton TV tanpa banyak bicara.</span><br />
<span class="fullpost">“Tahukah kamu, <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Roy</st1:city></st1:place>.. Bahwa mama sangat senang dengan kamu?” tanya mertuaku kepadaku memecah kesunyian.</span><br />
<span class="fullpost">“Kenapa, Ma?” tanyaku.</span><br />
<span class="fullpost">“Dulu sejak pertama kali datang kesini mengantar istrimu pulang, mama langsung suka kamu. Ganteng, tinggi, sopan, dan ramah,” kata mertuaku. Aku hanya tersenyum.</span><br />
<span class="fullpost">“Sekarang kamu sudah menikahi anak mama dan sudah punya anak 2, tapi kamu tetap sama seperti yang dulu..,” kata mertuaku lagi.</span><br />
<span class="fullpost">“Mama sangat sayang kamu, <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Roy</st1:city></st1:place>,” kata mertuaku lagi.</span><br />
<span class="fullpost">“Saya juga sayang mama,” ujarku.</span><br />
<span class="fullpost">“<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Ada</st1:city></st1:place> satu hal yang ingin mama lakukan, tapi tidak pernah berani karena takut jadi masalah..,” kata mertuaku.</span><br />
<span class="fullpost">“Apa itu, Ma?” kataku.</span><br />
<span class="fullpost">“Mama ingin memeluk kamu walau sebentar..,” ujar mertuaku sambil menatapku dengan mata sejuk.</span><br />
<span class="fullpost">“Kenapa begitu, Ma?” tanyaku lagi.</span><br />
<span class="fullpost">“Karena dulu mama sangat suka kamu. Sekarang ditambah lagi rasa sayang,” kata mertuaku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Aku tatap mata mertuaku. Kemudian aku tersenyum.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“Saya yang akan peluk mama sebagai rasa sayang saya ke mama,” ujarku sambil beringsut mendekati mertuaku sampai badan kami bersentuhan.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Kemudian aku peluk mertuaku erat. Mertuakupun balas memeluk aku dengan erat sepertinya tidak mau melepas lagi.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“Boleh mama cium kamu <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Roy</st1:city></st1:place>? Sebagai tanda sayang?” tanya mertuaku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Aku agak kaget. Aku lepaskan pelukanku, lalu tersenyum dan mengangguk. Mertuaku tersenyum, lalu mencium pipi kiri, pipi kanan, kening. Lalu.. Mertuaku menatap mataku sesaat kemudian mengecup bibirku. Aku sangat kaget. Tapi aku tetap diam, dan ada sedikit rasa senang akan hal itu. Selang beberapa detik mertuaku kembali mengecup bibirku.. Dan melumatnya sambil merangkulkan tangannya ke pundakku. Secara spontan aku membalas ciuman mertuaku. Kami saling hisap, mainkan lidah.. Nafas mertuaku terdengar agak cepat. Tangan mertuaku masuk ke dalam kain sarung, lalu menyentuh kont*lku dari luar CD. Tangannya lalu mengusap pelan lalu mulai meremas kont*lku. kont*lku langsung tegang.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Tiba-tiba.. Kringg! Krinngg! Bunyi telepon mengagetkan kami. Kami langsung memisahkan diri. Mertuaku langsung bangkit menuju telepon. Entah apa yang dibicarakan. Karena merasa agak bersalah, aku segera masuk ke kamar, menutup pintu, lalu merebahkan diri di kasur. Terbayang terus peristiwa tadi berciuman dengan mama mertua sambil merasakan nikmatnya diremas kont*l. Tiba-tiba terdengar pintu diketuk. Kemudian pintu terbuka. Mertuaku masuk.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“Sudah mau tidur, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Roy</st1:place></st1:city>?” tanya mertuaku.</span><br />
<span class="fullpost">“Belum, Ma,” ujarku sambil bangkit lalu duduk di tepi ranjang. Mertuaku juga ikut duduk di sampingku.</span><br />
<span class="fullpost">“Kamu marah tidak atas kejadian tadi,” tanya mertuaku sambil menatap mataku. Aku tersenyum.</span><br />
<span class="fullpost">“Tidak, Ma. Justru saya senang karena ternyata mama sangat sayang dengan saya,” jawabku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Mertuaku tersenyum lalu memegang tanganku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“Sebetulnya dari dulu mama memimpikan hal seperti ini, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Roy</st1:place></st1:city>,” ujar mertuaku.</span><br />
<span class="fullpost">“Tapi karena istrimu dan papamu selalu ada, ya mama hanya bisa menahan perasaan saja..,” ujar mertuaku sambil mencium bibirku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Akupun segera mebalas ciumannya. Dan sekarang aku mulai berani. Tanganku mulai meraba buah dada mertuaku dari luar dasternya. Aku meremasnya perlahanan. Tangan mertuakupun segera melepas kain sarung yang aku pakai. Tangannya langsung meraba dan meremas kont*lku dari luar CD-ku. kont*lku makin mengeras. Mertuaku merogoh kont*lku hingga berdiri tegak. Sambil tetap berciuman tangannya terus mengocok dan meremas kont*lku. Akupun terus meremas buah dada mertuaku. Tak lama, mertuaku bangkit lalu melucuti semua pakaiannya. Akupun melakukan hal yang sama. Mertuaku segera naik ke tempat tidur, dan aku segera menaiki tubuhnya. Aku kecup bibirnya.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“Mama senang kamu datang hari ini, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Roy</st1:place></st1:city>.. Lebih senang lagi karena ternyata kamu bisa menerima rasa sayang mama kepada kamu…” ujar mertuaku sambil menciumku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“Saya juga senang karena mama sangat menyayangi saya. Saua akan menyayangi mama…” kataku sambil memagut leher mertuaku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Mertuaku mendesah dan menggelinjang merasakan desiran nikmat. Pagutanku kemudian turun ke buahdada mertuaku. Kujilati dan gigit-gigit kecil puting susu mertuaku sambil tangan yang satu meremas buah dada yang lain.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“Ohh.. Mmhh.. Mmhh.. Ohh…” desah mertuaku semakin merangsang gairahku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Tapi ketika lidahku mulai turun ke perut, tiba-tiba mertuaku memegang kepalaku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“Jangan ke bawah, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Roy</st1:place></st1:city>.. Mama malu. Segera masukkin saja.. Mama sudah tidak tahan…” ujar mertuaku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Aku tersenyum dan maklum karena mertuaku termasuk orang yang konvensional dalam masalah sex. Aku buka lebar paha mertuaku, lalu aku arahkan kont*lku ke mem*k mertua yang sudah basah dan licin. Tangan mertuaku segera memegang kont*lku lalu mengarahkannya ke lubang mem*knya. Tak lama.. Bless.. kont*lku langsung memompa mem*k mertuaku. Terasa tidak seret, tapi masih enak rasanya menjepit kont*lku..</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“Ohh.. Sshh.. Oh, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Roy</st1:place></st1:city>.. Mmhh…” desah mertuku ketika aku memompa kont*lku agak cepat.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Mertuaku mengimbangi gerakanku dengan goyangan pinggulnya. Tak lama, tiba-tiba mertuaku bergetar lalu tubuhnya agak mengejang.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“Oh, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Roy</st1:place></st1:city>.. Mama mau keluarr.. Mmhh…” jerit kecil mertuaku.</span><br />
<span class="fullpost">“Terus setubuhi mama…” desahnya lagi.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Beberapa saat kemudian tubuh mertuaku melemas. Dia telah mencapai orgasme.. Akupun berhenti sejenak memompa kont*lku tanpa mencabutnya dari mem*k mertuaku. mem*knya terasa makin licin oleh air maninya.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“Mama belum pernah merasakan nikmat seperti ini, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Roy</st1:place></st1:city>,” ujar mertuaku sambil mengecup bibirku.</span><br />
<span class="fullpost">“Terima kasih, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Roy</st1:place></st1:city>…” ujarnya lagi sambil tersenyum. Akupun segera mengerakan kont*lku menyetubuhi lagi mertuaku.</span><br />
<span class="fullpost">“Boleh Roy minta sesuatu, Ma?” tanyaku sambil terus memompa kont*lku.</span><br />
<span class="fullpost">“Apa?” ujar mertuaku.</span><br />
<span class="fullpost">“Saya mau setubuhi mama dari belakang. Boleh?” tanyaku. Mertuaku tersenyum.</span><br />
<span class="fullpost">“Boleh tapi mama tidak mau nungging. Mama tengkurap saja ya?” ujar mertuaku.</span><br />
<span class="fullpost">“Iya, Ma,” ujarku sambil mencabut kont*lku. Mertuaku segera tengkurap sambil sedikit melebarkan kakinya.</span><br />
<span class="fullpost">“Ayo, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Roy</st1:place></st1:city>,” ujar mertuaku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Aku segera masukkan kont*lku ke mem*k mertuaku dari belakang. Terasa lebih nikmat daripada masuk lewat depan. Mata mertuaku terpejam, dan sesekali terdengar desahannya. Akupun terus menikmati rasa nikmat sambil terus memompa kont*lku. Kemudian terasa ada sesuatu rasa yang sangat kuat ingin keluar dari kont*lku. Kupercepat gerakanku menyetubuhi mertuaku. Ketika hampir mencapai klimaks, aku cabut kont*lku, lalu.. Crott! Crott..! Crott! Air maniku keluar banyak di punggung dan pantat mertuaku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“Ohh.. Enak, Ma…” kataku.</span><br />
<span class="fullpost">Kugesekkan kont*lku ke belahan pantat mertuaku. Selang beberapa menit setelah kelelahan agak hilang, mertuaku berkata, ” Tolong bersihkan punggung mama, Roy..”.</span><br />
<span class="fullpost">“Iya, Ma,” ujarku. Lalu aku bersihkan air maniku di tubuh mertuaku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Setelah berpakaian, lalu kami keluar kamar. Terlihat wajah mertuaku sangat ceria. Menjelang sore, mertua lelaki pulang. Aku dan mertua perempuanku bertindak biasa seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara kami.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Setelah makan malam, aku diminta mertua perempuanku utnuk membawakan semua piring kotor ke dapur. Aku menurut. Mertua lelaki aku setelah makan malam langsung menuju ruang televisi dan segera menonton acara kesukaannya. Di dapur, mertuaku perempuanku langsung menarik tanganku ke sudut dapur lalu menciumku. Aku membalasnya sambil tanganku langsung memegang selangkangannya kemudian meraba mem*knya.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“Nakal kamu. Tapi mama suka,” ujar mertuaku sambil tersenyum.</span><br />
<span class="fullpost">“Nanti Papa kesini, Ma.. Udah, ah <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Roy</st1:place></st1:city> takut,” ujarku.</span><br />
<span class="fullpost">“Tidak akan kesini kok, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Roy</st1:place></st1:city>,” ujarnya.</span><br />
<span class="fullpost">“Sebelum kamu pulang, mama mau sekali lagi bersetubuh dengan kamu disini…” ujar mertuaku sambil tangannya segera meremas kont*lku dari luar celana.</span><br />
<span class="fullpost">“Saya juga mau, tapi jangan disini, Ma.. Bahaya,” ujarku.</span><br />
<span class="fullpost">“Ayo dong, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Roy</st1:place></st1:city>.. Mama sudah tidak tahan,” ujarnya lagi. Tangannya terus meremas kont*lku.</span><br />
<span class="fullpost">“Kita ke hotel yuk, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Roy</st1:place></st1:city>?” ajak mertuaku. Aku mengangguk.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Kemudian dengan alasan akan ke rumah temannya, mertuaku perempuanku meminta ijin pergi diantar olehku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“Jangan lama-lama ngobrol disana, Ma.. Si Roy <st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">kan</st1:place></st1:state> malam ini mau pulang. Kasihan nanti dia capek,” ujar mertua lelaki.</span><br />
<span class="fullpost">“Iya dong, Pa…” ujar mertua perempuanku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Kemudian kami naik motor segera pergi mencari hotel. Setelah selesai registrasi, kami segera masuk ke kamar. Tanpa banyak cakap, mertuaku langsung memeluk dan menciumku dengan liar. Aku balas ciumannya..</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“Cepat kita lakukan, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Roy</st1:place></st1:city>.. Waktu kita hanya sedikit,” ujar mertuaku sambil melucuti semua pakaiannya.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Aku juga demikian. Mertuaku langsung naik ke kasur, lalu aku menyusul. Tangan mertuaku langsung menggenggam kont*lku dan diarahkan ke mem*knya.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“Mama kok buru-buru sih?” tanyaku sambil tersenyum ketika kont*lku sudah masuk mem*knya. Lalu aku pompa kont*lku perlahan menikmati enaknya mem*k mertuaku.</span><br />
<span class="fullpost">“Habisnya mama sudah tidak tahan sejak tadi di rumah, pengen merasakan kont*l kamu lagi,” kata mertuaku sambil menggoyang pinggulnya mengimbangi gerakanku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Selang beberapa belas menit tiba-tiba mertuaku mendekap aku erat sambil mengerakkan pinggulnya cepat. Kemudian.. “Ahh.. Mmhh.. Enak sayang…” desah mertuaku mencapai puncak orgasmenya.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Badannya melemas. Aku terus memompa kont*lku lebih cepat. Terasa lebih nikmat. Sampai beberapa lama kemudian aku tekan kont*lku ke lubang mem*k mertuaku dalam-dalam, dan.. Crott.. Crott.. Crott.. Air maniku keluar di dalam mem*k mertuaku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“Maaf, Ma.. <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Roy</st1:place></st1:city> tidak bisa menahan.. Sehingga keluar di dalam,” ujarku sambil memeluk tubuh mertuaku.</span><br />
<span class="fullpost">“Tidak apa-apa, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Roy</st1:place></st1:city>,” jawab mertuaku.</span><br />
<span class="fullpost">“Mama sudah minum obat kok,” ujarnya lagi.</span><br />
<span class="fullpost">“Kalo mama berkunjung ke rumah kamu, bisa tidak ya kita melakukan lagi?” tanya mertuaku.</span><br />
<span class="fullpost">“Bisa saja, Ma.. Kita jalan berdua saja dengan alasan pergi kemana…” jawabku. Mertuaku tersenyum.</span><br />
<span class="fullpost">“Kita pulang <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Roy</st1:place></st1:city>,” ujar mertuaku.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Sesampai di rumah, aku langsung bersiap untuk pulang ke <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Bandung</st1:place></st1:city>. Ketika aku memanaskan motorku, mertua perempuan mendekatiku. Sementara mertua lelaki duduk di beranda.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">“Hati-hati di jalan ya, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Roy</st1:place></st1:city>,” ujar mertuaku.</span><br />
<span class="fullpost">“Iya, Ma. Terima kasih,” ujarku sambil tersenyum.</span><br />
<span class="fullpost">“Tengokin mama dong sesering mungkin, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Roy</st1:place></st1:city>,” ujar mertuaku sambil tersenyum penuh arti.</span><br />
<span class="fullpost">“Iya, Ma,” ujarku sambil tersenyum pula.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Lalu aku pulang. Sejak saat itu hingga kini aku selalu menyempatkan diri sebulan sekali untuk datang ke rumah mertuaku, tentu saja setelah aku di-SMS dahulu oleh mertua perempuanku.</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-48177807735137667012011-01-19T20:44:00.001+07:002011-01-19T20:44:59.276+07:00Guru Baruku<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDemangan.Net%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="State" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
Aku siswa SMA di sebuah sekolah negeri <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>. Aku merupakan siswa yang dibilang cukup pintar di kelasku. Apalagi setelah aku menang olimpiade komputer tingkat provinsi, namaku jadi makin dikenal di sekolahku. Nilai-nilai ku di sekolah juga bisa terbilang bagus. Selalu dapat nilai diatas 7. Kecuali pelajaran pkn, pelajaran yang paling susah menurutku. Aku tidak pernah mendapat bagus. Paling bagus cuman dapat 7. Hari rabu ini, aku belajar seperti biasa. Tapi saat pelajaran pkn, bu tanti, guru pkn ku tidak masuk. Biasanya bu tanti tidak pernah telat. Seperti biasa, kalau tidak ada guru masuk, kami sekelas selalu ngobrol di kelas. Tiba-tiba ada seseorang perempuan yang tidak kukenal masuk ke kelas ku.<br />
<a name='more'></a><br />
Bu guru : “Hayoo jangan pada berisik. Oh iya perkenalkan, nama saya ibu diah. Umur 21 tahun. Ibu ada disini karena ibu dipesen sama ibu tanti untuk ngajar disini karena beliau sakit dbd. Ibu seterusnya akan menggantikan ibu tanti mengajar disini selama 1 semester karena ibu lagi praktek kerja lapangan untuk belajar jadi guru.”<br />
Anak-anak : “Yaaaahhhhhh but anti engga masuk deh”, jawab teman-temanku serentak sambil senyum<br />
Bu diah : “halah ibu tau kalian pada seneng <st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">kan</st1:place></st1:state>? Oke ibu dipesen kalo hari ini ibu ngajar bab 2. Coba buka buku kalian”<br />
Anak-anak : “Iya buu”<br />
Anak-anak begitu antusias ketika pertama kali diajar bu diah. Dulu selama diajar bu tanti tidak pernah seperti ini. Bu diah masih muda, cantik, baik lagi. Coba dia jadi pacarku, wah aku seneng banget, pikirku dalam lamunanku. Sejak kehadiran bu diah, aku lebih sering melamun. Terlalu sering liatin bu diah ketimbang liat buku. Bagiku, bu diah adalah cewe yang ideal. Tak terasa sudah bel istirahat sekaligus jam bu diah hari ini sudah selesai.<br />
Bu diah : “sebelum ibu keluar, ibu mau kasitau kalo minggu depan ulangan bab 2. Ibu dipesen bu tanti”<br />
Anak-anak : “yah kok baru diajar sebentar langsung ulangan sih? Bikin soal yang gampang ya bu”<br />
Bu diah : “yaudah ibu bikin yang gampang. Tapi kalian semua harus dapet bagus ya? Oke ibu keluar dulu. Selamat siang anak-anak”<br />
Anak-anak : “asiik ulangan nya dibikin gampang. Selamat siang bu”<br />
Sepulang sekolah aku langsung buka buku pkn. Aku belajar biar dapet bagus dan demi bu diah aku belajarnya hehehe. Tidak seperti biasanya, aku sepulang sekolah selalu belajar, kecuali pkn. Karena ada bu diah aku jadi semangat untuk dapet bagus.<br />
Seminggu kemudian, bu diah menepati janjinya untuk mengadakan ulangan. Bu diah membagi-bagikan soal ke setiap anak. Begitu aku menerima soal dan aku liat, agak susah menurutku. Aku kerjakan nomer yang aku bisa. Sisanya yang aku engga bisa aku lewatin dulu. Begitu aku liat temenku yang lain, udah hampir selesai padahal waktu ulangan masih 40 menit lagi. Terpaksa aku liat jawaban temenku yang duduk di sebelahku. Kebetulan bu diah lagi keluar sebentar, jadi ada kesempatan buat aku untuk nyontek. Baru nyontek 2 nomer, tiba-tiba bu diah masuk ke kelas dan sempet liat aku lagi nyontek, tapi bu diah tidak menegurku dan malah mengawasi anak yang lain. Sepertinya bu diah membiarkan saja dan pura-pura tidak tahu atas apa yang aku perbuat tadi, tapi apa urusanku. Yang penting sekarang ada 4 nomer kosong lagi yang harus diisi. Aku jadi lebih berhati-hati dan lebih memperhatikan situasi. Setiap kali bu diah mengawasi anak lain aku langsung nyontek temenku. Tak terasa sudah bel. Aku langsung mengumpulkan jawabanku ke bu diah. Dan setelah semua anak mengumpulkan jawaban, bu diah mengucapkan selamat siang sambil keluar kelas. <br />
Aku masih kawatir sama kejadian yang tadi. Apa bu diah engga marahin aku tapi nilaiku dibikin jelek nantinya? Ah sudahlah nunggu bu diah koreksi jawaban aja, pikirku. 2 hari setelah ulangan, bu diah masuk ke kelasku untuk membagikan hasil ulangan. Anak yang dipanggil namanya langsung maju dan menerima hasil ulangan nya. Begitu namaku disebut, aku melihat nilai 6,5. Sebelum aku kembali ke tempat duduk, bu diah bilang “nanti pulang sekolah kamu ke ruang guru ya. <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Ada</st1:place></st1:city> yang mau ibu bicarain sama kamu.” Aku langsung deg-degan. Tapi aku sudah berusaha mencoba tenang dan tidak akan diomelin nanti.<br />
Sepulang sekolah, aku langsung menghadap bu diah.<br />
Bu diah : “Wahyu, kok cuman kamu yang dapet jelek? Padahal <st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">kan</st1:place></st1:state> gampang itu ulangan nya.”<br />
Wahyu : “saya udah belajar bu. Seminggu yang lalu pas ibu bilang mau ulangan saya langsung belajar pkn”<br />
Bu diah : “walaupun begitu, kamu masih tetep kurang maksimal belajarnya. Gimana kalo ibu kasih kamu tambahan biar kamu dapet bagus?”<br />
Wahyu : “wah boleh tuh. Dimana bu?”<br />
Bu diah : “ini alamat rumah ibu. Kamu dateng hari minggu siang. Tapi jangan bilang siapa-siapa ya kalo kamu dapet tambahan”, memegang kedua tanganku sambil tersenyum.<br />
Wahyu : “Oke bu. Yang penting nilai saya jadi bagus”<br />
Aku langsung salaman sama bu diah dan bergegas pulang ke rumah. Alangkah senangnya aku hari ini, karena cuman aku yang dapet tambahan sama bu diah dan aku disenyumin bu diah. Bener-bener cantik. Aku jadi makin suka sama bu diah. Dari pulang sekolah, aku senyum terus. Sampe-sampe pas di bis aku diliatin sama ibu-ibu. Sampe rumah aku langsung mikirin bu diah terus. Seandainya bu diah jadi pacarku, terus aku mikir ah engga mungkin itu. Daripada mikir yang engga jelas terus mending belajar aja deh.<br />
Hari minggu jam 1 siang, aku pergi ke rumah bu diah. <span lang="SV">Rumahnya engga begitu jauh. 10 menit dari rumahku. Aku melihat rumah bu diah yang sederhana tapi bersih. Aku memencet bel 3x, bu diah keluar.<br />
</span>Bu diah : “Oh Wahyu ibu kirain siapa. Ayo masuk, engga dikonci kok”<br />
Aku langsung masuk begitu dipersilahkan. Bu diah memakai baju biru dengan rok hitam yang ketat. Aku jadi makin suka sama bu diah.<br />
Bu diah : “Kamu mau minum apa?”<br />
Wahyu : “Engga usah repot-repot bu. Apa aja boleh”<br />
Tak lama kemudian, bu diah membawakan aku air putih. Setelah aku meminum sedikit, bu diah langsung mengajariku bab 2. Aku jadi lebih mengerti kalau diajarin sama bu diah. Tak terasa sudah 2 jam belajar sama bu diah.<br />
Wahyu : “Bu makasih ya, saya jadi lebih ngerti kalo diajarin sama ibu. Saya pulang dulu ya”<br />
Bu diah : “Kamu jangan pulang dulu deh, masa cuman belajar? Oya kita ngobrolnya pake aku kamu aja. Nonton tv dulu aja”<br />
Wahyu : “yaudah terserah kamu aja deh”<br />
Akhirnya kami ke ruang tengah dan duduk di sofa sambil nonton tv. Tiba-tiba dia menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku beranikan diriku untuk membelai rambutnya.<br />
diah : “Aku ada hadiah buat kamu nih, tapi tutup mata dulu ya”<br />
Wahyu : “Kenapa engga langsung kasih aja?”<br />
diah : “kamu nih disuruh tutup mata tapi masih buka, ih bandel”<br />
Aku mengalah saja. Kututup mataku sambil bertanya-tanya dalam hatiku, apa yang mau dia kasih. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang lembut di bibirku, ketika aku membuka mataku, aku terkejut melihat guruku sendiri menciumku. Aku menyedot lidahnya sambil kucium-cium bibirnya, lalu kuteruskan dengan mencium-cium daun telinga dia sambil berkata “Aku sayang kamu”. Setelah daun telinga, kuterusi ke leher, kupegang-pegang leher bagian belakang dengan kedua tanganku sambil kucium-cium lehernya. Dia begitu menikmatinya hingga matanya merem melek dan mendesah. Dari leher tanganku turun ke dada, kuremas-remas dadanya sambil kujilati putingnya. Desahan nya semakin kencang, kugigit pelan puting kiri nya, tangan nya sambil mengocok penisku. Aku langsung ganti posisi 69. Aku bisa melihat dengan jelas memiaw diah… baunya harumdan segera kujilat, rasanya benar-benar enak. Pasti dia sering memelihara badan nya. Kumainkan lidahku di baguan klitoris dan labia mayora, sembari kumasukkan lidahku ke dalam liang vagina nya. Erangan nya tambah kencang. Sedotan diah juga enak, seluruh batang penisku dilumatnya, benar-benar enak. Saking enaknya, tak terasa aku sudah dibuat keluar oleh diah. Setelah aku mencapai kepuasan, kini gantian diah yg aku buat puas. Aku memasukkan jariku ke dalam lubang vagina nya sambil kujilat-jilati bibir vagina diah yang berwarna pink.<br />
“ahh… aku engga tahan nih”<br />
Kupercepat gerakan tanganku ke dalam vagina nya sambil kupegang klitoris nya dan akhirnya dia orgasme juga. Orgasme nya benar-benar deras sampe membasahi muka ku dan sebagian ranjang nya.<br />
“Wahyu maafin aku ya, keluar sampe banyak gitu ngenain muka kamu”<br />
“kalo kamu yang keluarin engga apa-apa”, aku langsung mencium bibir nya.<br />
“masukin ademu ke dalem marmutku dong… kepengen nih aku”<br />
<span lang="SV">Aku ambil posisi missionary, kumasukkan adekku dengan perlahan, masuk ke dalam vagina nya benar-benar sempit. Dia masih perawan, kumasukkan dengan perlahan penisku agar dia tidak kesakitan. Kupercepat sedikit, diah tampaknya meringis kesakitan, ku tak perdulikan erangan itu. Langsung ku masukkan seluruh penisku ke dalam vagina nya. Yeah aku mendapat perawan nya diah. Dia tampak menangis kecil menahan kesakitan, langsung saja kucium untuk meredakan efek sakitnya. Aku mulai mempercepat permainanku. Expresi muka diah berubah, tadinya agak kesakitan sekarang berubah menjadi penuh nafsu. diah makin menikmati permainanku, ditambah desahan nya makin kencang. Aku pikir penisku mengenai bagian g-spot nya. Kusodok penisku di bagian itu, tak lama diah pun mengalami orgasme yang kedua. Aku mengajak diah untuk ganti posisi wot. Penisku perlahan dimasukkan ke dalam vagina nya… </span>Bless, benar-benar nikmat, ditambah dengan otot vagina nya yang meremas penisku membuat kenikmatan nya bertambah. <span lang="SV">Dia terus mendesah keenakan, goyangan nya hot juga, padahal baru pertama kali merasakan sex. 6 menit kemudian, goyangan nya makin cepat. “ahh aku mau keluar lagi nih”<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“eh jangan keluar dulu, barengan aja sama aku. aku juga bentar lagi kok”<br />
Akhirnya kami keluar secara bersamaan. Sperma ku banyak keluar di dalam dan dia orgasme juga cukup banyak. Setelah kami “bertarung”, diah memeluk ku dan menciumku. “makasih ya sayang, kamu udah bikin aku ngerasain nikmatnya bercinta”<br />
“ya sama-sama sayang. Ngomong-ngomong, kamu mau engga jadi pacarku? Aku sayang banget sama kamu. Sejak pertama kali liat kamu, mulai ada perasaan suka sama kamu. Aku selalu mikirin kamu terus di rumah. Aku juga dulu kepengen kamu jadi pacarku.”. diah terdiam sejenak. Dia menitikkan air mata.<br />
“aku juga sayang sama kamu. Aku engga mau kehilangan kamu.”<br />
Kami berpelukan dan berciuman lagi. Tak terasa sudah jam 3 sore. Kemudian aku pamit sama diah untuk pulang.<br />
Hari-hari berikutnya berlangsung seperti biasa, tidak ada yang tahu tentang hubungan kami berdua. Sejak saat itu, kami mulai rajin bercinta setiap hari minggu dan sabtu. </span>Mudah-mudahan hubunganku dan diah bisa langgeng.<br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-23357569820179969162011-01-19T20:42:00.001+07:002011-01-19T20:42:50.995+07:00Gara-Gara Kawin Paksa<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDemangan.Net%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
Cerita Dewasa kali ini menceritakan kisah seks kerana kawin paksa, seorang remaja putri yang terpaksa menuruti permintaan orang tuanya! dia menikah dengan sahabatnya sejak kecil namun bukan sahabat deket tapi mereka bermusuhan dari kecil, berikut ceritanya yang berawal dari pertikaian kecil silahkan simak cerita berikut ini :<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
“Wee Jangan ngikutin aku terus kenapa sih!!!”<br />
“Ge eR banget lho jadi cewek, orang mobilku parkir didepan <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">sana</st1:city></st1:place>”<br />
Sejenak aku terlibat perang mulut di halaman parkir suatu Mall dengan seorang wanita muda yang sebenarnya sudah jadi temanku sejak kecil. Bahkan ayah kami teman akrab. Cuma dari dulu aku dan dia kerjanya beranteeeem mulu. Trus selalu bersaing di hampir semua bidang. Sama2 stubborn. Ga ada yang mau ngalah. Oh iya, cewe yang kumaksud namanya Hana. Umurnya 22 tahun, sama denganku dan juga bekerja di perusahaan yang sama denganku.<br />
<span lang="SV">Orangnya Cantik, manis, dan kulitnya juga putih bersih. Dulu aku ngeledek dia dengan julukan “Papan gilesan”, abis bodinya datar banget. Tapi semenjak SMA, aku ga bisa lagi ngejulukin dia kayak gitu lagi. Soalnya bodinya jadi montok sana sini. Bahkan kalo ngeliat sekilas aja, rasanya bedilku langsung naik. Padahal kalo dulu, pengen ngeliatpun nggak.Tapi biarpun gitu, sebenarnya aku sudah lama juga memendam rasa cinta ke Hana. Tapi dasar apes, aku telat beberapa langkah. Dia sekarang pacaran sama Yota, yang notabene adalah musuh gengku waktu SMA dulu. Kayaknya poin yang bikin aku kalah saing adalah, Yota itu ortunya tajir abis. Biarpun ortuku juga lumayan tajir, tapi tetap aja ga setajir ortunya Yota. Dan kelihatannyanya, Hana juga ga ada nyimpan perasaan apa2 buatku. Tapi tetap aja aku ga bisa ngilangin rasa cintaku ke dia.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Tapi suatu hari, ada peristiwa yang benar2 merubah hidupku dan Hana. Ayahnya Hana tiba2 jatuh sakit, dan lumayan parah. Sudah dibawa berobat sana-sini, tetap aja kondisinya tak membaik. Kabarnya karena komplikasi. Dan akhirnya sampai pada suatu saat Om Santo (ayah Hana) seperti sudah berada di ujung nyawanya. Seluruh keluarganya larut dalam haru. Hana, ibunya, dan adik2nya. Bahkan keluargaku yang ikut menjengukpun juga. Aku hanya bisa terdiam dan turut sedih melihat kondisi om Santo. Soalnya orangnya sudah begitu baik padaku bahkan sejak aku kecil dulu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Om Santo (OS) : Papa udah ga kuat lagi, Ma…!<br />
Tante Santo (TS) : Papa jangan ngomong gitu, dong Pa…Mama juga ga kuat jadinya.<br />
OS : Tapi bener2 sakit rasanya, Ma…kayaknya waktu Papa udah ga lama.<br />
Hana : Papa jangan ngomong gitu, dong. Hana belum siap pisah dari Papa.<br />
OS : Ah, Hana. Manusia pasti akan mati, toh. Tapi paling tidak, kamu mau, kan mengikuti satu aja permintaan Papa. Jadi kalo papa pergi pun sedikit ringan jadinya.<br />
Hana : Apa permintaan Papa? Hana pasti turutin, kok.<br />
OS : Janji?<br />
Hana : Janji, Pa!<br />
OS : Menikahlah dengan Joshua (aku…)!<br />
Hana kaget buka kepalang. Apalagi aku!. Bahkan sepertinya semua orang di ruangan itu ikut kaget.<br />
Hana : Tapi, pa! Hana, kan…<br />
OS : uups…kamu, kan udah janji bakal nurutin semua keinginan Papa. Papa sudah dari dulu ingin menjadikan Joshua sebagai menantu Papa. Orang yang bakat gantiin papa ngurusin kamu. Kamu mau, kan, Josh!<br />
Josh : Eeemm…anu…Kalo memang itu keinginan terbesar Om, aku pasti nurutin, kok Om!<br />
OS : hoo…bagus lah…<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Kulihat Hana hanya tertunduk sambil menangis. Aku bisa paham kalau dia tidak menginginkan hal ini. Tapi mau bagaimana lagi. Ini permintaan terakhir Papanya. Kemudian Om Santo tertidur karena lelah. Kami semua disuruh perawat untuk keluar ruangan agar Om Santo bisa lebih santai. Di luar, keluargaku dan keluarga Hana tampak merundingkan hal tadi. Sementara terjadi perbincangan antara aku dan Hana.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Hana : Josh! Aku sama sekali ga mau nikah sama kamu! Ini cuma karena Permintaan terakhir papaku aja! Jadi jangan harap aku bakal jadi cinta sama kamu<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Josh : Hoi hoi…emangnya aku mau nikah sama kamu!! Aku mau juga karena Om Santo yang minta!<br />
Hana : Oke!! jadi kalo gitu setelah 4 bulan Nikah, Aku bakal Minta cerai sama kamu! Kalo perlu langsung talak tiga!<br />
Josh : (Kaget…) Terserah!!!<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Sebenarnya aku langsung uring-uringan mendengar permintaan Hana. Padahal kesempatan hanya satu kali ini. Aku bisa bersatu dengan orang yang kucinta. Aku harus segera menyusun rencana agar Hana tidak lepas dariku.Suasana jadi sedikit kacau. Aku dan keluargaku sibuk mempersiapkan segala keperluan pernikahan. Sedangkan Hana bertengkar dengan Pacarnya. Tapi setelah dia menjelaskan rencananya, keadaan mereka kembali mereda.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Pernikahanpun dilakukan didepan Om Santo yang kondisinya semakin memburuk, dengan harapan, hal ini akan membuat kondisinya membaik. Selama akad nikah dan resepsi, Hana sama sekali tidak tersenyum. Padahal aku sudah menyuruhnya senyum, soalnya takut ga enak diliat tamu, tapi dia ga peduli. Anehnya, setelah pernikahan kami, kondisi Om Santo naik drastis. Sekarang bahkan sudah bisa duduk dan memberi restu kepada kami.Tiba malam pertama, Malam yang kutunggu-tunggu berikut cerita dewasa malam pertama kami.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Hana : Iiiiihh…Apaan sih nempel-nempel…sana!!!<br />
Josh : yeee…kamu yang apaan! kita ini kan suami istri…Jadi kalo malam pertama gini ya lakukan yang selayaknya suami istri lakukan.<br />
Hana : Ih!! Ga sudi!! Eh, ingat ya…kita ini cuma nikah pura2. Toh ga lama aku bakal cerein kamu!<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Aku tidak mendengarkan ucapannya. Aku tetap memaksanya melayaniku, tapi dia juga bersikeras menolak. Akhirnya aku kesal lalu pergi keluar kamar. Aku hanya duduk di balkon sambil merokok. Hal ini sudah berlangsung selama seminggu. Om Santo sudah pulang ke rumah. Tapi kali ini dia menginap dirumahku, biarpun hanya bisa berada ditempat tidur saja. Karena menganggap Om Santo lebih berpengalaman, akupun minta Advise om Santo. Aku menceritakan semua keluhanku. Dan Om Santo yang sekarang kupanggil Papa juga memberiku berbagai saran yang sebenarnya sudah kulaksanakan tapi tetap tak berhasil.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Josh : Pa…kalo aku sedikit kasar sama Hana gimana?<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">OS : eh, jangan! Ga boleh kasar sama Istri!<br />
Josh : Bukan gitu Pa. Maksudnya kalo aku sedikit lebih maksa dengan sedikit kenekatan gimana?<br />
OS : Tapi kamu ga sampe ngelukain istri kamu, kan?!<br />
Josh : Ya ga lah Pa!<br />
OS : Oke…terserah kamu lah, Nak…Yang penting nantinya dia bisa dekat sama kamu.<br />
Josh : Oke, Pa…Makasih.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Malam ini aku sengaja tidak mendekati Hana sama sekali. Esok malamnya aku kembali memintanya melayaniku. Dan lagi2 dia menolak. Aku tersenyum sinis. Segera kukunci pintu kamar, dan aku kembali mendekati Hana. Kali ini aku membekap dan menahan tubuhnya erat2. Lalu Aku ambil selendang yang kutaroh di sakuku dan kugunakan untuk mengikat tangannya ke besi kepala tempat tidur.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Josh : Hokeee…Sekarang kamu ga bisa apa2, kan?!<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Hana : Josh! Kamu mau apa?! Lepasin aku!! Ato aku bakal teriak!!!<br />
Josh : Teriak?! haha…mau teriak apa?! “Aku Diperkosa!” gitu? Semua orang sekitar sini juga tau kalo kita suami istri…!!<br />
Hana : Pokoknya lepasin aku!! Aku ga sudi kalo harus ngelayani kamu!<br />
Josh : Kamu bilang ga mau pun sekarang kamu ga bisa apa2! </span><span lang="PT-BR">Terima aja!!!<o:p></o:p></span><br />
<span lang="PT-BR">Aku mulai menindih tubuhnya dan mencoba mencium bibirnya. </span><span lang="SV">Hana terus menghindar. Aku menggenggam kepalanya agar tidak bergerak dan mencium bibirnya. Aku melumat bibirnya dengan penuh Napsu! Ciumanku turun ke leher. Hana mulai sedikit mendesah.”nggghh…Josh, jangan…plis josh!…ngghh”. </span><span lang="FR">Sementara mulutku bermain di lehernya, tanganku mulai bermain di dadanya. </span><span lang="SV">Aku meremas2 dadanya dengan kedua tanganku. Desahan Hana makin menjadi-jadi. Kemudian dengan sedikit kasar aku merobek piyamanya. Ternyata Hana tidak memakai Bra. Dada Bulat padat nan indah itu kini terpampang di depan mukaku. Aku mulai memainkan putingnya yang merah muda itu dengan jariku. Dan kadang sedikit ku pilin. Lalu aku mulai menjilati dan menciumi daerah sekitar putingnya. Trus aku menjilati putingnya dan menghisapnya seperti bayi.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“aaaaahhhh…mmmmmhh…jangan, josh! pliiiss…mmmhh…”. Hana terus berusaha menyuruhku berhenti meskipun desahannya semakin kuat dan semakin menaikkan napsuku. Aku berpindah dari dada yang kiri ke dada yang kanan. Sementara itu tangan kananku mulai merogoh ke dalam celananya. Hana berusaha menahan dengan menjepit-jepitkan pahanya. Tapi itu justru membuatku lebih bersemangat lagi. Vaginanya terasa basah dan hangat.”Ah…kamu ini…nolak2 tapi basah juga!”, kataku kepadanya. Hana hanya diam dan mulai meneteskan air mata. Kutarik tanganku keluar dari celananya. Akupun menarik celananya ke bawah dan melemparnya entah kemana. Dan ternyata, hana juga tidak pakai celana dalam. Sehingga Vaginanya yang mulai menyembul terlihat jelas.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Hana Lalu menutupinya dengan mengapit kedua pahanya. Aku tersenyum kepadanya lalu membuka kakinya kembali. Aku mulai menjilati bagian belakang lututnya. Hana tampak menikmati. Lalu jilatanku terus turun ke Paha dan Sampai ke Vaginanya. Aku memainkan Klitorisnya dengan Hidungku. Lalu menjilatinya. Tubuh Hana mulai kejang. Desahannya tertahan dan dia sedikit menaik-naikkan pinggulnya. Aku semakin bersemangat melihatnya. Tak hanya menjilati, aku bahkan menghisap-hisap Vaginanya.Dan setelah puas dengan vaginanya, Aku segera bangkit dan membuka baju kaosku. Hana sedikit kaget melihat bodiku. Memang, sih aku rajin fitness juga dengan teman satu gengku. Akupun menurunkan resleting celanaku, lalu membuka celanaku beserta celana dalamnya. Penisku sudah tegang dan terhunus ke depan. Kali ini Hana lebih kaget lagi. Ia berusaha menarik tubuhnya ke atas, dan menutupi vaginanya dengan kakinya. Aku menyusulnya lalu melebarkan kembali kakinya. Hana Berusaha berontak.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Josh! Aku bener2 Mohon, Josh! Jangan!! aaaaaaaahhhhhh!!”. Aku terlanjur menusukkan Penisku ke dalam Vaginanya. Vaginanya terasa sangat sempit. Aku merasakan kenikmatan yang sangat besar, sementara Hana terus berteriak. Kulihat kembali ke bawah. Tampak darah merembes keluar. Jelas aja aku kaget. Masa bos preman kayak Yota tak bisa merebut keperawanan Hana. Aku betul2 senang. Aku mulai menggerakkan pinggulku. Hana kembali mendesah. Sedikit demi sedikit aku menaikkan kecepatan pinggulku. “ngaaaaaaaahhh…. aaaaaaaaaahhhh… jooooshh… “. Kali ini Hana hanya mendesah tanpa memintaku untuk berhenti. Perlahan tapi pasti aku mencapai kecepatan maksimal. Kalo dihitung, Hana sudah 3 kali kubuat orgasme. Olahraga rutin membuat staminaku cukup besar dan tahan lama. Setelah sekitar 45 menit aku terus menggenjot Vaginanya. Hana seperti kehilangan kesadarannya. Akupun akhirnya sampai pada batasku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Genjotanku semakin kencang, dan akhirnya spermaku menyemprot deras keluar memenuhi Vaginanya, bahkan ada yang merembes keluar. Badanku sedikit lemas dan aku menjatuhkan badanku disamping Hana. Aku melepas ikatannya lalu menciumnya dan berkata, “Hei…kita bakal punya anak…!”. Air matanya semakin keluar lalu ia memalingkan wajahnya dariku dan menangis. Aku hanya bisa terdiam. Yang kulakukan tetap tak mengubah sikapnya. Kemudian aku sedikit menjauh dan kemudian tidur.Esok paginya aku segera siap2 pergi ke kantor. Jatah cuti dua minggu yang diberikan atasanku tidak kuambil penuh karena toh aku tak bisa bersenang-senang. Aku menelfon atasanku dan mengatakan aku akan masuk kerja hari ini. Atasanku sedikit heran. Om Santo yang rencananya akan pulang pagi ini pun menanyakan hal itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">OS : Gimana, josh…?<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Josh : haaah (menghela nafas)…kayaknya ga berhasil, Pa! </span><span lang="PT-BR">Dia tetap aja ga keliatan senang…<br />
OS : Ya udah sabar aja…nanti juga mau tak mau dia bakal deket sama kamu. Papa juga dulu sedikit maksa sama mamanya Hana, kok. Dan hasilnya…<br />
Josh : oh..haha…gitu ya Pa. Ya udah, hati2 di jalan, ya, Pa!<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Papa dan mamaku mengantar Om santo dan istrinya pulang. Dan aku bersiap pergi ke kantor. Tapi ketika aku melintas di depan kamarku, Hana yang hanya mengenakan piyama tanpa celana berdiri didepan pintu dan terus menatapku.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Josh : hei…yang tadi malam, maaf ya. Aku udah kasar. Tenang aja, aku juga bakal ngurus perceraian itu, kok.<o:p></o:p></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Akupun segera berbalik hendak keluar rumah. Tapi tiba2 Hana memelukku dari belakang. Pelukannya semakin erat dan diapun menangis.<br />
Hana : Seharusnya aku yang minta maaf, Josh! Aku bener2 bodoh! Aku dari kemarin terus berusaha menjauh darimu, padahal aku ini Istrimu. Aku tau kamu betul2 cinta sama aku. Tapi aku terus mengharap orang yang belum tentu cintanya kayak kamu…maaf, ya Josh…Aku ga mau kamu ceraikan…Aku mau jadi istri yang baik buat kamu. Dan aku terdiam dan betul2 senang mendengar kata2nya.<o:p></o:p></span></div><span lang="SV">Josh : Hanaa…ga usah kayak gitu banget. Aku maafin kamu, kok. Oke, aku ga bakal cerein kamu. Tapi gimana dengan Yota?<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Hana : Itu bisa kuurus, kok…<br />
Josh : oke deh…Akupun mencium bibirnya dan sejenak kami larut dalam ciuman itu.<br />
Hana : Eh, udah mau ngantor? Bukannya masih ada 5 hari lagi?<br />
Josh : ah, rencananya sih emang pengen ngantor hari ini.<br />
Hana : Aku bikinin teh dulu, ya…<br />
Josh : Oh…boleh2…<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Aku betul2 senang. Hana sudah mulai berusaha jadi istri sepenuhnya. Aku hanya memperhatikan Hana meracik teh untukku dari meja makan. Melihat bodinya yang hanya berbalut piyama tipis tanpa bawahan dari belakang membuat napsuku tiba2 naik. Setelah selesai meracik tehnya, Hana tak segera menghantarkannya padaku, ia hanya memegang cangkir berisi teh hangat itu dan tersenyum menggodaku dari meja dapur itu. Aku jadi makin ga tahan.Hana lalu meletakkan tehnya kembali ke meja dapur, lalu ia naik dan duduk di atas meja dapur dengan posisi kaki menyilang. Ia menumpu satu tangannya ke belakang dan tangan satunya mulai membuka kancing piyamanya satu persatu dari atas sambil senyum2 menggodaku. UAAAAAARRRHHH!!! Aku udah ga tahaaaaaaaaaaann!!! Akupun segera menyambar Hana! dan kayaknya hari ini musti bolos ngantor. Sisa cuti 5 hari ini akan kuminta kembali kepada bosku dan harus kugunakan sebaik-baiknya! horeeee…<o:p></o:p></span>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-3973522860450295012011-01-19T20:41:00.003+07:002011-01-19T20:41:23.674+07:00Pura-Pura Tidur<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDemangan.Net%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
Cerita Dewasa berikut ini terjadi akibat tidak sengajaan yang terjadi dari beberapa orang yang tidur bersama disebuah ruangan tempat meraka melalukan KKN atau praktek kerja nyata berikut cerita dewasa yang sangat penomenal dan membangkitkan gairah seks kita, Cerita Dewasa ini dikirimkan oleh seorang mahasiswa yang menjadi pemeran utama dalam cerita panas ini dan beliu minta untuk nama dan tempat kejadian disamarkan! terima kasih cerita dewasannya bos nice story for me, berikut cerita dewasa pura2 tidur sambil ngentot :<br />
<a name='more'></a><br />
Waktu terus berjalan dan tak terasa sudah memasuki bulan kedua aku menjalani KKN di Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Kami bersama 5 cewek dan 3 cowok termasuk aku, kelompok ku sudah berintegrasi dengan masyarakat Bonomerto. Sudah merasakan susahnya melaksanakan tugas-tugas berat selama KKN. Keluar masuk pedesaan yang belum pernah dikenal sebelumnya. <span lang="SV">Jalan masih berbatu belum diaspal. Bila malam hanya diterangi lampu minyak karena belum terjangkau listrik. Mandi di sendang terbuka tanpa dinding. BAB di sungai dengan air jernih yang mengalir deras. </span>Benar-benar kehidupan yang alami dan eksotik.<br />
Dalam melakoni hidup sehari-hari dalam keadaan yang serba darurat itu, kami yang datang dari berbagai daerah dan berasal dari jurusan dan fakultas yang berbeda, tidak jarang mengalami konflik karena bertahan pada prinsip perjuangan masing-masing, tetapi selalu berakhir dengan happy karena bersama-sama menyadari, bahwa nama baik pribadi dan almamater menjadi taruhan di desa pengabdian ini. Kesibukan yang menguras tenaga dan pikiran, ditambah dengan kesulitan yang selalu muncul, membuat kelompok kami semakin kompak. Merasa senasib seperjuangan menderita dan bahagia bersama. Jika ada satu atau dua di antara kami sedang pulang ke <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Semarang</st1:city></st1:place>, terasa sekali ada yang hilang. Kalau ada yang sakit, seisi Posko bergantian merawat dan memberi perhatian. Mesraaa sekali hubungan persaudaraan kami. Mendekati berakhirnya masa KKN, dibalik rasa senang karena tugas berat sudah berakhir, terbersit rasa sedih, takut berpisah dan tidak ketemu lagi. <span lang="SV">Kadang sampai larut malam kita tidak tidur, berkumpul di kamar depan, karena hanya ada dua kamar di posko itu. Aku pegang gitar, mengiringi teman-teman menyanyi lagu-lagu nostalgia. Lelah menyanyi berbicang-bincang membicarakan masalah pribadi, bahkan mencurahkan rahasia terdalam. Tentang keluarga, tentang pacar masing-masing, tentang suami atau isteri masing-masing. Para Pembaca perlu tau, bahwa ketiga cowok sudah berkeluarga, tetapi hanya 1 cewek yang sudah berkeluarga, Mbak Etty atau teman-teman panggil beliau Bu Etik. Yang empat itu masih gadis, tetapi mereka mengaku sendiri sudah tidak perawan lagi. Benar-benar tak ada rahasia di antara kami. Karena sudah mengantuk dan lelah ada yang tertidur di situ juga, malas masuk kamar. Akhirnya sampai pagi kita tidur di kamar depan semua. Hari pertama atau itu malam pertama kita tidur bersama di satu tempat. Tak terjadi apa-apa sampai pagi. Semua bangun pagi dengan selamat tak kurang suatu apa.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Penarikan mahasiswa KKN tinggal 10 hari lagi. Semua sibuk finishing program masing-masing. Aku dan Mbak Etty kebagian mempersiapkan pentas seni. Kita bekerja berpacu dengan waktu. Kami benar-benar sudah lelah lahir batin. Sampai di Posko sudah jam sembilan malam. Seperti sudah ada kesepakatan sebelumnya, kita tidur jadi satu lagi. Endah dan Mbak Etty mengapit aku. Endah memelukku . Kaki Bu Etik menimpah pahaku, berat. Joko berpelukan dengan Yuni, Ponijan yang mirip Temon itu malah dipeluk dua cewek cantik, Marsitah dan Duwik.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Karena kaki Bu Etik cukup berat, maka terpaksa kuangkat, akibatnya selimutnya mlorot dan pahanya yang mulus itu terpampang jelas di depanku. Berdesir darahku, tapi kucoba tepis pikiran kotor yang melintas sesaat. Bu Etik itu ternyata cantik juga, mirip Camelia Malik. Kesibukan tugas membutakan mataku terhadap kecantikan ibu beranak satu ini. Karena sibuk mengurusi kaki Bu Eti, aku terlepas dari pelukan Endah. Aku meluruskan kaki dan membenahi letak sarungku, bermaksud tidur lagi. Begitu aku merebahkan diri, meletakkan kepala di bantal, Bu Etik langsung miring ke arahku dan memeluk aku !! Entah sengaja atau tidak, tangannya tepat di atas kemaluanku. Hangatnya tangan Bu Etik terasa sekali. Membuat si kecil itu mengedut dan pelan-pelan bangkit. Akal sehatku bermaksud menyingkirkan tangan nakal itu, tapi bisikan setan lebih kuat, maka kubiarkan tongkat wasiatku membesar dan memanjang. Sekarang, tangan Bu Etik bergerak mengurut kemaluanku yang masih tertutup sarung. Genggaman tangannya semakin erat, tapi semakin lembut. Kuamati matanya, masih tertutup.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Tapi aliran nafasnya bukan seperti orang tidur, nafasnya berat dan cepat. Aku belum berani bereaksi, masih ragu-ragu dan juga kawatir kalau menyinggung perasaan beliau, jika kuhentikan. Dia adalah Kepala Sekolah yang berwibawa. Kalau aku berani pegang dia dan marah, bisa panjang urusannya. Satu-satunya yang aman kulakukan adalah membebaskan si kecil dari CD dan sarung yang membuatnya terjepit. Setelah tidak terhalang sarung, telapak tangan Bu Etik semakin terasa panas menggairahkan. Badanku panas dingin. Menahan rangsangan itu sampai gigiku gemeletuk seperti kedinginan. Kesadaranku makin lama makin hilang, otak sudah dikuasai rangsangan birahi yang menggelegak. Tanganku segera mencari sasaran. Kuraba sudut gelap di pangkal pahanya……astaga…….tak memakai CD dan sudah banjir…..?? Karena posisiku berhadapan tetapi lutut Bu Etik melipat ke depan, aku pindah ambil posisi di belakang beliau. Kini aku menghadap ke arah Endah, tetapi berada di belakang punggung Bu Etik. Wanita cantik setengah baya ini masih merem, tetapi tangannya terus mencari kemaluanku. Saat penisku kutempelkan di vaginanya yang berambut lebat itu, tangannya aktif menuntun masuk dan …..blesssss……diiringi dengusan nafas Bu Etik dan dengkur halus orang-orang di depanku, aku terus maju mundur menyodok lubang basah Ibu Kepala Sekolah ini. Dinding vaginanya meremas-remas tongkatku. Jika Endah membuka mata, tentu melihat pemandangan indah, bagaimana tongkat hitam jelek membelah bibir merah sumber keniKmatan. Lubang itu mengeluarkan cairan berbusa yang mengakibatkan tongkat hitam itu dipenuhi busa putih. Lendir kenikmatan. Tusukan itu begitu dalam menembus rahim wanita stw yang cantik ini. Wajahnya yang anggun masih terpejam. Buah dadanya seakan mau tumpah keluar, terguncang-guncang karena sodokan-sodokan yang menggetarkan. Lama berpisah dengan keluarga, menjadikan wanita anggun ini kehausan<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Tiba-tiba Bu Etik meluruskan kakinya dan mengubah posisi tidurnya telentang. Kucabut penisku dan kini kutusuk dari atas. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, kubuka selimut yang menutupi dadanya. Kunaikkan beha hitamnya dan muncullah penampakan luar biasa. Buah dada yang montok , kenceng dan putih. Tak sabar bibirku ngenyot putting-putting merah jambu itu bergantian. Di bawah sana, pantat Bu Etik bergerak muter-muter disertai desahan lirih;” Uuhhhh….uhhhh…….uhhh…..” Seluruh pahanya kini terbuka dan dinaikkan, kedua tangannya memegang pahanya yang merapat ke dadanya, sehingga lubang kenikmatannya semakin lebar. Memudahkan penisku untuk keluar masuk. Mengetahui beliau sudah semakin basah mendekati orgasme, gerakan kupercepat, makin cepat dan ………oohhhhh…… kukeluarkan cairan kepuasan itu di dalam!!!! Bu Etik langsung tidur tanpa membereskan kainnya yang tersingkap dan buah dadanya yang luber ke mana—mana. Maka kurapikan seperti semula. Di wajahnya terlihat senyum kepuasan. Kini nafas Bu Etik mengalir teratur. Dengkurnya halus.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Beliau sudah tertidur pulas membawa mimpi indah. Tak lama aku pun menyusul menuju ke pulau impian. Tapi tengah malam sekitar jam dua aku terbangun oleh suara berisik. Aku tidak bangun, hanya membuka mata, dan meilhat pemandangan langka. Marsitah yang putih mulus itu bertelanjang dada, sedang “naik kuda”. Ponijan cowok hitam berotot tapi berwajah lugu itu, ngorok keras, sementara tongkat hitamnya yang besar keluar masuk lubang kenikmatan Marsitah yang ayu. Tangan Sitah meremas-remas payudaranya sendiri. Gerakannya liar semakin lama semakin cepat. Sampai akhirnya dia ambruk di dada Ponijan yang terus ngorok seperti suara gergaji. Ternyata jika nafsu sudah bicara, cewek se-ayu Marsitah bisa “makan” dengan lahap “bodin” Banyumasnya Ponijan yang hitam legam itu. Memikirkan hal itu ototku tegang lagi. Sayang sekali, tidak lama kemudian sudah terdengar azan Subuh. </span>Tapi KKN belum berakhir.<br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-32655600533851942312011-01-19T20:35:00.001+07:002011-01-19T20:35:53.743+07:00Tidur di Perpustakaan<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDemangan.Net%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
<div style="text-align: justify;">Berikut ceritanya yang menceritakan seorang mahasiswa yang hanya ingin pergi keperpustakaan untuk tidur. Sebut saja namanya micko seorang mahasiwa pemalas yang hanya hobby tidur. Pada suatu siang dia lagi males kuliah dan berencana mencari tempat tidur tersembunyi. Nah langsung kepikiran tuw perpustakaan, kerana biasanya jam segini biasannya perpustakaan sepi. <span lang="SV">Paling kalau ada yang disana hanya segelintir orang yang bisa dihitung jari.<a name='more'></a><o:p></o:p></span></div><span lang="SV">Micko kemudian mengambil beberapa buku yang besar dan tebal, dan mengambil tempat di meja paling ujung. </span>Tapi baru saja ia hendak memejamkan mata, pandangannya terganggu oleh sebuah pemandangan. Di meja pustakawati, duduk seorang gadis cantik berumur sekitar 20an akhir dengan kaki indah yang terbalut jeans ketat, pantatnya terlihat padat, rambutnya yang panjang terurai ke belakang, kulit putih, bibir seksi, dan kemeja putih yang dia pakai membuat dia tampak elegan, apalagi buah dadanya terlihat sangat menonjol di balik kemeja putih tersebut. <span lang="SV">Saking ketatnya kemeja putih yang dipakai, terlihat juga cetakan bra yang dikenakan gadis itu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Sontak kontol Micko langsung menegang melihat gadis di depannya. Walaupun Micko sering ke perpustakaan, dia hampir tidak pernah memperhatikan sekelilingnya, karena terlalu berkonsentrasi untuk tidur. Padahal pustakawati ini terhitung sudah cukup lama menjadi staf di kampus. gadis ini sedang sibuk dengan catatan pembukuan dan daftar, sehingga tak sadar sedari tadi Micko menatapnya penuh nafsu. Micko sendiri membuka resleting jeansnya, kemudian memperosotkan jeans dan boxernya hingga sebatas lutut, mengeluarkan kontolnya yang sudah sangat tegang sehingga berdiri tegak luar biasa, kemudian mengocok kontolnya di bawah meja, sambil terus memperhatikan si gadis itu. Karena berada di meja paling ujung, tidak ada orang yang memperhatikan Micko beraksi. Hingga sepuluh menit lamanya, Micko memanjakan kontolnya. Saat mau muncrat, Micko berdiri dari kursinya, menghadap ke meja pustakawati seakan-akan membidik gadis itu dengan peluru pejuhnya. Micko pun muncrat cukup jauh hingga melewati meja Micko sendiri. Sebenarnya, dengan posisi demikian, gadis tersebut dapat melihat Micko dengan jelas karena kebetulan meja Micko dan meja pustakawati berada dalam satu garis lurus, tetapi konsentrasi gadis ini sangat kuat sehingga tidak memperhatikan Micko. Micko segera terduduk kembali untuk beristirahat dari onaninya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Kurang lebih setengah jam kemudian gadis itu beranjak menuju salah satu rak buku. Micko pun segera bereaksi dengan memasukkan kembali kontolnya dan memakai jeansnya kembali. Setelah itu Micko memperhatikan sekitarnya. Setelah dirasa aman tanpa terlihat orang lain, Micko kemudian mengikuti gadis itu ke rak buku yang dituju. Perlahan Micko mengendap, kemudian melihat gadis itu sedang mengatur letak buku-buku yang berantakan di bagian atas rak.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Karena kebetulan rak buku tersebut terletak sangat ujung, tidak jauh dari meja Micko, dan juga sangat jarang sekali dikunjungi orang (biasanya orang2 lebih sering ke rak2 depan hingga tengah), Micko tau kesempatan telah datang. Tanpa buang waktu lagi, Micko langsung menerkam gadis itu, menutup mulutnya dengan sebelah tangan dan menarik gadis itu ke rak paling ujung dan paling belakang, yang jelas paling sulit terlihat orang. Ia mendorong si gadis ke dinding, dan dengan tenaga dan badannya yang besar si gadis tak bisa bergerak tertahan.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Si gadis mencoba bicara, namun mulutnya tertutup tangan Micko.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Jangan teriak. Kalau berani cantik bakal menyesal” bisik Micko di telinga si gadis.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Perlahan Micko melepas bekapannya, si gadis kelihatan takut dan terpaku, tangan Micko perlahan meremas pantat si gadis yang padat. Si gadis hendak menjerit namun karena takut ancaman Micko ia kembali terdiam. Si gadis mulai menangis, tapi tangisan itu membuat kecantikan gadis itu makin terlihat, ia tidak melawan saat pantatnya di-remas2 Micko. Namun saat Micko hendak menarik lepas kemeja putihnya, ia berontak. Sayangnya tenaga gadis itu terlalu lemah, hingga akhirnya Micko pun berhasil melepas kemeja putih itu dengan kasar. Semua kancing kemeja putih itu jatuh berhamburan dan memperlihatkan paksa isi di dalamnya. Ternyata si gadis dibalik kemeja putih itu memakai bra berenda berwarna putih. Micko yang memang menyukai wanita2 dengan bra berenda, melihat pemandangan di depannya membuat Micko tersenyum, what a sexy body. Si gadis menyilangkan tangannya di dada, sadar jika buah dadanya terlihat jelas.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Tolong..jangan…gw masih perawan…” si gadis memohon<br />
“Siapa namanya gadis cantik perawan?”<br />
“Charis…tolong lepasin gw …gw kasih apa aja..asal lepasin gw ….”<br />
“Nama yang indah” kata Micko sambil meremas buah dada Charis, sempat berontak kemudian Micko mengancam Charis, “Diam…atau gw harus iket tangan , atau gw bakal panggil temen-temen gw … jangan melawan, cuman layanin gw doang.”<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Perlawanan Charis perlahan melemah, membuat Micko bebas meremas dan meraba payudara Charis yang masih terbalut bra. Sambil tetap meremas buah dada Charis , satu tangan Micko membuka kancing jeans Charis , menurunkan resletingnya, dan menurunkan perlahan jeans tersebut. Ia lihat kebawah, ia lihat Charis memakai celana dalam putih berenda yang sangat seksi. Ia dengan segera melucuti bra Charis , dan menarik lepas celana dalam Charis .<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Ia memandangi tubuh Charis yang indah tanpa selembar benangpun, apalagi rambut hitamnya yang terurai menambah keseksian Charis . Micko lantas menyuruh Charis membuka satu persatu pakaian Micko. Charis yang masih ketakutan pun menurut begitu saja. Setelah Micko telanjang bagian atas, Charis pun membuka jeans Micko dan menurunkannya. Sudah terlihat sekali di balik boxer Micko benda tumpul keras yang sangat tegang dan tegak. Charis sekilas ragu untuk menurunkan boxer Micko, tapi Micko memaksa Charis melakukannya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Jangan berhenti kamu…gw janji lu bakal senang melihat punya saya…”<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Menjulang tinggi kontol Micko yang sepanjang 20 cm. Charis terkejut dengan ukuran yang sebesar itu, kemudian mulai khawatir apakah kontol sebesar itu dapat dilayaninya dengan baik. Micko segera menyuruh Charis berlutut dan mengulum kontolnya yang besar. Charis awalnya menolak, meski kontol Micko terus dipaksakan masuk. Tapi Charis tetap tak mau membuka mulut, sehingga Micko harus memijit hidung Charis dengan keras, sehingga mulutnya terbuka, dan dalam sekejap pula ia memasukkan semua kontolnya ke dalam mulut Charis . Saking panjangnya, ujung kontol Micko mengenai tenggorokan Charis . Kemudian dengan paksa Micko meng-gerak2kan kepala Charis maju mundur. Awalnya Charis tidak melakukan apapun, namun akhirnya ia mulai memainkan lidahnya, kontol Micko ia jilati, kadang ia sedot dengan kuat, kadang ia gigiti dengan lembut, membuat Micko mendesis keenakan. Sampai akhirnya ketika Micko menyemprotkan pejuh, Charis terpaksa menelan pejuh Micko yang ternyata banyak sekali. Mulut Charis penuh dengan pejuh hingga hampir tidak sanggup menampung seluruhnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Ketika giliran Micko menyentuh memek Charis ia merasakan memek tersebut sudah sangat basah.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Oohhmm..lu suka juga kan ternyata…dasar muna..”<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Muka Charis terlihat memerah menahan malu. Kini giliran Micko yang berlutut di depan Charis dan menjilati memek Charis . Permainan lidah Micko di memeknya membuat Charis merintih, mendesah , dan mengerang, apalagi buah dadanya kembali di remas Micko. Segala suara yang dikeluarkan Charis lama2 makin kencang, mungkin dapat terdengar hingga meja pustakawati yang terletak di dekat pintu perpustakaan. Tetapi, Micko sudah tidak peduli. Yang penting ia dapat merasakan tubuh Charis yang sangat seksi. Untungnya pula ternyata sudah tidak ada orang yang berada di perpustakaan selain Micko dan Charis berdua, sehingga mereka dapat leluasa bermain cinta sepuas-puasnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Setelah dirasa cukup basah, Micko membaringkan Charis di lantai perpustakaan yang dingin, dan tanpa basa basi langsung menusukkan kontolnya ke memek Charis , yang ternyata masih sempit dan memang Charis masih virgin. Butuh usaha keras bagi kontol Micko untuk menembusnya, hingga akhirnya seiring jeritan Charis dan masuknya seluruh kontol Micko ke memeknya, darah perawan pun mengalir. Jeritan Charis sangat keras, namun tidak ada yang mendengar jeritan tersebut, hanya rak-rak buku menjadi saksi bisu terenggutnya keperawanan Charis .<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">“Ooohhh..aku udah gak perawan lagi..” sesal Charis .<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Tapi Micko tidak mendengar Charis . Micko terus mendorong kontolnya, cepat dan makin cepat. Teriakan, tangisan, erangan, dan rintihan Charis menjadi stimulus untuknya. Hingga akhirnya Charis menjerit tanda orgasme, membuat Micko makin semangat, buah dada Charis bergoyang seirama dengan gerakan maju mundur Micko. Begitu orgasme, Micko sambil puas meremas keras buah dada ranum Charis , sehingga Charis menjerit kesakitan. Charis dan Micko saling orgasme bersamaan, seluruh cairan kewanitaan dan pejuh pun bercampur dalam rahim Charis . Untungnya, hari itu bukan masa subur Charis sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan sangat kecil. Micko pun mengeluarkan kontolnya yang mengendur kembali, dan melihat memek Charis yang banjir sangat banyak oleh pejuhnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Setelah orgasme itu, Charis terbaring lemah di lantai, masih dalam keadaan telanjang bulat, hanya bisa menangis menyesali keadaannya. Micko yang kembali ke kesadarannya kemudian melihat jam dinding. Ternyata sudah lewat jam tutup dan hari sudah gelap. Sebenarnya Micko sudah ingin pulang karena sudah lapar dan lelah. Tetapi apa daya, Micko menyadari ada mangsa sangat empuk di depannya. Micko lantas berubah pikiran dan memutuskan tetap berada di perpustakaan dan tidak pulang. Micko segera memakai pakaian lengkapnya walaupun tidak rapi, mengambil kunci pintu perpustakaan di kantong jeans Charis yang tergeletak dan segera berlari ke arah pintu. Ternyata Micko mengunci pintu perpustakaan dari dalam dan menghadapkan tanda bertuliskan TUTUP keluar jendela perpustakaan, mengurung dirinya dan Charis di dalam tanpa bisa keluar. Micko kemudian menaruh kunci tersebut di salah satu rak buku secara acak, supaya Mbak Charis tidak dapat menemukannya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Micko kembali mendekati Mbak Charis yang masih terbujur kesakitan dan basah penuh keringat dan pejuh. Melihat keadaan Charis yang seperti itu, Micko menjadi sangat terangsang kembali. Dia segera meminum obat kuat yang biasa dia simpan di tasnya agar terus tegang sepanjang malam. Charis sebenarnya menolak untuk melayani Micko lagi karena masih kelelahan, tetapi tanpa kasihan Micko menjejali Charis dengan obat perangsang sehingga Charis dapat melayani Micko kembali. Micko memperkosa Charis lagi hingga sepuluh kali semalam suntuk. Charis terus2an menjerit, mengerang, dan menangis dengan suara keras menahan gempuran Micko. Agar tidak membosankan, Micko memperkosa Charis di berbagai spot di perpustakaan. Baik di atas maupun bawah meja baca atau meja pustakawati, maupun berdiri menghadap kaca jendela yang disinari lampu dari luar. Semuanya dilakukan tanpa batas, penuh ketelanjangan yang nyata. Micko bahkan sempat mengabadikan perkosaannya dalam kamera hpnya.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="SV">Ketika pagi sudah menjelang, sekitar jam enam pagi. Micko meninggalkan Charis di lantai meja pustakawati dalam keadaan berantakan. Seluruh tubuh Charis mandi keringat dan pejuh, sangat banyak. Charis sendiri pingsan tak sadarkan diri setelah digempur sepanjang malam. Kemeja, jeans, bra, dan celana dalam milik Charis di-sobek2 Micko dengan kejam sehingga tidak dapat dipakai kembali oleh Charis , benar-benar harus telanjang bulat. Micko yang sudah memakai pakaian lengkap membuka pintu perpustakaan, kemudian meninggalkan kunci perpustakaan Charis di kolong salah satu rak buku. Sebelum pergi, Micko dengan kamera hpnya sempat memotret lagi Charis yang terbaring, untuk menutup mulut Charis jika suatu saat ia berani macam2. Akhirnya, Micko benar2 meninggalkan perpustakaan dalam keadaan pintunya terbuka lebar. <o:p></o:p></span><br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-87863722370053159602011-01-19T20:31:00.000+07:002011-01-19T20:31:21.032+07:00Kudapatkan Perawan Ita Dan Anggi<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDemangan.Net%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="country-region" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<div class="MsoNormal">Perkenalkan dulu namaku Indra .Sekarang aku sudah kelas 1 SMUdi kotaku yaitu Klaten.Aku orangnya imut,manis(kata temenku aku mirip bintang film <st1:country-region w:st="on">India</st1:country-region>)dan aku juga seorang model di <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">kota</st1:city></st1:place> yogyakarta sehingga cewek cewek banyak yang ingin menjadi pacarku.Aku juga gaul jadi banyak teman yang sering datang kerumahku.<br />
<a href="" name="more"></a></div><a name='more'></a><br />
<br />
Aku mempunyai tetengga belakang rumahku yang bernama Ita dan Anggi.Ita orangnya manis,tinggi,dan bongsor mirip anak yang berumur 16 tahun.Dia masih kelas 6 SD sedangkan Anggi adik Ita yang sedang kelas 4 SD.Dia juga bongsor sama dengan Ita tetepi bedanya dia agak pendek dan juga Anggi lebih putih,cantik serta lincah juga.Ita anaknya montok dan yang membikin aku tidak tahan adalah teteknya yang besar itu berukuran 32B.Dia suka memakai celana pendek dan atasannya hanya memekai kaos tipis dalamnya memakai kaos dalam yang longgar tanpa Bh atau Bh saja sehingga teteknya yang berwarna coklat muda kelihatan sedikit membayang bila memakai kaos dalam saja.Kalau Anggi orangnya suka memakai rok mini yang minim banget atau sebatas pertengahan paha sehingga paha mulus Anggi kelihatan dan atasannya memakai kaos tipis tanpa memakai pakaian dalam sama sekali sehingga teteknya yang berukuran 32A kelihatan tercetak jelas.Dia juga senang menggodaku dengan memakai celana ketat sepangkal paha milik Ita tanpa celana dalam dan atasannya memakai tengtop tanpa miniset(dia suka memakai miniset) bila aku bermain kerumahnya kalau tidak ada orang tuanya sehingga semua tubuhnya terbayang jelas dibalik pakaiannya yang serba tipis membuat aku tak tahan.Dan bila dia sudah begitu aku langsung mendekatinya dan memeluk serta meraba raba tetek dan tempiknya yang membukit dibalik celana ketatnya.<br />
<br />
Kalau Ita suka menggoda aku bila bermain kerumahnya dengan memakai rok Anggi yang mini didalamnya tanpa celana dalam dan atasanya hanya memakai kaos dalem putih/coklat tipis banget hingga teteknya seperti dia pamerkan kepadaku.<br />
<br />
Aku menyetubuhinya pertama kali saat aku,Ita,dan Anggi berenag dikolam renang rumah Ita.Ceritanya begini:<br />
<br />
Saat itu hari Minggu(12 Februari 2003)aku main kerumah Ita dan Anggi yang kelihatannya lagi sepi.Saat aku tanya ke Anggi papa dan mamanya lagi kemana dia mengatakan kalau papa dan mamanya lagi keSemarang dan pulangnya lusa dan dirumah hanya ada mereka berdua dan pembantu perempuan yang berumur 22tahun bernama mbak Asih.Lalu aku mengajaknya berenang dirumahnya yang ada kolam renangnya dibelakang rumahnya.Anggi langsung senang dan mengajak Ita kakaknya.Ita langsung keluar dan saat itu dia hanya memakai kimono tidur dan kelihatanya dia tidak memakai apa apa didalamnya dia mengiyakan ajakan adiknya.Aku langsung masuk kerumahnya yang sedang sepi itu dan mencuri curi pandang kearah tempik dan paha Ita yang kelihatan saat Ita duduk didepan ruang keluarga.Saat itu aku memakai celana ¾ yang dari bahan parasut atasanya kaos junkies.Aku meminjam celana Ita agar bajuku tidak basah.<br />
<br />
“Ita aku pinjam dong celana kamu biar bajuku tidak basah”kataku<br />
<br />
“Sebentar yah aku ambilin”katanya dan dia meminjamiku celana yang ketat tapi bisa mengembang berwarna kuning<br />
<br />
“Bentar yah aku ganti baju dulu”katanya dan masuk kekamar Anggi.Aku langsung mengganti bajuku dengan celana Ita didepan Tv karena Anggi dan Ita sedang berganti baju dikamar Ita.Saat itu aku sedang telanjang tanpa memakai apapun dan Anggi keluar tanpa aku sadari karena posisiku didepanya membelakanginya.Ita dari tadi memperhatikanku dari belakang.Tau tau dia sudah memegang kontolku yang sedikit ngaceng karena melihat paha dan tempik Ita.<br />
<br />
“Eh kok menganggu angguk ini apa sih,ada rambutnya lagi?”tanyanya sambil memegang kontolku<br />
<br />
“Eh Anggi kamu sudah ganti baju”tanyaku gugup tapi tanpa menepis tangan Anggi yang memegangi kontolku karena Anggi meremas remasnya sehingga kontolku geli geli nikmat rasanya.<br />
<br />
“Ya sudah dong”katanya sambil tetap meremas kontolku.Dia memakai baju renang yang sangat sexy banget bawahnya celana dalam nilon tipis berwarna pink terusanya seperti tengtop tipis banget dari kaos berwarna kuning sehingga semua bentuk tubuh Anggi kelihatan sekali menambah ketegangan kontolku apalagi ditambah remasan Anggi.<br />
<br />
“Lepasin dong kan sakit tititku”kataku pura pura tapi didalam hati aku berkata nanti aja kalau kita udah berenang.Dia melepaskan kontolku aku langsung memakai celana Ita.Kontolku membayang jelas dibalik celana nilon tipis Ita mirip ulat yang melintang keatas.Lalu aku ikutan duduk dan memeluk Anggi yang sedang duduk dikursi ruang keluarga itu.Aku memeluknya dari belakang karena Anggi duduknya membelakangiku.Tanganku langsung hinggap ditetek Anggi dan meremasnya pelan pelan.<br />
<br />
<span lang="SV">“Ah geli,eh…tapi kok enak yah”katanya sambil memegang tanganku tanpa menariknya.<br />
<br />
“Enakkan,tadi tititku juga keenakan kayak gini”kataku sambil berusaha memasukan tanganku kedalam pakaian renang Anggi dan menarik tali pakaian renangnya yang berbentuk tengtop itu hingga terlepas sedikit tapi sudah memperlihatkan pentil Anggi yang sebesar tutup teko itu.<br />
<br />
“Nggi balik sini dong”kataku sambil menariknya agar menghadap ke aku.Dia langsung berbalik dan saat itu juga pentil indah milik gadis kecil terlihat jelas dihadapanku.Pentil cewek kecil dengan puting merah muda menggemaskan<br />
<br />
“Eh diliatin terus”katanya sambil menarik kembali tali bajunya keatas dan aku hanya senyum saja.Saat itu Ita keluar.Pakaian Ita tak kalah sexynya dengan adiknya.Dia memakai tengtop dengan terusan rok sebatas lutut dari bahan nilon berwarna hitam dan kelihatanya dia tak memakai apa apa didalamnya karena pentilnya jelas tercetak dibalik tengtopnya yang tipis.<br />
<br />
“Wah kamu cantik banget lho Ta”kataku.Pandangan Ita kebawah bagian kontolku.<br />
<br />
“Ih lucu apaan tuh yang panjang”katanya menunjuk kontolku<br />
<br />
Dasar anak anak kataku dalam hati.”Ini namanya titit”kataku sambil ngeluarin kontolku yang sejak tadi ngaceng.<br />
<br />
“Ta aku nggak pakai ini aja deh,kesempitan”kataku sambil melepas celana Ita memperlihatkan kontolku yang berjembut lebat lalu mengembalikanya.Aku sengaja melepasnya karena aku ingin Anggi dan Ita melihat kontolku dan supaya kontolku bebas bergerak.<br />
<br />
“Ya udah sini aku kembaliin”katanya sambil meraba kontolku.Seeerrrr tangan halusnya menyentuh kontolku yang mengangguk angguk ngaceng.<br />
<br />
Lalu kami keluar dan kekolam renang dibelakang rumah dan tak lupa menutup pintu depan rumah Ita agar tak ada tamu yang datang.Aku berenang dengan mereka dengan telanjang bulat tanpa malu malu karena mereka belum mengerti apa apa.Saat aku tidak berenang dan tiduran di pinggir kolam sambil mengelus elus kontolku yang aku biarkan tegang Ita mendekatiku lalu disusul Anggi dibelakangnya.<br />
<br />
“Eh lucu kayak burung”kata Ita sambil memegang dan meremas kuat kontolku karena gemes.Aku yang diremes jadi sedikit kesakitan<br />
<br />
“Ukhh sakit Ta jangan diremes tapi diginiin”kataku sambil menaik turunkan kontolku.Lalu Ita memegangnya dan menaik turunkan kontolku.<br />
<br />
“Begini”katanya<br />
<br />
“Shhhh….ahhhh Taa mmhhh”kataku sambil memegangi pundaknya.<br />
<br />
“Kenapa sakit ya tititnya”tanyanya menghentikan kocokanya<br />
<br />
“Nggak kok terusshhh enak kok”kataku lalu tanganku memegang pentil Ita yang basah tercetak dipakaiannya.<br />
<br />
“Jangan pegang basah nih”katanya sambil terus mengocokku.Aku tak peduli dan terus meremas pentilnya malah menurunkan tali tengtop yang ada di bahunya hingga pentilnya yang putih mulus dengan puting coklat muda kelihatan menggiurkan.<br />
<br />
“Shhhh terusss”kata Ita mulai merasa keenakan pentilnya aku remas remas.<br />
<br />
“Kak ikutan dong Anggi dari belakang lalu duduk menghadapku.<br />
<br />
“Stop,berhenti dulu aku ajarin yang enak mau nggak?”tanyaku<br />
<br />
“Apaan sih”kata Ita<br />
<br />
“Iya,apaan”sahut Anggi<br />
<br />
Wah kebetulan nih pikirku.<br />
<br />
“Kita main ibu dan bapak”kataku<br />
<br />
“Gimana?”tanya keduanya hampir bersamaan<br />
<br />
“Gini,biar aku buka pakaian renang kalian lalu kita main”kataku sambil berusaha melepas pakaian Ita<br />
<br />
“Iya deh”jawab Ita.Lalu aku melepas tengtop Ita hingga Ita telanjang dan pakaian atas Anggi lalu cawet nilon Anggi dan membuang semua itu sembarangan.<br />
<br />
“Nah sekarang Anggi dulu”kataku mendekati Anggi dan menidurkan Anggi dikursi pantai panjang yang didekat kolam renang.<br />
<br />
“Kamu tiduran ya terus nikmati aja”kataku sambil membelai belai pentil Anggi yang putih mulus dan putingnya yang berwarna merah muda itu.Lalu aku mencium bibir Anggi dan melumat bibirnya.Mulanya dia hanya diam tapi lama lama dia membalasnya dan lidahku masuk kedalam mulutnya.Emhhhh…manisnya ludah milik Anggi.Kami berciuman lama sambil tanganku meremasi pentil serta memelintir putingnya.Ita hanya memperhatikan kami.<br />
<br />
“Eh seperti yang difilm yang ditonton papa sama mama”katanya.Aku terus saja melanjutkan permainanku dengan Anggi hingga ciumanku turun kedaerah pentil.Disana mulut dan lidahku mengulum dan menciumi pentil Anggi yang kiri dan tanganku yang kiri meremas pentilnya yang kanan.<br />
<br />
“Shhh akhhh…kak Ita enak kak,Anggi sukaaa”katanya diiringi rintihan keenakan.Lalu ciumanku turun keperut dan kebawah terus hingga sampai didaerah tempiknya yang belum ada bulunya sama sekali.Tempiknya putih banget dengan bukit melintang indah kebawah serta ada sesuatu seperti mengintip sebesar kacang.Aku hirup aroma tempiknya dalam dalam…mhhh haruuuum banget melebihi semua madu.Lalu aku menciumnya dan memainkan bibirku di tempiknya yang basah terus lama lama lidahku sudah menyusuri tempiknya.<br />
<br />
“Kakhhh Ita gawukku diapain kok enak sihhh”teriaknya<br />
<br />
Ita hanya menonton karena juga tidak mengerti.Lalu aku memasukkan lidahku kedalam tempik Anggi hingga masuk dan menjilati tempiknya yang sudah basah cairan kenikmatannya sampai kedaerah itilnya.<br />
<br />
“sluuup sruupp sllluuuupp amhhh”suara lidahku memainkan tempik Anggi<br />
<br />
“Shhhh miaahhhhh kak Itaaa Nikmat sekali kak,Anggi nggak tahan”katanya sambil tangannya meremas rambutku hingga acak acakan.Kedua tanganku bermain di pentilnya yang terbebas.Hingga tiba tiba Anggi berteriak.<br />
<br />
“Kak,Anggi mau pipis kak…akhhhhh…serrr…sserrrr…sseerrr..seeerrrr”4 kali tempiknya mengeluarkan cairan pejuh.Aku langsung menghabiskan cairan itu hingga habis karena rasanya sangat enak,gurih,manis.Dia kelihatan lemes banget dengan nafas memburu.<br />
<br />
“Kok enak banget,Anggi keenakan sekali”katanya<br />
<br />
“Sekarang aku ajarin ngulumin tititku ya”kataku<br />
<br />
“Sekarang kamu gantian diatas terus masukin tititku kemulutmu dan emutin Nggi”kataku sambil membaringkan tubuhku dikursi.Lalu Anggi memegang kontolku dan meremasnya lalu menjilat helmku yang berwarna merah tegang sekali.<br />
<br />
“Ayo Nggi emut seperti kamu ngemut es”kataku sambil mendorong kepala Anggi kebawah kontolku.Lalu Anggi mengulum kontolku tapi hanya 1/4nya saja karena kontolku besar(panjang 17 cm dan berdiameter 5 cm).Dia mengulumnya dengan kasar maklum baru pertama sampai kena giginya.Rasanya sakit sakit,geli,nikmat,enak bercampur jadi satu.Kontolku kena gigi tapi justru itu yang menambah nikmat bagiku.<br />
<br />
“Sluurrrppp…slurrpp….nyot..nyoot”bunyi kulumannya pada kontolku.<br />
<br />
“Shhh…yahhhh terus Anggi,kamu pintar banget”kataku<br />
<br />
“Ita kamu sini dong deket aku biar kamu enak juga”kataku agar Ita mendekat.Setelah Ita mendekat tanganku langsung menyambar pentilnya dan meremas remasnya<br />
<br />
“Ehhh…shhhhh tetekku sakit tau”katanya tapi tak berusaha menyingkirkan tanganku.Jadinya kontolku dikulumin cewek kecil dan tanganku meremasi pentil cewek cantik juga,sungguh pas dan nikmat sekali.Hingga aku akan segera akan keluar.<br />
<br />
“Ssshhhhh mhhhh…croottt…crrooottt…crrooott”3 kali panjang panjang aku menembakkan air pejuhku kemulut Anggi<br />
<br />
“kamu pipis kok nggak bilang sih”kata Anggi sambil mengelap pejuh yang meleleh keluar sampai dipipinya<br />
<br />
“Tapi kok enak yah rasanya”katanya lagi<br />
<br />
“Nggi kamu tiduran lagi dong biar aku ajaring yang lain”kataku.Lalu aku bangun digantikan Anggi yang ganti tiduran dikursi.<br />
<br />
“Apa lagi sih”tanya Ita<br />
<br />
“Enak deh liat aja”kataku brsiap siap naik kekursi lagi lalu aku menyuruh Ita kockin kontolku yang mengecil.<br />
<br />
“Ta kocokin dong biar ngaceng lagi nih”kataku sambil memegangi kontolku.Lalu Ita memgang dan mengocoknya hingga ngaceng kembali.Setelah ngaceng aku siap siap akan memasukkan kontolku kedalam tempiknya Anggi.Aku menggenggam kontolku dan mengarahkan kelobang tempik Anggi.<br />
<br />
“Nggi tahan dikit yah aku mau masukin kontolku”kataku sambil memegangi kontolku<br />
<br />
“Masukin aja aku pingin rasain kaya papa sama mama main ginian”katanya sambil jarinya menyentuh helmku<br />
<br />
“Ita kamu bantuin aku dong,tarik gawuknya Anggi biar agak lebar Ta”kataku lalu Ita menarik tempik Anggi kekiri dan kekanan dan aku lalu mendorong kontolku.<br />
<br />
Susah banget masuknya dan baru 3 kali sodokan helmku mulai masuk…bleeeshhh…<br />
<br />
“Kaaakhhh Ita sakit kak”teriak Anggi<br />
<br />
“Tahan sedikit Nggi”kataku lalu mendorong kontolku hingga ½ masuk kontolku sudah menabrak selaput dara Anggi.Aku berhenti sebentar lalu menaik turunkan kontolku hingga Anggi kembali mendesah desah tanda dia merasa keenakan lagi.Lalu tiba tiba…bleessss…prett kontolku merobek selaput daranya dan masuk semua hingga amblas ketempik Anggi yang sempit.Kontolku seperti diremes remes dengan karet hingga sakit sakit tapi enak.<br />
<br />
“Aaaaakkkhhhhh kak Ita,gawukku perih”teriak Anggi dan aku terus diatas Anggi.Saat Anggi sudah sedikit tenang aku kembali menggerakkan pantatku naik turun.Pertama Anggi meringis ringis.<br />
<br />
“Shhhh sakiiit…udah dong gawukku sakit”rintihnya tapi aku tak peduli karena aku sudah gatel banget.Tapi lama lama rintihanya berubah jadi erangan dan desahan kenikmatan.<br />
<br />
“Shhh…ahhhhh aakkhhhh….yaahhhh kak Ita kok enak ya kak sakit tapi nikmat”katanya tak beraturan<br />
<br />
“Anggi gawukmu nikmat banget Nggi aku suka banget deh shhhh…aakhhhh”kataku keenakan juga sambil bergerak turun naik diatas tubuh mulus Anggi<br />
<br />
Gerakanku makin lama makin cepat hingga akhirnya.<br />
<br />
“Kak Ita Anggi pipis lagi kakhh…shhh..aaahhhhh….ssshhhhhh..aahhh”teriakanya membuatku makincepat menggenjot tempiknya hingga akhirnya<br />
<br />
“Akhhh sseeerrr…sseerrr.sseeerr…seerr”kali ini lebih banyak pejuh yang keluar dari tempik Anggi lalu aku mencabut kontolku yang belum keluar dan belum puas.Lalu aku menjilati tempik Anggi.Kulihat ditempiknya ada cairan putih dan ada darah yang meleleh tanda dia sudah tidak perawan lagi.Lalu aku menjilatinya sampai semua darah dan pejuh habis bersih dan aku telan semua.Rasanya enak,asin,gurih,amis darah bercampur jadi satu.<br />
<br />
Kontolku masih kokoh tegang dan basah mengkilap oleh pejuh dan sedikit darah Anggi.<br />
<br />
“Nggi sekarang kamu istirahat aja deh lihat giliran kak Ita”kataku<br />
<br />
“Iya deh,Anggi juga lemes kok dan gawukku sedikit sakit”katanya sambil membelai tempiknya yang bentuknya berubah menjadi tebal dan tembem menggelembung karena sudah kumasukin kontol.Bentuknya jadi sedikit keluar bibir tempiknya.<br />
<br />
“Sakit ya,tapi nikmat kan?”tanyaku<br />
<br />
“Iya sakit tapi enak kaya gimana gitu”katanya sambil tersenyum.<br />
<br />
Aku lalu mendekati Ita yang merabai tempiknya karena kegatalan sepertinya<br />
<br />
“Ta sekarang giliran kamu”kataku sambil menelakupkan telapakku kepentil Ita lalu meremasnya.<br />
<br />
“Sakit nggak sih nanti”tanyanya takut sakit<br />
<br />
“Nggak deh,malah enaaak sekali”kataku<br />
<br />
“Tuh tititku sudah tegang ingin dimasukin kegawukmu itu”kataku sambil meremas tempiknya.Ita lalu menutupkan pahanya agar aku tidak menggodanya lagi.<br />
<br />
“Iya tapi pelan pelan aja yah”katanya<br />
<br />
“Iya deh nikmatin aja kamu bakalan ketagihan”kataku lalu aku mendekati Ita dan menyodorkan kontolku kearahnya.<br />
<br />
“Ta remasin,kocok dan kulumin dong tititku biar lebih ngaceng”kataku sambil memegang tangan Ita.Ita lalu memegang dan meremas kontolku yang sudah ngaceng basah.<br />
<br />
“Teruushhh…Ta kocokin Taaa,enaaakhhhh”kataku menikmati remasan dan kocokan Ita pada kontolku.<br />
<br />
“Taaa emutin dong kaya Anggi tadi”kataku sambil menarik kepala Ita kearah kontolku.Ita lalu membuka mulutnya dan menjilati lubang kontolku yang kemerah merahan.Rasanya seperti digesekin kekondom(kalau aku ml sama Siska pacarku yang ada dalam cerita Senandung Masa puber aku kadang memakai kondom biar aman,kadang Siska ngocokin kontolku yang mesih berkondom….Enaaaknya si Siska).Sekarang Ita ngulumin kontolku.Hanya 1/4nya kontolku yang masuk karena panjangnya kontolku.Mhhhh….slluuuuupp…cleeep suaranya bikin aku melayang.<br />
<br />
“Taaaa nikamatnya,kamu lebih enakan dari Anggi emutan kamu”kataku melirik Anggi yang sedang merabai tempiknya yang membengkak merah dia meringis aja.Tiba tiba ada yang akan keluar dari kontolku.<br />
<br />
“Shhh akhh teruushhh ttaaaa”kataku lalu…croot croot crot crot pejuhku menyembur dalam mulut Ita.<br />
<br />
Ita menelan semua pejuhku karena dia tau kalau rasanya enak.Aku lalu bangun dari kursi dan menidurkan Ita kekursi.<br />
<br />
“Ta sekarang kamu gantian yang rasain”kataku lalu aku mencium tempiknya lalu aku jilat bibir tempiknya(tempiknya putih bersih belum ada bulunya sama sekali dan berbau sedap cairan kewanitaanya).Aku menjilat,mencium,melumat sampai cairan Ita jadi habis semua.<br />
<br />
“Akhhh shhhh…mhhhhh…shhhh…akhhh”rintihan Ita semakin indah.Setelah beberapa saat akhirnya dia sampai juga.<br />
<br />
“Aaahhhh…aku pipis enakhhhh sekali…ssuuuurrr…suurrr..ssuuurrrrr”Ita menyemburkan pejuh panjang panjang sampai mengenai mukaku lalu aku menjilatinya sampai bersih serta meratakan pejuhnya dimukaku.<br />
<br />
“Ukhhh enak sekali aku sampai lemas”katanya sambil berbaring terlentang.<br />
<br />
“Gimana enakan?,sekarang kamu rasain kaya Anggi tadi yah”kataku sambil memegangi pentilnya yang mengeras dan mencuat tegang puting coklatnya.Lalu aku menaikin tubuh Ita yang telentang siap.<br />
<br />
“Ta tahan dikit yah kalau perih”kataku sambil memegangi kontolku kerah tempiknya Ita<br />
<br />
“Nggi bukain dong gawuk kak Ita”kataku pada Anggi lalu Anggi menarik tempik Ita kekanan dan kekiri membukanya.Terlihat bagian dalam tempik perawan Ita basah,merah muda dan berkedut kedut.Aku mendorong kontolku berkali kali tapi susah dan baru yang kelima kalinya aku berhasil,sepertinya tempi Ita malah lebih sempit dari punya Anggi.Sleeep….kepala kontolku baru masuk tapi Ita sudah teriak kesakitan.<br />
<br />
“Ukhhh…periiihh…sakiiit banget”katanya sambil tangannya mencengkeram pinggangku agar tidak masuk lagi.Setelah Ita agak tenang aku kembali menekan kontolku masuk lagi…sleeep..”Akhhhh”teriak Ita.Setelah ½ lebih kontolku seperti menyentuh selaput tipisnya.<br />
<br />
“Kamu muncul lagi yah,ntar kamu aku robek”kataku dalam hati alu aku dengan tiba tiba menekan kontolku sekuat tenaga.<br />
<br />
“Slup…Brett akhhhh sakiiit”teriak ita mencengkeram pinggangku kuat kuat.Aku diam aja sambil menikmati jepitan dinding tempik ita yang kuat seperti mau menghancurkan kontol tegangku.Setelah nafas Ita agak teratur aku kembali menaik turunkan kontolku mengobok obok tempik perawan Ita.<br />
<br />
“Akhhh shhhh sakiiit pelan pelan dong periiih nih”teriaknya tapi aku tidak peduli.<br />
<br />
“Aku kenthu kamu Ta biar tempikmu perih”kataku dalam hati kegemesan<br />
<br />
“Sleep…sleep…cleep…cleeep”genjotanku naik turun makin lama makin cepat<br />
<br />
“Akhhh…shhhh….akhhhh sakiit”teriak Ita kesakitan tapi pinggangnya malah bergerak kekanan dan kekiri.Lama lama teriakannya berubah menjadi desahan nikmat.<br />
<br />
“Shhh..akhhhh…skhhh…akhhh enak bangethh siih kalau gini terus Ita mau dong”katanya sambil menekan pinggulku.<br />
<br />
“Akhhh taaa gawukmu sempit nikmat banget taaa”kataku sambil menggenjot tempiknya yang lama lama menjadi lancar nggak seret lagi dan basah oleh cairan kenikmatannya.<br />
<br />
“Sleep…sleepp..cluup…cluup”irama kanthuku membuat Anggi masturbasi dengan memasukkan dua jari mungilnya ketempiknya yang sekarang telah membesar itu<br />
<br />
“Kak Ita,Anggi gateeel”kata Anggi sambil mengeluar masukkan jarinya secara cepat<br />
<br />
Aku agak bosan dengan posisi itu lalu mencabut kontolku dari tempik Ita.<br />
<br />
“Kenapa dicabut sih gatel nih”kata Ita sambil menarik kontolku agar masuk kembali<br />
<br />
“Bentar Ta kita ganti posisi”kataku lalu menunggingkan Ita<br />
<br />
“Nah kamu terus gini aja ntar kamu lebih enak lagi”kataku sambil mendorong kontolku ketempiknya.Ternyata kontolku masih saja kesulitan masuknya karena tempiknya memeng sempit sekali.Bleeeeeesss….kontolku masuk pelan pelan.<br />
<br />
“Akhhhh teruushh masukin dong lagi”katanya.Aku lalu memaju mundurkan pantatku secepatnya biar Ita kesakitan(tujuanku agar aku mendapat variasi “Sleep…sleep.sleep…sleep…cplok…cplok…cplok”suara selakanganku menabrak pantat bulat Ita<br />
<br />
“Akhhh…shhhh….akhhh terus dong enak nih”katanya.Lama lama aku sudah merasakan akan keluar sesuatu dari kontolku dan Ita sepertinya juga begitu<br />
<br />
“Akhh aku mau pipis lagi”katanya<br />
<br />
“Aku juga Ta kita sama sama yuuuk”ajakku lalu aku memeluknya erat erat karena biar semua pejuhku masuk dalam rahim Ita<br />
<br />
“Crott…croot…croot..suurrr…surr..suurr”kami sama sama memuntahkan pejuh kami.Aku memeluk Ita erat sekali hingga kontolku mengecil dalam tempiknya.Rasanya enaak sekali melebihi Siska dulu pertama aku kenthu.<br />
<br />
Kami sama sama lelah,karena udah panas udaranya kami segera masuk kerumah Ita.Ita dan Anggi hanya membawa pakaian renangnya dan tidak memakainya karena malas.Kami masuk kedalam dan saat sampai di dapur kami kepergok mbak Asih yang lagi duduk membaca majalah Aneka.<br />
<br />
“Ehh kalian sedang renang ya”katanya sambil memandangi kontolku yang bebas terlihat olehnya<br />
<br />
“Iya mbak(aku kalau memanggilnya mbak)kami berenang dikolam tadi”kataku<br />
<br />
“kok pakaian renang dik Ita dan dik Anggi dilepas”katanya lagi<br />
<br />
“Kami tadi main ayah dan ibu”kata Ita menyahut<br />
<br />
“Ooooo kalian main ginian yah”kata Bi Asih sambil mengeluar masukkan jarinya kedalam ibu jari dan telunjuknya yang dikaitkannya.<br />
<br />
“Iya mbak Ehhh…kami”kataku gugup<br />
<br />
“Kenapa sih mbak nggak diajak,mbak kan mau ikutan”kata mbak Asih sambil mendekatiku dan merabai kontolku otomatis kontolku ngaceng lagi<br />
<br />
“Tadi enak nggak dik?”tanya mbak Asih<br />
<br />
“Enaak banget mbak”kata Anggi<br />
<br />
“Tapi kok periih banget ya mbak?”kata Ita<br />
<br />
“Tapi enak kan”kataku membiarkan tangan mbak Asih bermain dikontolku yang sudah ngaceng lagi<br />
<br />
“mbak kalau mau ikutan dikamar Ita aja tapi berdua aja yah kami kecapaian”kata Ita lalu kami masuk kekamar Ita.Saat itu mbak Asih memakai rok kolor hitam atas lutut atasannya memakai kaos oblong ketat tipis menampakkan Bhnya yang berukuran 36C berwarna pink(aku tau ukurannya setelah aku kenthu dengan bi Asih,bahkan aku menyimpannya untuk kenang kenangan bila aku ingin kenthu dengannya atau bila aku ngocok sendiri).<br />
<br />
Setelah dikamar Ita aku mengunci kamar hingga didalam kamar hanya ada aku dan mbak Asih sedang Ita dan Anggi nggak ikut karena kecapaian katanya.<br />
<br />
“uh besarnya kontolmu Ndra mbak jadi ingin rasain”katanya sambil menggerakkannya naik turun.<br />
<br />
“Shhhh mbak enak mbak kocokanmu”kataku sambil merabai pentil mbak Asih yang masih memakai pakaiannya.Lalu aku mengangkat kaos mbak Asih keatas dan melapasnya hingga terlihatlah Bh pink mbak Asih yang kelihatan sexy.<br />
<br />
“Mbak Bhnya lepasin ya,Indra pingin lihat susumu ini”kataku sambil meraba susunya yang kencang montok dan menantang.Aku memang sudah lama ingin mengenthu mbak Asih tetapi aku nggak enak mengajak dan baru sekarang<br />
<br />
“Iya Ndra susuku juga ingin kamu lumatin”katanya tetap remesin kontolku.Bhnya aku epas dan aku taruh diranjangnya Ita.Sekarang Bhnya lepas dan mbak Asih telanjang dada.<br />
<br />
Pentilnya besar,montok dan putingnya merah mencuat keatas membuat mataku melotot tak puas memandang<br />
<br />
“Mbak indah banget mbak”kataku lalu meremasnya kegemasan<br />
<br />
“Mhhh akhhh terus remes Ndra susu mbak As gatel”katanya lalu aku mencium bibirnya dan mbak Asih membalas ciumanku serta melumat bibirku lalu kami bermain lidah(ludah mbak Asih rasanya manis banget nggak kalah sama Ita dan Anggi)sambil tetep remasin susunya.Setelah puas ciuman aku menurunkan ciumanku kelehernya dan menggigiti lehernya sampai memerah lalu turun sampai kepentilnya.Disana aku melumat susunya lalu lama lama aku melumat putingnya yang mencuat indah.<br />
<br />
“Mhhh yahh Ndra teruus sayang”katanya sambil meremas belakang kepalaku<br />
<br />
Aku melumat pentil mbak Asih kiri kanan gantian,bila aku lumat kiri tanganku meremas yang kanan tapi bila aku lumat yang kanan tanganku meremas yang kiri.<br />
<br />
Aku lalu menarik rok kolor mbak Asih kebawah sampai lepas hingga tempik mbak Asih telihat bebas.Ternyata mbak Asih nggak pakai celana dalam pantesan tadi duduknya didapur kakinya ditutupin handuk.Tempik mbak Asih menggunduk tebal dengan jembut lebat menghiasi bukit tempiknya.<br />
<br />
Aku langsung memandang keindahan hutan mbak Asih tak berkedip.Mbak Asih yang masih muda(boleh dibilang remaja)mirip cewek cina karena putihnya mbak Asih,susunya putih montok dengan puting merah mencuat sedangkan tempiknya tebal membukit dengan bulu jembut yang rimbun idah pasti semua cowok akan langsung onani bila melihatnya telanjang.<br />
<br />
“Udah Ndra kok dipandang terus”katanya mengaitkan pahanya dan duduk ditepi ranjang.Aku hanya senyum saja lalu mendorong mbak Asih telentang lalu menjilat tempiknya yang sudah sangat basah dan berbau enak.Jilatanku naik turun terus melumat lumat hingga mbak Asih kelojotan keenakan.<br />
<br />
“Akhh Ndraa kamu nakal sayang,teruuusshhhh”katanya sambil meremas remas bantal.Aku terus saja mengerjai tempiknya sampai mbak Asih mengangkat kepalaku dan berkata<br />
<br />
“Udah Ndra masukin aja kontol kamu itu aku sudah ingin rasain”katanya sambil mengangkangkan paha mulusnya lalu aku menaiki tubtuhnya dan mengarahkan kontolku ketempik rimbunnya.Ternyata susah banget hingga 4 kali usaha bru masuk.Slleep kepala kontolku baru masuk.<br />
<br />
“Akshhh pelan pelan yah Ndra”kata mbak Asih lalu aku menekan lagi pantatku masuk hingga 3/4nya kontolku seperti menekan sesuatu selaput.<br />
<br />
Ternyata mbak Asih masih perawan.<br />
<br />
“Mbak asih perawan ya?”tanyaku<br />
<br />
“Iya,mbak baru main ini”katanya<br />
<br />
“Nggak apa apa mbak aku mengambil perawan mbak?”kataku<br />
<br />
“Nggak apa apa kok,malah mbak senang bisa ngasih kepada orang yang mbak cintai”ternyata mbak asih suka padaku.Lalu aku menekan lagi pantatku hingga Bless….preet sleput itu telah sobek.<br />
<br />
“Akh sakit Ndra terusin aja kok mbak nggak apa apa”katanya.Aku lalu mendiamkan kontolku didalam tempik mbak asih menikmati pijatan sexynya<br />
<br />
“Shhh mbak makasih yah enak sekali,aku kapan kapan mau lagi”kataku meremasi pentilnya yang sudah keras.<br />
<br />
“Iya sayang”katanya membelai bibirku sambil menitikka air matanya.Ternyata mbak Asih benar benar mencintaiku.Lalu aku menaik turunkan pantatku pelan pelan makin lama makin cepat.Dari seret sampai lancr keluar masuknya<br />
<br />
“Sleep..sleepp..cleep..cleep….akhhhh….shhh…akhhh.. mbaakkk….enak…Indraa aku sayang kamu”teriakan kami sungguh indah.Kami tetap pada posisi itu hingga akhirnya mbak Asih mendorong tubuhku hingga kontolku terlepas dari tempiknya dan menyuruhku dibawah.<br />
<br />
“Sayang kamu dibawah yah biar aku rasain diatas”katanya lalu dia menduduki kontolku yang basah mengkilat.Sleeeeepp kontolku masuk pelahan lahan.<br />
<br />
“Aahh…”desahannya memulai gerakannya naik turun.Slee…cleep…cleep..seeepp irama kenthu kami yang indah.<br />
<br />
Kami tak hentinya bergerak,mbak Asih naik turun sedang aku meremas remas pentilnya yang bergerak naik turun seirama gerakan pinggul sexynya hingga akhirnya…<br />
<br />
“Mbak aku sampai…”kataku<br />
<br />
“Ahhh aku juga sayang kita keluarin sama sama yuuukkkhhhh”teriaknya<br />
<br />
Sleep..cleep..cleepp…akhhh…shhh..akhhh ..shhh lalu serrrr…serrrr…serrrrr kami sampai hampir bersama sama tapi aku hanya mengeluarkan pejuh sedikit banget karena sudah terkuras tadi.Mbak Asih lalu rebah diatas tubuhku kelelahan dan kontolku masih didalam tempiknya sampai mengecil lagi.<br />
<br />
“Indra aku cinta kamu Ndra”katanya sambil menitikan air matanya diatas tubuhku<br />
<br />
“Tapi aku sudah menjadi pacar Siska”kataku sambil menghapus air matanya<br />
<br />
“Aku nggak peduli asal kamu juga sayang aku,kamu mau kan menyayangiku?”katanya lagi<br />
<br />
“Iya sayang aku akan mencintai kamu walau kamu yang kedua”kataku memeluknya keharuan<br />
<br />
“Ohh…Ndra aku sayang kamu dan aku nggak peduli walau kamu milik Siska yang penting aku memiliki kamu”kata cintanya tulus padaku<br />
<br />
“Aku cinta kamu yang”sambil mencium bibirnya dari bawah tubuhnya aku berkata.Aku sungguh terharu sampai aku ikutan menangis(aku orangnya romantis dan sangat sentimen).Aku menurunkan tubuh indah sayangku yang kedua setelah aku kehabisan nafas keberatan.Lalu kami tertidur kelelahan dan aku memeluknya penuh kasih sayang karena aku diam diam juga menyayanginya.<br />
<br />
Sejak saat itu aku resmi jadi pacarnya walau dia rela menjadi yang kedua setelah Siskaku.Aku juga sering menemui Ita dan Anggi sampai saat ini bila aku lagi gatel ingin kenthu atau ingin rasain air pejuhnya.Saat dia pulang sekolah sekolah dengan jalan aku membolos sekolah karena aku ingin kenthu dengannya dialam terbuka(aku suka berexperimen dengan sex).<br />
<br />
Cerianya begini:<br />
<br />
Saat aku tau kalau jam 11 siang Ita pulang dari SDnya aku langsung menunggunya digardu ronda dekat sekolahnya karena aku tau jalan itu satu satunya jalan bila dia pulang sekolah.saat dia sampai digardu aku langsung memanggilnya dan kebetulan dia jalan sendirian tidak sama temennya.<br />
<br />
Dia kupanggil langsung saja kearahku karena tau aku yang memanggil.<br />
<br />
“Ada apa sih,kamu bolos yah”katanya sambil senyum<br />
<br />
“Iya nih kangen sama kamu yang”kataku<br />
<br />
“Yuk jalan kesana yuk”kataku mengajaknya kearah persawahan(sekolahan Ita dekat persawahan yang luas)<br />
<br />
“Yuk deh”katanya menggandeng tanganku mesra.<br />
<br />
“Ita aku kangen kamu sama permainan kita”kataku memeluk pundaknya dari samping setelah mendapatkan tempat yang agak terlindung dan sepi.<br />
<br />
“Yang bener aja deh”katanya memegang tanganku yang dipundaknya.<br />
<br />
“Iya,sampe sampe aku bolos begini”kataku lalu tanganku yang satunya meraba kakinya hingga terus sampai kepahanya.<br />
<br />
“Kamu nakal deh”katanya membiarka aku menyingkap rok merah seragamnya<br />
<br />
“Kita main yuk”kataku lalu aku menciumnya dan dia membalas lumatanku pada mulutnya karena dia sudah terbiasa aku lumatin.Tanganku meremas pentilnya setelah aku menidurkannya dirumput yang tempatnya terhalang semak rimbun.Kami ciuman lama banget sampai mulutku basah oleh ludahnya.<br />
<br />
lalu aku membuka kancing seragam putih SDnya dan melepasnya serta meletakakn disamping kami.Ita memakai kaos dalam putih dan aku segera mengangkatnya keatas hingga terlepas dan dia hanya tersenyum kepadaku tanganya mengelusi kontol tegangku yang sudah tadi dia keluarin dari celana panjangku(aku sengaja nggak pakai celana dalam karena aku sudah ada rencana) hingga tampak miniset putih yang masih menghalangi pentilnya.<br />
<br />
“Kok kamu pakai miniset sih kmau nggak sexy dong”kataku menggodanya<br />
<br />
“Aku malu kok teteku udah gede nih”katanya menutupi pentilnya yang terhalang miniset kecil putih.Aku lalu menaikkan minisetnya danmelepasnya dari tubuh kecilnya.<br />
<br />
“Ta kamu pakai lagi dong kaos dalemu sama seragammu”kataku menyodorkan baju seragamnya<br />
<br />
“Kok di pakai lagi?”katanya<br />
<br />
“Pokoknya kamu pakai aja deh”kataku lalu dia memakai semuanya tanpa miniset putihnya.Setelah selesai aku melepaskan celana panjangku,mendekatinya dan memangkunya sehingga dia diatasku.Aku menyingkapkan rok merahnya keatas dan dia hanya diam saja meremasin kontolku yang mengacung keatas.Kusingkap roknya hingga terbuka sampai pangkal pahanya,terlihatlah celana dalam hijau ada bunga bunga kecil miliknya<br />
<br />
“Ta aku lepasin yah”kataku sambil menarik cawet hijaunya kebawah dan Ita hanya mengangguk.Setelah lepas tangan kananku meraba raba tempiknya yang masih gundul itu naik turun sedang tangan kiriku masuk kedalam kaos dan seragam putihnya meremas susunya yang berukuran 32B itu<br />
<br />
“Ahhhh kamu”desahnya mulai keenakan sambil mengocok kontol itemku.Kami bermain pegang pegangan hingga kami puas lalu aku menyuruhnya tidur dan aku menindihnya terbalik(posisi 69)lalu aku menjilati,mengulum serta mengerjai tempiknya hingga basah cairan kenikmatan dan dia mengemut kontolku hingga kami sama sama mengeluarkan pejuh.Setelah keluar aku menyruhnya bangun dan berdiri menungging.<br />
<br />
Aku lalu menyingkap rok merahnya keatas sampai pantat dan tempiknya mengintip serta mendekatkan konotlku siap aku masukkan.Sleeeeeeppp kontolku masuk dengan mudah karena Ita sudah sering aku kenthuin.<br />
<br />
“Ta enak nggak?”kataku mendiamkan kontolku didalam tempiknya dan memegangi pinggang rampingnya<br />
<br />
“Ahhhh Ndra kontolmu nakal sekali”katanya sambil nungging dan pegangan pada pohon kelapa.Aku lalu mulai memaju mundurkan pantatku agar kontolku keluar masuk tempik Ita.Gerakanku mulanya lambat tapi lama lama mulai cepat dan lebih cepat.<br />
<br />
“Shhhh….akkhhhh…mhhhh akhhhh…akhhhh nikmaaat”teriak Ita<br />
<br />
“Taa enak,nikmat taaa”teriakku tertahan.Clep..clep…sleep…sleep irama monoton kenthu kami tapi indah.<br />
<br />
Aku mulai bosan dengan posisi nungging lalu aku mencabut kontolku dari tempiknya.<br />
<br />
“Ta sini aku gendong”kataku lalu menaikkan tubuh Ita dan mengarahkan kontolku lagi kedalam tempiknya.Sleeepp kontolku masuk dengan mantap<br />
<br />
Aku berdiri telanjang dan Ita diatasku lalu bergoyang naik turun semakin lama semakin cepat sampai rok dan seragamnya kusut.Aku memeluknya dan bibirku berciuman dengannya saling melumat dan menjilat.<br />
<br />
Hingga akhirnya aku akan sampai<br />
<br />
“Taa aku pipis Taaa”teriaku lagi<br />
<br />
“Ndraa aku juga Akhhhh…”desahnya tertahan lalu Serrr…serrrr.serrr….croottt…croottt…crroooottt kami sampai hampir bersamaan dan saling memeluk erat erat.Aku menyandarkan tubuhnya dipohon kelapa sampai beberapa saat kontolku juga didalam tempiknya.Air pejuh kami kebanyakan sampai meleleh keluar membasahi rok seragam Ita.Sungguh nikmat kenthu sambil sembunyi ditempat terbuka seperti ini.<br />
<br />
Aku menurunkan Ita saat nafas kami kembali teratur dan mencabut kontolku dari tempiknya<br />
<br />
“Uhhhh..ta nikmat ya tadi”kataku membelai rambut Ita yang kusut serta merapikannya<br />
<br />
“Iya lain kali lagi yah Ndra”katanya.Aku memekai lagi celanaku dan mengambil miniset dan celana dalam hijau Ita serta menyimpannya<br />
<br />
“Ta buat aku yah cawet dan Bh minimu”kataku sambil mengantongi pakaian dalamnya<br />
<br />
“Buat apa?”tanyanya lalu tertawa kegelian<br />
<br />
”Buat kenang kenangan aja”kataku<br />
<br />
“Terus aku gimana nih”katanya sambil menyingkap roknya keatas memperlihatkan tempiknya yang tidak pakai celana dalam<br />
<br />
“Nggak usah pakai dulu hingga kamu sampai rumah baru kamu ganti terus tetekmu itu kan agak tertutup,nggak kelihatan kok tetekmu”kataku membela belai pentilnya yang tertutup seregam dan kaos dalam.Kami lalu pulang dan berpisah dijalan karena aku pulang jam 2 siang dan saat itu baru jam setengah satu jadi aku tadi kenthu sama Ita selama 1 ½ jam lebih.Aku dijalan sepi menciumi celana dalam Ita dan minisetnya yang berbau tubuh serta keringatnya.Baunya kecut kecut segar tapi aku bener benar suka malah bila aku sedang terangsang dan tidak ada penyaluran aku lalu menjilat serta menyedot aroma wangi pakaian itu sambil mengocok kontolku sampai puas.<br />
<br />
Aku juga pernah menemui Anggi secara sembunyi ketika Anggi membeli sesuatu diwarung sebelah rumahku.Saat itu Anggi membeli rokok yang disuruh oleh papanya dan aku menemuinya serta menyuruhnya kembali menemuiku setelah dia mengembalikan rokok papanya.Setelah dia mengembalikan rokok papanya dia menemuiku lagi dan langsung aku ajak dia pergi kesawah deket rumahku yang tempatnya sepi.<br />
<br />
“Kenapa ajak aku kemari sih?”tanyanya sambil tangannya menggandeng tananku<br />
<br />
“Nggak kok,aku pingin main aja dengan kamu”kataku lalau aku memeluk pundaknya dan telapak tanganku langsung meraba susu kanannya karena posisiku ada dikirinya.Dia malah semakin memelukku erat karena dia memang suka aku remesin susu mininya<br />
<br />
“Eh,remasin dong teteku…kan lama nggak kamu remesin”katanya centil lalu aku memasukkan tanganku kekaos dan kaos dalamnya yang longgar lalu mencari susu mini yang aku sukai.Aku meremas remas dengan lembut karena Anggi suka diremesin lembut.<br />
<br />
Terasa sekali susu Anggi belum keras dan lembut karena belum ada rangsangan.<br />
<br />
“Enak terusin yah”katanya lalu kami berjalan beriringan kegubuk yang agak tersembunyi.Setelah sampai aku segera mendudukan Anggi di tikar lusuh yang ada digubuk itu lalu aku membuka kancing kaosnya karena kaos Anggi memakai kancing didadanya.<br />
<br />
“Nggi main lagi yuk,tititku gatel nih Nggi”kataku sambil menidurkannya dan menindih tubuh kecil Anggi setelah membuka kancing kaos Anggi<br />
<br />
“Iya yuk aku juga sudah lama nggak main lagi sama kamu”katanya lalu tangan Anggi meraba kontolku yang mulai ngaceng sejak sampai digubuk tadi.Lalu aku melumat bibir Anggi dan dia membalasnya tak kalah ganas karena sudah sering aku lumatun bibir merahnya.Tanganku langsung meremas susunya yang mulai mengeras dan pentilnya mencuat tegang.Saat kami sedang ciuman aku menaikkan kaosnya sampai terlepas lalu kaos dalamnya sekalian hingga Anggi telanjang dada terlihat susunya mengeras dengan pentil coklat muda tegak mengacung menantang.Aku lalu melepaskan lumatanku pada bibir mungil Anggi dan mulai melumati pentil kirinya yang tegang mengacung sambil tangan kiriku meremas susu kanannya yang bebas.<br />
<br />
“Aaahhh….ssshhhhh enaaak teruuss ya…”katanya sambil merabai kontolku yang ngaceng.Setelah agak lama aku mengerjai susunya secara bergantian lalu tanganku mulai melorotkan celana selutut ketat hitam Anggi hingga Anggi telanjang bulat karena Anggi tidak memakai celana dalam(biasanya Anggi memakai celana ketat itu sebagai ganti celana dalam).Tanganku segera menggosok gosok tempiknya yang mulai membasah pertanda Anggi sudah terangsang.Tempik Anggi sekarang kelihatan tebal dan dikanan kiri bibir tempiknya ada daging yang menyelaput tapi daging itu justru membuat enak jika disetubuhi.2 Jari tanganku aku masukkan kedalam lubang tempiknya lalu mengeluar masukkannya secara cepat seperti menyetubuhinya.<br />
<br />
“Aahhh…shhhhh sakiiit jangan pakai jari dong”katanya sambil tangannya memegangi lenganku kesakitan.Aku tak peduli hingga tempiknya berdarah menganai jariku.Setelah sadar tempik Anggi berdarah aku menghentikan jariku dan melihat Anggi menangis sambil tiduran.<br />
<br />
Aku segera saja naik ketubuh Anggi dan mengarahkan kontolku yang tegak mengacung acung kearah tempiknya yang merah merekah segar sekali kelihatannya.Sleeeepp..kontolku masuk perlahan lahan<br />
<br />
“Ukhhh pelan pelan aja yah”katanya lalu aku mulai menggerakan pantatku maju mundur memompa tempiknya.<br />
<br />
Terasa nikmat,licin,geli bercampur jadi satu menjadi sensasi setubuh anak anak yang membuat kami ketagihan.Kami bertahan pada posisi itu sampai kami sama sama melepaskan pejuh kami.<br />
<br />
“Akhhh…Anggi samapi nih..serr…serr..serrrr…seerr”teiakan Anggi nyaring dan kurasa ada aliran hangat melumuri kontolku.Lalu aku merasa kontolku semakin mengeras dan ingin memuncratkan air surga.<br />
<br />
“Nggiiiii….emut kontolku aku mau pipis sayang”kataku lalu mencabut kontolku dari tempiknya.Crroootttt….crrootttt….croottt lalu Anggi melumat ½ kontolku hingga pejuhku habis keluar.<br />
<br />
“mhhh enak sekali pejuhmu”katanya sambil mengocok ngocok kontolku mencari sisa air pejuhku.<br />
<br />
“Udah dong Nggi”kataku lalu memasukkan lagi kontolku ketempiknya dan memangku Anggi ditikar gubuk duduk berpangkuan karena kontolku belum juga melemas.<br />
<br />
“Belum lemes ya”katanya lalu mengambil kaosnya menutupi daerah kemaluan kami yang masih menyatu.<br />
<br />
“Kenapa ditutup,kan nggak ada orang”kataku memakaikan kaosku ketubuhnya.<br />
<br />
“Biar nggak saru”katanya kegenitan.Kami tetap menyatukan kelamin kami hingga Anggi tertidur dalam pelukanku tapi kontolku nggak mau lemes juga akhirnya aku diam menikmati remesan remesan lembut tempik Anggi pada kontolku.<br />
<br />
Kami juga sering main bersama,berdua atau bertiga.Kadang dirumah Ita kadang dirumahku kadang dirumah Siska pacar kesatuku.<br />
<br />
Aku dan Siska juga sering main seks diluar ruangan karena kami juga menyukai petualangan yang seru.Kami main di sekolahan juga pernah.<br />
<br />
Dulu Siska dan aku bolos jam pelajaran berdua lalu kami sembunyi dikamar mandi yang letaknya memang agak tersembunyi dan tertutup.Pada saat dikamar mandi aku memeluk Siska dari belakang dan memasukkan tanganku kebaju seragamnya lalu meremas remas susunya dari luar kaos dalamnya dan diluar Bh mini Siska setelah puas aku membuka 3 kancing atas baju seragam Siska lalu aku mengangkat kaos Siska dan membuka kancing Bhnya lalu talinya aku tarik kekanan dan kekiri melewati bahu dan tangannya kemudian melepasnya singkatnya susu Siska tertutup tetapi hanya seragam dan kaos dalamnya.Lalu tanyanku menurunkan semua celanaku hingga celana dalamku sekalian menampakkan kontolku yang tegang mengangguk angguk minta dimasukin.Kemudian aku menurunkan celana dalam merah Siska tanpa melepas rok Siska.<br />
<br />
Kemudian aku mendekati Siska dari belakang dan mengarahkan kontolku dari belakang(kami sudah sama sama nafsu).Sleeeepp…blesss aku langsung memasukkan kontolku terburu buru karena sempit waktu membuat kesakitan Siska.<br />
<br />
“Aduuh pelan pelan dong Ndra,Siska sakit nih”katanya agak merintih<br />
<br />
“Sorry Sayang aku terlalu nafsu nih”kataku lalu tanganku menyambar susunya yang menggelantung indah dibalik seragam dan kaos dalamnya.<br />
<br />
Lalu aku mulai memaju mundurkan pantatku sambil tanganku berpegangan pada susunya dan meremasnya.<br />
<br />
“Shhhh…ahhhh…shhhh…Ndraaaa aku sayang kamuuuu”kata Siska setengah merintih kenikmatan<br />
<br />
“Siskaaaa aku juga,tempikmu sempiitt…nikmat Kaaaa”teriaku mengiringi kenikmatanku pada kemaluan kami.Sleeep…bleess…cplok..cplok…cplok irama persetubuhan kami sungguh indah hingga aku ketagihan.Kami melakukan posisi nungging itu lama sekali hingga kami sama sama sampai hampir bersamaan.<br />
<br />
“Shhh…ahhh Ndra Siska sampai nih”katanya sambil kepalanya mendongak kebelakang.<br />
<br />
“Iya Siska sayang aku juga sampai nih,didalam yah yaaaang”kataku lalu menghunjamkan kontolku dalam dalam ditempik Siska.<br />
<br />
Seerr…serr..serr…croot…croot…croot kami keluar hampir bersamaan lalu aku mencabut kontolku dari tempik Siska.<br />
<br />
Kontolku terlihat basah dari air mani kami dan air kenikmatan Siska.<br />
<br />
“Ugh…Ndra enaak banget ya”katanya sambil membenahi bajunya tetapi Siska tidak memakai kembali Bh dan celana dalamnya tetapi dia menyuruhku menyimpanya lalu aku menyimpanya disaku celanaku.<br />
<br />
“Iya yang aku sampai ketagihan,omong omong kamu kok nggak pakai kembali celana dalammu dan Bhmu yang”kataku sambil memakai celanaku kembali.<br />
<br />
“Nggak ah panas nih yang lagi pula aku malas lepas seragamku”katanya<br />
<br />
Lalu kami duduk beristirahat ditepian sisi kamar mandi sambil menunggu jam pelajaran selesai sambil saling membelai kemaluan kami menikmati sisa kenikmatan yang tadi kami lalui.Setelah bel pelajaran kami masuk kekelas berdua kembali mengikuti pelajaran seperti biasa.Siska tidak banyak bergerak dari tempat duduknya karena dia tidak pakai celana dalam dan Bh dan aku segera menyimpan pakaian dalam Siska ketasku takut ketahuan.<br />
<br />
Itulah petualangan seksku dengan cewek cewek kecil nan cantik yang membuatku ketagian.Dan kegiatan kami ini terus berlanjut sampai sekarang.<o:p></o:p></span><br />
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-21403450663978001502011-01-19T20:27:00.002+07:002011-01-19T20:36:57.097+07:00Angela<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CDemangan.Net%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
<div class="MsoNormal">Aku punya seorang teman baik. Dia punya 2 orang adik perempuan. Yang paling kecil berumur 22 tahun. Namanya Angela, tingginya sekitar 170 cm, dengan badan yang langsing, sepasang kaki yang panjang, dan dada yang tidak terlalu besar. Wajahnya bagaikan bidadari dalam mimpi semua pria. Aku tidak menyangka dia akan menjadi secantik ini.<br />
<a name='more'></a><br />
<a href="http://www.blogger.com/post-create.do" name="more"></a><br />
<br />
Suatu hari aku ke rumah temanku utk berangkat ke kantor bersama. Ketika itu aku melihat Angela sedang sarapan di ruang makan sendirian.<br />
<br />
"Hi.." sapaku.<br />
"Ko Adi sedang mandi, mungkin sebentar lagi selesai." Katanya.<br />
<br />
Kemudian dia bangkit dan merapikan piring dan sendoknya dan langsung pamit untuk pergi ke kampus. Ketika Angella berdiri, aku bisa melihat seluruh tubuhnya. Dia memakai baju kemeja putih lengan pendek, rok coklat selutut, kemudian penis ku rasanya ingin meletus saat itu juga. Tidak kusangka dia memakai pantyhose berbahan transparan (ultra sheer) ditambah lagi sepatu talinya yang berwarna hitam membuat kakinya lebih indah dan seksi sekali. Terjadi peperangan batin yang sangat hebat di dalam diriku. Di satu pihak, hasrat penisku yang sangat berkobar-kobar untuk bercinta dengan kakinya kemudian menyetubuhinya berkali-kali. Di pihak lain, otakku mengatakan itu tidak baik, dan tidak mungkin aku melakukannya di saat ini. Sayang dia sudah punya pacar kalau tidak, pasti akan kujadikan miliku.<br />
<br />
Ketika Angella sudah menghilang dari belakang pintu, dengan cepat aku naik ke lantai 2 dan mencoba untuk memasuki kamarnya. Beruntung sekali karena tidak dikunci. Aku segera menghampiri lemari pakaiannya dan mencari harta karun fantasi sex-ku. Tetapi aku mengalami kekecewaan karena dia hanya punya 3 pasang pantyhose, sehingga aku tidak mungkin mengambilnya. Untuk mengobati kekecewaanku, aku mencari keranjang cucian yang ada di kamar mandinya. Aku cari celana dalamnya. Aku menemukannya di antara pakaian tidurnya. Dengan cepat aku mengambil celana dalamnya yang terbuat dari bahan satin yang halus dan menempelkannya di hidung dan menarik nafas dalam-dalam. Pikiranku langsung melayang dan penisku semakin mengeras dan panjang.<br />
<br />
Celana dalamnya masih menyimpan aroma yang khas dari vagina seorang wanita. Tapi aku buru-buru menyimpannya ke dalam kantong celanaku dan meninggalkan kamarnya. Aku kembali ke lantai 1 dan masuk ke kamar mandi. Aku buka resleting celanaku dan membebaskan penisku dari kurungan celana dalamku dan segera aku balutkan celana dalam Angela ke batang penisku dan langsung masturbasi sambil membayangkan bercinta dengan seorang bidadari perawan yang cantik yang mengenakan pantyhose dengan sepatu tali yang seksi.<br />
<br />
Kubayangkan penisku masuk dan keluar, memompa vaginanya dengan cepat dan keras. Hanya dalam hitungan beberapa detik kemudian, aku mengalami ejakulasi yang hebat. Dengan sisa-sisa tenaga aku arahkan penisku ke jambannya, dan 3 semprotan panjang mengawali puncak orgasme ku dan diakhiri dengan beberapa tetes spermaku. Nafasku memburu dan berkeringat.<br />
<br />
"Indra! Kamu lagi di WC ya?" terdengar teriakan dari Adi.<br />
"Iya, bentar, gue lagi kencing nih." Dengan cepat aku keluarkan tissueku dan membersihkan kepala penisku yang tersayang, kemudian ku tarik flush yang ada di jamban dan hilanglah bukti dari hasrat ku yang membara. Ku simpan kembali harta karun ku dan keluar dari WC dan bertingkah seolah-olah tidak terjadi apa-apa.<br />
<br />
Sepanjang hari aku selalu teringat akan Angela, setiap kali aku ke WC aku selalu mengeluarkan celana dalam Angela dan menghirupnya dalam-dalam. Ternyata aroma wangi dari vagina Angela sangat memikat dan merangsang. Malamnya aku kembali bermasturbasi sambil membayangkan Angela, adik dari teman baikku yang sekarang menjadi objek fantasi sexual-ku.<br />
<br />
Tidak kusangka keberuntungan berpihak kepadaku. Tidak lama kemudian Adi keluar dari kantor karena mendapatkan tawaran yang lebih bagus. Angela, bidadariku, yang mengambil alih pekerjaannya. Indahnya lagi, Adi memintaku untuk mengantarnya pulang karena tidak ada yang menjemput.<br />
<br />
Hari pertama Angela masuk kerja merupakan surga dan neraka bagiku. Angela mengenakan terusan dengan model smart suit setinggi lutut yang berwarna coklat pastel muda dan ultra sheer pantyhose dan sepatu tali putih dengan hak sedang. Aku selalu mencari cara dan alasan untuk selalu berdekatan dengannya dan melahap kakinya yang menggiurkan dengan mataku.<br />
<br />
Memang aku mempunyai fetish terhadap pantyhose sejak masih kecil. Semua ini karena adik terkecil dari ibu ku. Secara tidak sengaja aku menyentuh kakinya yang sedang dibalut oleh stocking dan aku telah jatuh cinta terhadap perasaan itu sampai sekarang. Sekarang umurku 26 tahun. Aku mengoleksi berbagai macam pantyhose dan stocking, namun sayang sedikit sekali yang berkualitas bagus di Indonesia.<br />
<br />
Siang itu, aku bermasturbasi di WC kantor. Sorenya, aku dan Angela sedang dalam perjalanan pulang. Kami ngobrol tentang pekerjaan. Jalanan lumayan padat sehingga tidak bisa cepat-cepat dan sering berhenti. Aku memberanikan diri untuk bertanya.<br />
<br />
"Angela, boleh aku bertanya sesuatu?"<br />
"Apa?" jawabnya dengan ringan sambil melihatku.<br />
"Tapi jangan marah atau tersinggung ya." Angela mengangguk kecil.<br />
"Apakah kamu suka pakai pantyhose?"<br />
"Koq kamu tahu aku pake pantyhose?"<br />
"Cuma nebak-nebak aja."<br />
"Aku baru mulai pake sih, belum lama."<br />
"Apa kamu suka?"<br />
"Iya, rasanya gimana gitu."<br />
"Keliatannya halus."<br />
"Iya, rasanya halus juga."<br />
<br />
Aku menelan ludah dan mengumpulkan segenap keberanian untuk bertanya, "Apakah aku boleh megang? Maksudku aku cuma ingin tahu gimana rasanya." padahal aku sudah punya beberapa koleksi dan sudah tahu.<br />
Tanpa ragu-ragu Angela menjawab, "Boleh."<br />
<br />
Dengan perlahan-lahan kutaruh jar-jari tangan kiri ku di atas lutut kanannya. Ku elus-elus lututnya pelan-pelan. Seluruh badanku dipenuhi oleh sensasi erotis yang ditimbulkan oleh kelembutan pantyhose dan kaki Angela.<br />
<br />
"Gimana rasanya?" tanya angela.<br />
"Benar-benar halus." aku senyum kecil sambil memandang wajahnya yang cantik.<br />
<br />
Penisku sudah dalam keadaan siaga satu dan dari luar terlihat sedikit menonjol. Untung mobilku mempunyai transmisi automatis sehingga aku tidak perlu mengganti-ganti gigi dan melepaskan tangan kiriku dari lututnya. Karena jalanan sangat macet, tidak lama kemudian Angela tertidur. Kuberanikan diriku untuk menjelajah lebih dalam lagi ke pahanya.<br />
<br />
Angela tidak memberikan reaksi penolakan atau keberatan atas tindakanku, atau mungkin dia tidak merasakannya karena sedang tertidur. Aku tidak perduli, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Pelan-pelan tangan kiriku makin ke atas dan telah sampai di tengah-tengah pahanya. Ku belai pahanya yang lembut dan halus. Kulihat wajahnya, Angela tertidur dengan sangat tenang. Saat ini, roknya sudah tersingkap setengah paha. Untung roknya tidak terlalu ketat, jika tidak, aku akan mengalami kesulitan untuk menjelajah lebih dalam. Kuteruskan aksiku sampai pada paha bagian atas. Akhirnya aku sampai pada pusat segala kenikmatan sexual.<br />
<br />
Jari tengahku menelusuri celah yang terbentuk dari ke dua pangkal pahanya. Jari tengah ku merasakan kehangatan dan kelembaban. Dengan perlahan kutelusuri garis cekungan yang terbentuk dari celah vaginanya. Tiba-tiba terasa basah dan licin. Penis ku bertambah keras dan kencang, ternyata Angela secara sadar atau pun tidak, terangsang dengan belaian tanganku yang nakal. Aku tidak tahu apakah dia sadar ataukah masih tertidur. Saat ini arus lalu lintas mulai lancar, aku langsung masuk ke pintu tol. Dengan cepat aku mengeluarkan uang pas dari asbak mobil dan dengan cepat pula memberikannya kepada petugas tol dan aku langsung tancap gas.<br />
<br />
Setelah beberapa puluh meter, aku pelankan laju mobilku dan jari tengahku mulai memberikan tekanan-tekanan ringan pada selangkangannya. Bahan pantyhose yang halus bercampur dengan cairan manis yang di hasilkan oleh Angela membuat darahku makin mendidih dan sangat horny. Ku alihkan pandanganku dari jalan dan dengan cepat mengamati Angela. Rok nya sudah tersingkap sampai atas. Pahanya yang mulus terbungkus oleh pantyhose yang sexy. Wajahnya masih tidak menunjukan reaksi penolakan ataupun reaksi lainnya. Ku percepat gerakan jariku dengan tujuan membuatnya semakin terangsang dan orgasme. Kemudian kuselipkan jari manisku dan bersama-sama dengan jari tengahku, dan kumainkan vaginanya.<br />
<br />
Setelah beberapa saat, ku putuskan untuk fokus pada klitorisnya. Gerakan jariku kupercepat namun tetap lembut dan tidak kasar. Samar-samar aku mendengar desahan halus yang berasal dari nafas Angela. Expresinya sedikit berubah. Kelihatannya Angela sangat menikmatinya. Cairan halus dan licin itu semakin membasahi celana dalam dan pantyhose Angela. Demikian pula dengan penisku, sudah membasahi celana dalamku.<br />
<br />
Setelah beberapa menit pikiranku melayangkan imaginasi nikmatnya bersetubuh dengan adik teman baikku yang masih perawan ini, tiba-tiba aku dikagetkan dengan sebuah mobil truck besar yang langsung memotong tepat di depanku. Dengan reflek kuinjak rem untuk menghindari tabrakan, dan tangan kiriku sempat terhenti sejenak karena kekagetan itu. Aku dikejutkan lagi oleh tangan Angela yang menekan tangan kiri ku dengan kencang ke selangkangannya.<br />
<br />
Aku langsung melanjutkkan memberikan rangsangan kepada klitorisnya dengan cepat dan sedikit lebih kuat. Pinggangnya mulai bergerak, aku bisa merasakan kontraksi otot pada selangkangannya. Kemudian terdengar desahan kenikmatan yang tertahan di dalam vaginanya. Angelaku yang manis mengalami orgasme pertamanya.<br />
<br />
Setelah orgasmenya reda, ia membuka matanya dan menatapku dengan senyuman yang malu dan manis.<br />
<br />
"Ko Indra nakal.." itulah kalimat pertama yang keluar dari mulutnya yang sexy.<br />
"Bagaimana rasanya?" tanyaku.<br />
<br />
Tangan kirinya tetap menahan tangan kiriku di vaginanya, tangan kanannya membelai sayang pipiku. Tangannya yang halus dan lembut membuatku semakin terangsang.<br />
<br />
"Enak sekali.. Aku tidak tahu akan begitu enak.. Apa itu orgasme?"<br />
"Itu belum seberapa, apa mau yang lebih enak lagi?" dengan berani aku menanyakan.<br />
"Sex langsung?"<br />
"Iya" jawabku.<br />
"Apakah benar akan lebih enak dari ini?"<br />
"Tentu saja."<br />
<br />
Angela melihat jam pada dashboard.<br />
<br />
"Apakah masih sempat? Sudah terlalu malam nanti aku di cariin sama orang-orang rumah."<br />
"Bilang aja lagi ada acara ulang tahun teman."<br />
"Ide yang bagus."<br />
"Terus pacarnya gimana?"<br />
"Biarin aja, aku juga tidak begitu suka."<br />
<br />
Kesempatan emas yang tidak boleh kulewatkan. Tetap saja aku tidak menyangka akan semudah ini, dan Angela yang begitu berani. Apakah dia sudah pernah melakukannya?<br />
<br />
Kuparkir mobilku disebuah hotel yang terletak di tengah keramaian kota. Langsung saja aku memesan sebuah kamar yang VIP dengan ranjang yang besar.<br />
<br />
Segera setelah pintu kamar ditutup, aku duduk di atas kasur yang empuk dan menarik tangan Angela dan menyuruhnya duduk di atas pangkuanku. Posisi badannya menghadap ke kanan.<br />
<br />
"Apa Angela yakin mau melakukan ini denganku?"<br />
"Kalau memang orgasme terasa seindah dan senikmat itu, aku rela melakukannya."<br />
"Apa setelah ini Angela akan melakukannya dengan orang lain juga?"<br />
"Ya tidak lah Ko Indra ku sayang. Aku bukan pelacur seperti itu. Aku hanya ingin melakukannya dengan Ko Indra."<br />
"Benarkah?"<br />
<br />
Dia merangkul leherku dan kusambut dengan ciuman yang basah di bibirnya. Angela memejamkan matanya, ku julurkan lidahku ke dalam mulutnya. Dengan sedikit kaku dan kikuk bidadariku menyambut tarian lidahku. Tidak lama kemudian Irama cumbuan kami semakin meningkat dan cepat dan panas penuh dengan nafsu. Tangan kiriku menelusuri semua bagian dari punggungnya dan tangan kananku menelusuri paha dan betisnya yang terbalut oleh pantyhose.<br />
<br />
Cumbuan kami bertambah liar, kutelusuri lehernya sambil menarikan lidahku. Terdengar desahan nikmat bercampur geli dari bibirnya. Angela membelai rambut dan punggungku.<br />
<br />
"Oh.. Ko Indra.."<br />
<br />
Saat ini tangan kiriku berhasil meraih payudara kirinya dari belakang. Ku pijat-pijat dengan lembut dan ku remas-remas. Tangan kananku dengan cepat melepaskan kancing-kancing bajunya. Angela pun mengikuti tindakanku dan melepaskan kancing bajuku, dan celanaku. Kusuruh Angela berdiri. Aku pun ikut berdiri dan langsung saja celana panjangku jatuh ke bawah. Ku tarik tangan kiri Angela dan meletakannya di penisku yang masih terbungkus celana dalam.<br />
<br />
"Keras sekali dan basah.. Ngompol ya?" ejek Angela.<br />
"Angela juga basah." Ku elus-elus selangkangannya. Kemudian dia tersipu malu.<br />
<br />
Kubuka BH nya dan di depan mataku adalah sepasang payudara yang berukuran sedang dan ranum. Bajunya sengaja tidak kulepaskan, karena dia terlihat sangat cocok dan cantik dengan baju itu. Ku lihat celana dalamnya yang berwarna kulit menutupi vaginanya. Kuturunkan pantyhosenya sedikit dan kurobek celana dalamnya dan menariknya keluar. Kubetulkan kembali pantyhosenya, dan ku hirup aroma dari cairan vaginanya dan kujilat. Angela melihat dengan tatapan sedikit terkejut. Kutempelkan celana dalamnya ke hidung Angela.<br />
<br />
"Bagaimana aromanya?"<br />
<br />
Seakan-akan tidak percaya, ia menghirupnya beberapa kali.<br />
<br />
"Aromanya seakan-akan menggetarkan seluruh tubuhku.." jawabnya.<br />
<br />
Tiba-tiba saja aku merasakan tangan kirinya dengan penuh nafsu meremas-remas penisku. Kuturunkan celana dalam ku dan penisku berdiri dengan keras dan panjang. Mulutnya sedikit terbuka melihat penisku yang berukuran sedang namun keras seperti batu. Jarinya yang mungil menyentuh ujung kepala penisku. Tidak terbayangkan nikmatnya sentuhan Angela pada penis ku. Perlahan-lahan ia mulai memegang dan mengelus-elus seluruh batang penisku, akibatnya penisku benar-benar basah.<br />
<br />
Aku suruh Angela tidur di atas ranjang. Ku jelajahi seluruh bagian dari kakinya yang panjang dan seksi. Aku habiskan lebih dari 30 menit hanya mengelus-elus dan memijat-mijat kecil seluruh bagian kakinya. Setiap kali aku melihat kaki dan sepatu talinya, rasanya ingin ku kulum. Akhirnya ku angkat kaki kanannya dan kuserbu dengan kuluman dan ciuman pada jari-jari kakinya tanpa melepas sepatunya. Setelah puas ku lanjutkan dengan mengulum vaginanya. Tanpa melepas pantyhosenya, aku mainkan tarian erotis dengan lidahku. Angela terus mendesah nikmat tanpa henti. Setelah beberapa saat, aku merasakan otot-otot pinggulnya mulai menegang.<br />
<br />
Angela mengalami orgasme kecil. Kubuat sebuah lubang kecil dengan bantuan gigi dan jari ku. Lidah ku langsung menerobos masuk dan menyerbu klitoris Angela. Nafas Angela semakin memburu dan dari bibirnya terus mengalir alunan desahan kenikmtan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.<br />
<br />
"Ko.. Indra.. Enak banget.."<br />
<br />
Ku arahkan pandanganku sedikit ke atas, bidadariku terlihat sangat menikmati oral yang ku berikan. Ku dorong lidahku lebih dalam lagi ke dalam vaginanya. Cairan cinta Angela terus mengalir tanpa henti. Aku ingin angela merasakan nikmatnya bercinta, dan betapa mengagumkannya multi orgasme. Ku masukan jari tengah ku ke dalam vaginanya. Jariku masuk dengan mulus tanpa menemui hambatan apa pun. Ku coba untuk mencari titik G spot yang menjadi puncak kenikmatan sexual Angela.<br />
<br />
Desahan yang keluar dari mulutnya semakin kencang. Ada beberapa tempat yang mencurigakan, akhirnya aku berexperimen satu per satu. Memang makan waktu, tetapi setelah beberapa kali mencoba, akhirnya kutemukan. Aku tidak begitu yakin, tetapi semakin lama aku memberikan rangsangan pada titik tersebut, semakin kuat Angela menggeliat dan akhirnya orgasme. Kurasakan otot-otot vaginanya menjepit jariku dengan kuat. Setelah orgasmenya reda, aku memposisikan diriku di atas badan Angela. Kukulum bibir dan lidahnya.<br />
<br />
"Sayang.. Aku akan memberikan kenikmatan yang tiada bandingannya, apa kamu sudah siap?"<br />
<br />
Angela melihatku dengan nafsu yang membara dan menganggukan kepalanya. Kuberikan senyum manisku dan memposisikan penis ku di depan pantyhose yang sudah ku robek sedikit. Pelan-pelan ku masukan penis ku. Dinding vaginanya yang ketat dan kencang menyambut kedatangan penisku dengan hangat. Ketika kepala penisku tenggelam di dalam vaginanya, Angela memejamkan matanya dan mulutnya terbuka.<br />
<br />
Kudorong lagi perlahan-lahan sampai seluruh batang penisku berada di dalam vaginanya. Hangat, basah dan kencang, itulah yang kurasakan ketika meluncur masuk. Pelan-pelan ku tarik sedikit dan masuk lagi. Setelah beberapa tarikan Angela membuka matanya dan menatapku dengan penuh kepatuhan. Dia sudah mulai terbiasa dengan penisku, kupercepat gerakan memompa ku dalam posisi misionaris. Angela mendesah nikmat. Makin lama makin cepat, kembali Angela hilang dalam orgasmenya yang kuat dan panjang. Titik G spot yang kutemukan berada disebelah bawah dinding vaginanya. Sulit untuk merangsangnya dalam posisi misionaris.<br />
<br />
Kusuruh Angela membalikan badannya. Darah keperawanannya membekas di atas ranjang hotel. Begitu pula dengan penis ku, tertempel darah segar dari Angela. Kuarahkan Angela membentuk posisi doggy style. Aku sendiri juga sudah tidak dapat bertahan lama lagi. Aku ingin menyelesaikannya dengan memberikan multiple orgasme. Ku posisikan penisku ke daerah G spot Angela. Saat itu pula angela mendesah dengan kencang, karena vaginanya sudah terlalu sensitif. Kupompa Angela dari belakang, pertama-tama pelan kemudian semakin cepat dan cepat. Tidak sampai 5 menit, badan Angela kembali berkontraksi. Kontraksinya jauh lebih kuat dari sebelumnya. Kurasakan otot-otot vaginanya meremas-remas penisku. Benar-benar sensasi yang tidak ada bandingannya.<br />
<br />
Aku dapat merasakan cairan madu Angela terus mengalir keluar membasahi paha kami. Badan Angela berkontraksi dan menggeliat dengan hebat bagaikan gempa bumi. Orgasme yang ia rasakan tak kunjung habis. Ku pelankan gerakanku, dan membiarkan Angela menikmati keseluruhan orgasmenya. Kucabut penisku dari vaginanya dan menyuruhnya tidur dengan terlentang. Kuposisikan penisku di depan bibirnya.<br />
<br />
"Angela, buka mulutnya.. Anggap aja lolipop."<br />
<br />
Angela menuruti kata-kataku dan menyambut 'lolipop' yang basah dengan ejakulasinya. Angela dengan kaku mengulum penisku. Namun rupanya dia mempunyai bakat alami dalam memberikan oral pada penis ku. Tidak lama kemudian, orgasme ku datang bagaikan petir. Seluruh badanku bergetar. Angela kaget ketika sperma ku meluncur dengan cepat dan kuat. Tidak terhitung berapa banyak spermaku yang keluar. Angela hampir tersedak, namun dengan cepat ia telan spermaku dan membersihkan sisa-sisanya.<br />
<br />
Angela sudah kehabisan tenaga, aku berbaring disebelahnya. Ia menatapku dengan tatapan puas dan sayang. Bidadariku.. Akhirnya aku berhasil bercinta dengannya.<br />
<br />
Setelah berbaring selama beberapa saat, aku mengajak Angela untuk mandi bersama. Terpaksa Angela harus melepaskan pantyhosenya. Kami saling membersihkan satu sama lain, tidak lama kemudian aku kembali memasukan penisku yang masih keras dan horny ke dalam vagina Angela. Dibawah pancuran shower yang hangat aku kembali bercinta dengan Angela. Ku angkat dan kutahan kaki kirinya dengan tangan kananku dan kusandarkan dia pada dinding kamar mandi. Ku pompa vaginanya dengan penisku, lembut namun mantap. Angela menarikan tarian lidahnya pada leherku. Tanpa disengaja dia menemukan tempat yang sensitif pada leher bagian kiriku.<br />
<br />
"Iya.. Di sini.. Terus.."<br />
<br />
Angela memfokuskan tariannya pada titik tersebut. Tak pernah kuduga betapa sensitifnya tempat itu, aliran-aliran listrik kecil seolah-olah berjalan di seluruh tubuhku, menambah sensasi yang luar biasa pada penisku. Aku terus mendesah dan sedikit mempercepat gerakan penisku, kadang-kadang aku mendorongnya sedalam mungkin dan mempertahankannya dalam posisi seperti itu dan kugoyangkan pinggangku dengan gerakan melingkar. Angela mendesah dan menghentikan tariannya.<br />
<br />
Kulanjutkan lagi proses percintaanku. Dia merangkulku dengan kuat. Desahannya semakin cepat dan kuat.<br />
<br />
"Ko.. Indra.."<br />
<br />
Di bawah pancuran shower yang hangat, Angela mengalami orgasme yang kesekian kalinya. Badannya bergetar kuat. Otot-otot dinding vaginanya meremas-remas batang penisku dan membawaku ke ujung kenikmatan yang tak terbayangkan. Aku berusaha untuk menahannya selama mungkin, paling tidak sampai orgasme Angella mereda. Setelah reda, langsung ku keluarkan penisku, dengan tanggap Angela berlutut di depanku dan melahap penisku dengan mulutnya. Separuh penisku hilang didalam mulutnya. Lidahnya dengan cekatan menari-nari di penisku. Benar-benar tidak terlukiskan rasanya. Kupegang kepala Angela dengan kedua tanganku, pelan-pelan ku dorong masuk penisku sampai habis. Angela hampir tersedak dan dengan cepat menyesuaikan rongga kerongkongannya untuk menyambut penisku.<br />
<br />
Kutarik lagi dan kumasukan lagi. Lidahnya tak pernah berhenti sedikitpun menarikan tarian erotis pada penisku. Rangsangan ini benar-benar membuat penisku meledak dengan orgasme yang kuat dan menggetarkan. Karena aku terus menarik dan mendorong penisku akibatnya spermaku ada yang mengalir keluar dari mulutnya. Spermaku yang mengalir keluar dari sudut bibirnya membuat Angela semakin cantik dan menggairahkan. Angela terus menjilat dan menelan sperma dari penisku sampai bersih.<br />
<br />
"Suka ya?" Kutanya dengan lembut.<br />
<br />
Tanpa melepaskan kulumannya, ia tersenyum dan mengangguk. Bidadariku ternyata sungguh luar biasa, ini benar-benar mimpi menjadi kenyataan. Seorang gadis cantik memberikan oral dan menelan sperma dari penisku.<br />
<br />
Kami terpaksa menyudahi percintaan kami, karena sudah larut malam. Ku antar Angela pulang ke rumahnya. Sebelum keluar dari pintu mobil, kami bercumbu dengan penuh nafsu.<br />
<br />
Malamnya kutelepon Angela. Kami setuju untuk pergi ke mall untuk berjalan-jalan. Angela mengenakan terusan model babydoll dengan panjang sampai 10 cm di atas lutut. Bahannya halus dan lembut. Pantyhose berwarna putih, ultra sheer, ditambah dengan sepatu tali berwarna putih yang melingkar sampai ke pertengahan betisnya, membangunkan penisku yang sedang tidur. Rambutnya terurai rapi, make up berwarna natural dan tipis, lipstick merah muda yang paling muda dengan wet look. Ketika masuk ke dalam mobil, dia menyapaku dengan manis dan manja.<br />
<br />
"Sabar ya Ko Indra sayang.."<br />
<br />
Angela mengatakan hal itu seolah-olah ia mengetahui apa yang sedang kupikirkan saat ini, yaitu berhubungan sex dengannya saat ini juga. Dengan tampang kecewa yang kubuat komikal aku mengeluh. Namun hal ini mengundang tawa bahak dari Angela.<br />
<br />
"Apa tidak ada yang tahu kalau kita pergi bersama?" tanyaku.<br />
"Tidak ada, aku cuma bilang mau bantu-bantu temanku yang mau married, jadi aku punya alasan untuk pulang sampai malam." jawab Angela sambil tersenyum manis.<br />
"Angela, kamu benar-benar cantik, manis dan seksi sekali."<br />
"Ko Indra bisa aja, kan aku dandan seperti ini cuma untuk Ko Indra."<br />
"Memangnya kamu tidak pernah dandan untuk cowok kamu?"<br />
"Cowok yang mana ya?"<br />
"Kemarin katanya sudah punya?"<br />
"Oh yang itu.. Sudah putus tuh.."<br />
"Kapan?"<br />
"Tadi malam." Angela menjawab dengan tenang.<br />
"Boleh tahu kenapa?"<br />
"Ko Indra lucu deh, pake acara nanya segala."<br />
<br />
Aku menduga bahwa akulah yang menjadi alasan dari putusnya hubungan antara Angela dengan pacarnya.<br />
<br />
"Gara-gara aku ya?"<br />
<br />
Tiba-tiba saja Angela mencium pipi kiriku.<br />
<br />
"Cuma Ko Indra yang bisa membahagiakanku."<br />
<br />
Rasanya jantungku hendak meloncat keluar mendengar pernyataannya. Kuelus-elus pahanya yang dengan manis terbungkus oleh ultra sheer pantyhose berwarna putih sambil tersenyum manis.<br />
<br />
Setelah beberapa saat, kami tiba di Plaza Senayan. Sambil bergandengan tangan kami memasuki pintu samping Plaza. Kami masuk ke Metro dan langsung menuju ke bagian pakaian dalam. Angela melihatku dengan senyumnya yang nakal. Kami mulai dari lantai dasar yang banyak menjual sepatu-sepatu wanita. Aku menyodorkan beberapa pasang sepatu tali yang sexy dan bagus. Ternyata Angela juga menyukainya dan aku membeli 2 pasang sepatu tali yang ber-hak tinggi dan sedang untuk Angela. Kemudian kami naik ke lantai atas untuk melihat-lihat stocking dan pantyhose yang dipajang pada counternya dan sibuk membahasnya. Akhirnya kami memutuskan untuk membeli semua merk yang ada dalam beberapa warna. Namun kali ini Angela yang memaksa untuk membayar. Setelah itu kami makan siang di sebuah cafe di lantai atas.<br />
<br />
Aku sengaja memilih tempat yang terletak disudut ruangan. Kami duduk di sofa yang menempel pada kedua sisi ruangan. Kami memesan dua piring spagheti, dan jus untuk makan siang kami. Setelah pelayan yang mencatat pesanan kami pergi, aku sibuk memeriksa sekeliling kami. Suasana masih sepi dan tidak ada yang memperhatikan kami, yang terpenting adalah taplak meja yang panjangnya sampai ke lantai. Benar-benar cocok untuk melaksanakan rencanaku. Dengan sekejap aku masuk ke bawah meja.<br />
<br />
"Ko Indra.." Angela berusaha menyingkap kain yang menutupiku.<br />
"Ssst.. Jangan keras-keras, nanti ketahuan.." Bisikku.<br />
"Mau ngapain sih?"<br />
"Ada deh.." Jawabku dengan senyum nakal.<br />
<br />
Kurapikan kain penutup meja itu sehingga menutupi seluruh bagian pinggang Angela. Kemudian kubuka kedua kaki Angela yang menutupi selangkangannya. Lalu aku belai-belai vaginanya yang terbalut oleh pantyhose putih yang seksi.<br />
<br />
"Ko Indra.. Jangan di sini nanti ada yang melihat.." Bisiknya.<br />
<br />
Aku mengacuhkan bisikannya, karena aku merasakan bahwa Angela tidak memakai celana dalam dan pantyhose yang dikenakannya adalah yang 'sheer to waist'. Langsung saja kukulum vaginanya sambil membelai-belai kakinya yang panjang dan lembut.<br />
<br />
"Ko Indra.."<br />
<br />
Aku dapat merasakan sensasi nikmat yang menghanyutkan bersamaan dengan perasaan takut begitu pula dengan Angela. Kujilati seluruh bagian dari selangkangan Angela. Tidak lama kemudian aku dapat merasakan cairan manis yang khas mengalir dari vaginanya dan bercampur dengan kulumanku yang basah. Aku menjadi semakin bersemangat dan horny. Kupercepat kuluman dan tarian erotis lidahku. Sensasi yang menggelitik dan eksotis membuat tubuh Angela bergetar-getar. Aku yakin Angela pasti sedang berusaha keras untuk menahan ekspresinya dan menahan desahannya. Penisku meronta-ronta untuk keluar dari dekapan celana dalamku. Aku terus melahap Angela dengan penuh nafsu, dan tanganku tidak henti-hentinya membelai dan mengelus-elus kakinya.<br />
<br />
"Silahkan Minumnya." Terdengar suara dari seorang pelayan wanita yang mengantarkan minuman.<br />
"Terima kasih.." jawab Angela dengan suara yang sedikit bergetar.<br />
<br />
Aku dapat merasakan Angela sedang menyedot jus yang baru saja di antar. Tangan kanannya menyelinap masuk ke dalam taplak meja dan mengelus-ngelus kepalaku. Tidak lama kemudian terdengar lagi suara dari pelayan wanita yang sama, membawakan pesanan kami. Setelah meletakan pesanan kami, pelayan itu meninggalkan Angela.<br />
<br />
"Sayang ayo dimakan dulu." Bisikku dari bawah.<br />
<br />
Angela dengan kikuk mencoba memakan spagheti yang telah kami pesan. Dia berusaha untuk tenang dan mencoba menikmati makanannya. Aku tahu dengan pasti sensasi yang dihasilkan oleh vaginanya (dengan pertolongan lidahku yang nakal) telah mengambil alih kesadarannya. Tiba-tiba saja terdengar suara langkah kaki yang mendekat, bersamaan dengan itu pula kedua kaki Angela menjepit kepalaku dengan kencang. Akhirnya aku merasakan otot-otot pinggul dan kakinya berkontraksi dengan keras. Cairan orgasmenya mengalir makin banyak, kulahap semua sampai tak tersisa. Badan Angela sedikit berguncang dan mengeluarkan suara seperti tersedak.<br />
<br />
"Apa Ibu tidak apa-apa?"<br />
"Oh.. Tidak.. Cuma sedikit tersedak.." Jawabnya dengan gugup.<br />
<br />
Tidak kusangka Angela masih dapat berbicara menutupi keadaannya yang sedang orgasme. Setelah beberapa saat, Angela mulai mengendorkan jepitan kakinya, otot-otot pinggulnyapun mulai rileks. Aku mengintip dari belakang kain untuk melihat keadaan dan langsung aku keluar dari kolong meja dan duduk di sebelahnya.<br />
<br />
"Batuk ya?" tanyaku.<br />
"Ko Indra! Hampir saja tadi ketahuan!" Serunya sambil mencubit kecil pahaku.<br />
"Tapi seru kan?" jawabku sambil tertawa kecil.<br />
"Iya.. Tapi sekarang waktunya pembalasan!"<br />
<br />
Dengan cepat Angela memeriksa keadaan dan langsung turun ke bawah meja. Dengan cekatan Angela membuka resleting celanaku dan membebaskan penisku dari kurungan celana dalamku. Langsung saja penisku berdiri dengan tegak. Tanpa mengulur waktu Angela mulai menjilati ujungkepala penisku, menikmati cairan pra orgasme yang telah membasahi kepala penisku. Lidahnya yang lembut dan hangat menari-nari indah, diselingi dengan kuluman yang dalam. Gerakan Angela sangat agresif seakan-akan ingin membuatk meledak saat itu juga. Aku tentu saja tenggelam dalam kenikmatan eksotis dan erotis yang diberikan oleh Angela.<br />
<br />
Seperti halnya Angela, aku tidak dapat berkonsentrasi menikmati makananku. Untung saja porsinya sedikit. Seluruh badanku dipenuhi oleh listrik-listrik kecil yang semuanya menyerbu pusat saraf sensorikku. Tinggal suapan terakhir, oral yang diberikan oleh Angela membawaku ke puncak kenikmatan duniawi, yaitu orgasme. Badanku ikut bergetar dan menimbulkan suara. Aku berhasil menahan desahan nikmatku dalam-dalam. Seorang pelayan wanita datang untuk menawarkan tambahan minuman atau makanan.<br />
<br />
"Tidak.. Sudah cukup.." dengan seluruh kesadaran yang tersisa aku menjawab.<br />
<br />
Gelombang demi gelombang orgasme melanda penisku. Dengan setia Angela menampung semua itu di dalam mulutnya dan kemudian menelan madu murni yang keluar dari penisku. Setelah reda, dia masih saja menjilati dan menghisap penisku sampai kering, sampai semua madu yang melekat di penisku dihabiskannya, baru penisku yang masih setengah berdiri disimpan kembali ke dalam celanaku.<br />
<br />
Aku memberinya isyarat untuk keluar. Dengan Senyum nakal yang manis, Angela berkata:<br />
<br />
"Benar nih nggak mau tambah lagi?"<br />
<br />
Kami tertawa terbahak-bahak sambil berpelukan. Setelah menghabiskan minuman kami, aku memanggil pelayan dan meminta bon.<br />
Setelah membayar, kami berdiri, menenteng belanjaan kami, pada saat itu juga manajer cafe datang menghampiri kami.<br />
<br />
"Terima kasih atas kedatangannya. Apakah rasa makanannya cocok?"<br />
Dengan spontan kujawab, "Dessertnya enak sekali."<br />
"Appetizernya juga enak." sambung Angela.<br />
<br />
Dengan senyum nakal kami meninggalkan manajer yang sedang kebingungan karena jelas-jelas kami tidak memesan makanan pembuka maupun pencuci mulut.<br />
<br />
Petualangan yang menegangkan di cafe tersebut ternyata makin membangkitkan nafsu horny kami. Akhirnya kami memutuskan untuk nonton film di bioskop. Ternyata cara ini tidak banyak membantu. Film tidak kami gubris sama sekali selama hampir satu setengah jam kami bercumbu dengan liar. Leher dan kuping tidak luput dari kuluman kami. Jari-jari mungil Angela berkelana ke selangkanganku dan masuk ke dalam celanaku dan bermain-main dengan penisku. Jarinya yang halus dan lembut membelai-belai kejantananku, kadang-kadang membuat lingkaran-lingkaran kecil pada ujung kepala penisku. Benar-benar kenikmatan tiada tara. Tanganku tidak dapat menjangkau selangkangannya karena posisi duduk yang tidak memungkinkan.<br />
<br />
Setelah film selesai, kami masuk ke kamar kecil untuk merapikan diri. Aku tidak mengalami orgasme, meskipun demikian itu merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Aku juga yakin pasangan yang duduk tidak jauh dari kami juga melakukan hal yang sama karena kami.<br />
<br />
Setelah itu kami langsung menuju ke sebuah hotel yang telah kubooking pada waktu pagi tadi. Ketika pintu kamar ditutup dan dikunci, aku langsung menarik lengan Angela dan memeluknya dengan erat. Barang-barang belanjaan kami jatuh berceceran di lantai. Ku kulum bibir dan lidahnya yang lembut dan hangat. Aku tidak tahu Darimana asalnya french kiss, namun aku yakin orang pertama yang menemukannya akan langsung horny melihat adegan french kiss kami yang dipenuhi dengan hasrat dan nafsu.<br />
<br />
Di sebelah pintu masuk terdapat sebuah lemari baju dengan kaca yang panjang. Posisi kami tepat di depan kaca tersebut. Aku melihat bayangan kami yang sedang bercumbu. Benar-benar pemandangan yang sangat erotis dan indah. Mulut kami terbuka lebar, bibir saling beradu. Lidahku dengan lincah menelusuri bagian luar dari mulut dan dagu Angela. Lidah bidadariku pun tidak kalah lincah dan agresifnya. Semua dagu dan mulutku, bahkan sampai ke pipi ku basah semua. Setiap kali lidahnya menyapu permukaan kulitku, kurasakan api hasrat liarku makin membesar. Lidah kami akhirnya bertemu. Angela makin bertambah semangat dan terus mendesah nikmat. Tangannya menelusuri seluruh bagian dari punggungku. Kubelai kepalanya sambil meremas-remas rambutnya yang lembut, tangan kiriku meremas-remas pantatnya yang bulat dan kenyal.<br />
<br />
"Kohh.. In.. Dra.."<br />
<br />
Tiba-tiba saja Angela menghentikan cumbuannya.<br />
<br />
"Aku punya sesuatu untuk Ko Indra."<br />
"Apa itu?" jawabku dengan tergesa-gesa, karena akuingin secepat mungkin bersetubuh dengannya.<br />
"Lepas semua pakaian dan duduk di ranjang."<br />
<br />
Aku ikuti permainannya dan melakukan apa yang ia minta. Penisku mencuat bagaikan tiang bendera. Angela menghampiriku dan berlutut dihadapanku. Bibirnya langsung mengecup kebanggaanku yang telah membuatnya tenggelam dalam lembah kenikmatan duniawi yang indah. Lidahnya menjilati kepala penisku, tepatnya menjilati cairan bening yang keluar dari celah penisku, kemudian mulutnya melahap selurh kepala penisku dan disedotnya sampai kering, tidak lupa lidahnya yang lembut dan basah menari-nari dengan sensual.<br />
<br />
Kubelai rambut dan kepalanya.<br />
<br />
"Angela.."<br />
<br />
Dia melihatku dan tersenyum, kemudian bangkit dan mengulum bibir dan lidahku. Aku masih dapat merasakan aroma memabukan dari cairan pra orgasmeku yang bercampur dengan ludahnya.<br />
<br />
"Ko Indra duduk di sini dan nikmati pertunjukannya, tapi tidak boleh dalam bentuk atau cara apapun merangsang atau menyentuh penis milikku."<br />
<br />
Angela mengatakan itu disebelah telinga kiriku, sambil mengelus-elus kejantananku.<br />
<br />
"Bagaimana Ko..?" angela menjulurkan lidahnya dan menjilat rahang dan kupingku.<br />
"Ok." jawabku.<br />
<br />
Dia tersenyum nakal dan genit. Sepertinya aku telah membangkitkan sisi nafsunya yang terpendam. Angela mengambil barang-barang belanjaan kami dan menaruhnya di depanku. Ia mengambil sebuah pantyhose berwarna hitam transparan dan mengeluarkan isinya. Angela menarik bangku meja rias dan menaruhnya di hadapanku, kemudian ia duduk menghadap ke kanan, sehingga sisi kanan tubuhnya ada di hadapanku. Kaki kanannya diletakan sedikit lebih maju dari kaki kirinya. Dengan perlahan ia menunduk dan tangannya membelai dan mengelus-elus betisnya yang ramping dan padat.<br />
<br />
Terdengar suara gesekan halus yang terjadi karena gesekan antara tangannya dengan pantyhose yang ia kenakan. Suara ini bagaikan musik eksotis yang luar biasa, hingga cairan beningku kembali menetes keluar. Ia melihat ke arahku dan tersenyum manis.<br />
<br />
"Apa Ko Indra suka?"<br />
<br />
Aku hanya dapat mengagguk. Angela kembali mengelus-elus betis, pergelangan kaki, sampai jari-jari kakinya. Benar-benar pemandangan yang tidak ada bandingannya. Dia sengaja merangsangku.<br />
<br />
Dengan perlahan-lahan dan anggun jari-jari mungilnya menarik simpul tali sepatunya yang terletak di tengah-tengah betisnya. Tali tersebut diletakan dengan lembut olehnya. Ujung kakinya ia kuncupkan dan perlahan-lahan ditarik mundur dari sepatunya. Ujung kakinya di daratkan di lantai dan kedua tangannya membelai dan memijat-mijat kecil tumit dan telapak kakinya. Kembali ia melihatku sambil tersenyum nakal. Ia berbalik ke arah kiri dan hal yang sama ia ulangi sekali lagi untuk kaki kirinya.<br />
<br />
Penisku makin bertambah keras dan basah melihat pertunjukan erotis angela. Ia berdiri, baju baby doll putihnya ia angkat setinggi pinggang. Pantyhose putih transparannya yang sexy membuat mataku berkunang-kunang dan penisku meronta-ronta untuk dapat masuk ke dalam vagina Angela dan bersetubuh dengannya habis-habisan. Itulah rencana balas dendam ku karena angela telah dengan sengaja menggoda dan membuatku demikian terangsang.<br />
<br />
Angela membelakangiku dan membungkuk sehingga pantatnya tepat di depan mataku. Ia turunkan pantyhose putihnya pelan-pelan. Ketika Pantyhosenya telah melewati selangkangannya, dengan jelas dapat kulihat vaginanya yang berwarna merah muda diseliputi oleh cairan hornynya yang membuatku ketagihan, dan mekar Dengan indah. Aku yakin Angela juga merasa terangsang dengan pertunjukan solonya. Satu persatu Kakinya diangkat dan keluar dari lapisan pantyhosenya. Setelah itu Angela melemparkannya ke ranjang di sebelahku.<br />
<br />
Ia mengambil Pantyhose berwarna hitam transparan (ultra sheer) dan memasukan tangannya ke kaki bagian kanan pantyhose tersebut, ia raih ujungnya dan ia tarik ke atas. Angela kembali duduk di ujung bangku. Ia masukan ujung kaki kanannya ke dalam pantyhose dan tanganya menarik pantyhose itu ke atas mengikuti lekuk tumit dan betisnya sampai lutut. Dengan cara yang sama ia lakukan lagi dengan kaki kirinya sambil melihat kudengan tatapan penuh dengan nafsu. Pantyhose di tarik ke atas sampai ke pinggangnya. Angela merapikan pantyhosenya mulai dari ujung kaki sampai ke pangkal pahanya.<br />
<br />
Penisku rasanya ingin meledak saat itu juga. Setelah rapi ia mengambil sepatu tali hitam dengan tumit tinggi dan memakainya dengan sensual. Ia jilat bibirnya untuk menggoda ku. Entah sudah berapa banyak cairan kenikmatanku mengalir. Baju babydoll nya ia rapikan kemudian dengan gaya seperti seorang peragawati Angela berjalan lenggak-lenggok di hadapanku.<br />
<br />
Angela memang pernah menjadi model dan masuk TV. Warna hitam pantyhosenya tipis sekali sehingga hanya meninggalkan aksen hitam pada kakinya yang panjang. Dua pasang, tiga pasang.. Yang ketiga adalah sebuah stocking berwarna kulit sangat transparan yang terbuat dari bahan yang halus sekali. Saat ini juga, Angela telah telanjang bulat. Penis dan selangkanganku sudah basah total. Pikiranku hanya terfokus pada Angela bidadariku. Kuperhatikan wajahnya yang cantik dan manis seperti sedang menahan sesuatu. Setiap pasang pantyhose yang telah ia pakai semuanya meninggalkan bercak basah pada selangkangannya.<br />
<br />
Stocking yang ia kenakan tidak dapat menahan cairan manisnya sehingga dengan sinar matahari sore aku dapat melihat dengan jelas ujung stocking bagian atas berwarna lebih gelap seperti terkena air. Tidak lain dapat kusimpulkan cairan itu berasal dari vagina Angela yang sudah sangat sensitif dan horny.<br />
<br />
"Angela.."<br />
<br />
Ia datang menghampiriku. Langsung kudekap dan kutidurkan Angela di atas ranjang. Kucumbu dengan penuh nafsu pelampiasan dan tangan kiriku mendarat di selangkangannya yang sudah banjir. Kuelus-elus bibir-bibir vaginanya.<br />
<br />
Angela mendesah dan bergetar. Kukonsentrasikan jari tengahku pada klitorisnya. Kutekan dengan sedikit kencang dan kugetarkan tanganku. Angela mendesah dengan kencang dan dalam hitungan detik seluruh tubuh Angela menggeliat hebat dan otot-otot pinggulnya bergetar dengan kencang.<br />
<br />
"Ko Indra..!" Angela meneriakan namaku.<br />
<br />
Gelombang demi gelombang orgasme klitoris Angela membuktikan betapa nikmatnya kenikmatan seksual. Setelah hampir satu menit, orgasmenya mulai mereda. Ia menatapku dengan penuh kasih. Kumasukan jariku ke dalam vaginanya dan mencari titik G spotnya. Badannya kembali menggeliat dan desahan yang keluar bagaikan musik erotis di telingaku. Dengan variasi tekanan kurangsang daerah G spotnya.<br />
<br />
Sampai pada akhirnya meledaklah orgasmenya. Kukulum payudaranya dan kuhisap kencang-kencang. Otot-otot dinding vaginanya berkontraksi kencang sekali mendorong jariku. Kupertahankan posisiku dan Angela meronta-ronta dalam kenikmatan orgasme yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Cairan yang hangat mengalir keluar dari dalam vaginanya. Aku berpindah posisi dan mengulum vaginanya dan madu murni yang keluar dari dalam. Lidahku kujulurkan dan merangsang kembali G spotnya. Angela kembali bergetar tiada henti. Cairan hangat itu kembali keluar tiada habis. Kuhisap dan kutelan semuanya.<br />
<br />
Setelah puas, aku mengangkat kedua kakinya yang sudah lemas ke pundakku. Kepalaku berada di tengah-tengah kakinya. Kumasukan penisku. Mulutnya terbuka lebar namun tidak ada suara. Penisku menemukan surga didalam vaginanya. Kutarik keluar dan masuk lagi dengan lembut dan stabil. Ku belai dan elus kedua kakinya yang terbungkus stocking yang lembut dan seksi. Angela dengan pasrah menikmati percintaan ini. Matanya terpejam dan nafasnya pendek dan cepat. Aku juga tidak akan dapat bertahan lama setelah semua rangsangan visual yang ia berikan, namun aku mencoba untuk bertahan.<br />
<br />
Vaginanya yang sudah terlalu sensitif langsung meledak lagi. Aku sudah tidak dapat bertahan lebih lama lagi, karena dinding-dinding vaginanya meremas-remas penisku. Ku tarik penisku dan memasukannya ke dalam mulut Angela. Dengan setia ia menerima semua semburan orgasme ku dan menghabiskan madu ku. Badanku bergetar dan mendesah nikmat.<br />
<br />
Angela membuka matanya dan menatapku dengan manis. Aku tahu dia pasti kelelahan karena mengalami orgasme kuat secara berturut-turut. Setelah bersih kukeluarkan penisku, namun Angela menolaknya. Dengan segenap tenaganya ia berbalik dan membaringkan aku di atas ranjang. Bidadariku terus memberikan oral pada kejantananku yang tetap keras. Lidahnya menelusuri seluruh bagian dari batang penisku. Makin lama Angela semakin fasih meng-oral seks penisku. Kuganjal kepalaku dengan beberapa buah bantal agar dapat melihat pemandangan yang indah ini. Bidadari cantik ku benar-benar sangat menikmati dan menyukainya.<br />
<br />
Aku tidak ingin sensasi dan waktu ini berlalu. Aku benar-benar laki-laki yang beruntung. Menit-menitpun berlalu tanpa terasa. Orgasme kuat kembali mengambil alih tubuh dan pikiranku. Kali ini Angela sengaja mengumpulkan madu orgasmeku di dalam mulutnya, kemudian ia bermain-main dengan penisku dan spermaku. Hasilnya penisku berlumuran madu putihku. Sambil tersenyum dan memandangku ia menjilat dan menghisap habis semua madu yang berceceran. Meskipun telah berorgasme dan ejakulasi berkali-kali kejantananku masih menolak untuk istirahat dan tetap horny. Aku tidak mungkin melanjutkannya lagi karena Angela sudah lelah. Dia tertidur dengan senyum puas di dadaku.<br />
<br />
Setelah berselang beberapa menit,<br />
<br />
"Ko Indra.."<br />
"Iya sayang.." jawabku sambil membelai rambut dan pipinya.<br />
"Cerita dong.."<br />
"Cerita apa?"<br />
"Cerita kenapa Ko Indra suka sekali sama pantyhose."<br />
"Wah kalau diinget-inget sih sudah lumayan lama juga. Yang pasti pertama kali aku merasakan yang namanya stocking itu waktu aku masih SD, kira-kira kelas satu atau dua. Adik terkecil dari ibuku yang tinggal di medan sedang berkujung ke Jakarta. Dia menginap di rumahku. Suatu hari kami sedang berada di dalam mobil, aku duduk di sebelahnya. Secara tidak sengaja kakiku menyenggol betisnya. Sentuhan pertama itu bagaikan perkenalan dengan sebuah sensasi yang tidak dapat kulupakan. Tanteku memakai stocking berwarna kulit. Sepanjang perjalanan kakiku selalu menempel dengan kakinya dan sesekali mengelus-elusnya. Dia tidak mengatakan apa-apa mungkin karena aku masih kecil dan iseng. Setelah itu aku tidak pernah dapat melupakan perasaan itu."<br />
"Terus.."<br />
"Ketika aku tumbuh makin besar aku mulai suka memperhatikan perempuan-perempuan yang memakai stocking dan pantyhose, dan penisku langsung berdiri dengan tegak. Rasa nafsu dan horny menguasai pikiranku. Ketika sampai di rumah dan tidak ada yang memperhatikan, aku bermain-main dengan penisku sambil membayangkan bercinta dengan perempuan yang memakai pantyhose/stocking tadi."<br />
<br />
Angela tersenyum dan tangannya bermain-main dengan penisku yang masih keras.<br />
<br />
"Semakin lama aku semakin kecanduan, akhirnya dengan menahan malu aku nekat membeli sepasang pantyhose di supermarket terdekat. Kubawa pulang dan langsung kukenakan. Penisku menjulang tinggi, ketika kakiku saling bersentuhan, rasanya aku langsung mabuk kepayang. Benar-benar sensual. Kukeluarkan penisku dan aku bermasturbasi."<br />
<br />
Angela membuka matanya dan menatap wajahku dengan penuh rasa ingin tahu, sambil me-masturbasikan penisku.<br />
<br />
"Seperti ini?" tanya Angela.<br />
<br />
Kakinya digosok-gosokkan ke kakiku. Setiap gesekan menimbulkan gelombang-gelombang listrik kenikmatan ke seluruh badanku.<br />
<br />
"Akhirnya aku mempunyai banyak koleksi pantyhose dan stocking namun yang benar-benar bagus dan enak dipakai hanya beberapa merk. Aku juga suka mencari gambar-gambar model yang memakai pantyhose maupun stocking atau lingerie di internet. Aku selalu bermasturbasi dengan koleksi-koleksiku. Kelihatannya ceritaku membuat Angela horny. Sekarang ini ia sedang menjilati putingku.<br />
<br />
"Semua teman wanita yang kukenal tidak ada yang suka memakai pantyhose atau stocking. Aku suka sekali pergi ke pameran mobil berskala besar karena SPG nya cantik-cantik dan hampir semuanya memakai pantyhose. Sampai akhirnya aku melihat kamu memakai kemeja lengan pendek putih, rok coklat dan pantyhose. Rasanya aku ingin langsung bercinta dengan Adik teman baikku ini."<br />
<br />
Angela meninggalkan putingku dan mengulum mulutku, tangannya semakin agresif memainkan penisku.<br />
<br />
"Bagaimana dengan Angela, kelihatannya kamu juga suka."<br />
"Sama seperti Ko Indra.. Pertamanya aku tidak begitu suka, namun karena iseng maka aku membeli sepasang. Ketika aku memakainya, rasanya aku sedang terbang dan tubuhku terbuai. Vaginaku rasanya seperti sedang bergetar. Akhirnya aku beli lagi beberapa pasang dan aku sangat menyukainya. Bekas cowoku yang tolol itu tidak suka. Aku tahu Ko Indra melihat aku dengan penuh nafsu, dan entah kenapa aku tidak merasa aneh atau takut. Ketika Ko Indra memegang pahaku, rasanya seluruh badanku menjadi lemas dan nyaman. Akhirnya aku sadar kalau aku juga menyukai pantyhose. Apa Ko Indra sudah sering melakukan ini?"<br />
"Belum, percaya atau tidak Angela adalah yang pertama."<br />
"Lebih enak mana sama masturbasi?"<br />
"Tentu saja lebih enak bercinta dengan Angela."<br />
<br />
Tiba-tiba Angela bangkit dan mencari sesuatu di lantai. Semua pantyhose yang ada di taruh di atas tubuhku. Tubuhku bergetar merasakan sentuhan lembut dari pantyhose yang lembut. Angela mengambil sebuah stocking berwarna putih transparan, kemudian menyarungkannya ke penisku. Getaran-getaran erotis menghujani kejantananku ketika stocking tersebut bergesekan dengan penisku. Sekarang celah kecil pada ujung kejantananku bertemu dengan garis jahitan pada ujung kaki stocking. Garis itu dengan lembut membelah celah kepala penisku.<br />
<br />
"Stocking kondom." seru Angela dengan senyumnya yang manja.<br />
<br />
Stocking tersebut ditarik agak kencang sehingga membaluti seluruh bagian penisku seperti sebuah kondom. Lidah Angela terjulur dan menjilati kepala penisku yang terbalut dengan kondom stocking. Rasanya beda dengan biasanya. Tidak lama kemudian kepala penisku pun hilang di dalam mulutnya yang seksi. Aku benar-benar tersesat dalam jalan kenikmatan duniawi yang tak terbayangkan. Permainan mulut dan lidah angela tetap tidak berkurang nikmatnya, malah bertambah nikmat. Aku terus mengerang nikmat.<br />
<br />
Kuarahkan Angela pada posisi doggy style. Sambil memegang ujung Stocking pada pangkal penisku, ku masukan kejantananku ke dalam liang cintanya. Vaginanya yang sudah kebanjiran menerima penisku tanpa gesekan yang berarti. Namun, tetap saja terasa berbeda. Aku tidak dapat menenggelamkan seluruh batang penisku, karena terhalang tanganku yang memegangi kondom stocking agar tidak lepas. Tidak kusangka Angela mengalami orgasme secepat ini. Badannya bergetar hebat dan otot-otot vaginanya menjepit erat kejantananku. Kutarik keluar penisku dan stocking kondomku benar-benar basah akan cairan cinta Angela.<br />
<br />
Kuposisikan Angela sehingga dia yang berada di atas dan mulai bercumbu. Setelah beberapa saat, aku arahkan penisku ke dalam vaginanya. Angela memejamkan matanya dan merasakan kejantananku memenuhi seluruh ruangan di dalam lembah kenikmatannya. Angela mengulum telinga dan leher bagian kiriku yang sensitif. Kupegang pinggulnya dan kuangkat naik-turun. Setelah beberapa kali, Angela langsung melakukan gerakan memompa itu sendiri. Lama-lama makin cepat. Ia mengangkat pundaknya dan bertumpu pada kedua tangannya. Ia merasakan rangsangan yang luar biasa karena dalam posisi ini ia dapat dengan mudah merangsang G spotnya.<br />
<br />
Kuputuskan untuk membantu Angela mempercepat prosesnya. Ku tarik dan kutekan pinggulku ke bawah saat pinggul Angela terangkat dan ketika pinggulnya turun, langsung ku sodok ke atas. Angela mendesah tiada hentinya. Angela benar-benar mendapatkan rangsangan ganda, karena batang penisku menggesek-gesek klitorisnya dan kepala penisku memberikan tekanan yang mantap pada daerah G spotnya.<br />
<br />
"Oh.. Ko Indra.." kutatap wajahnya yang manis yang sedang merasakan getaran-getaran ekstasi yang hebat.<br />
<br />
Bunyi 'plak-plak' terdengar nyaring setiap kali selangkangan kami bertemu. Penisku tertarik keluar sampai ke ujungnya, kemudian langsung melesat ke dalam dengan cepat.<br />
<br />
"Ko.. Indra.. Nanti.. Keluarin.. Di dalam ya.."<br />
"Nanti kalau hamil bagaimana?"<br />
"Lagi masa.. tidak subur.."<br />
<br />
Aku semakin terpacu dan bersemangat, Bidadariku menginginkan aku ejakulasi di dalam vaginanya. Saat ini penisku pun sudah benar-benar dalam keadaan yang sangat sensitif.<br />
<br />
"Ko Indra.. Aku sudah.. nggak tahan lagi.."<br />
"Sebentar ya.. Tahan sedikit lagi.."<br />
<br />
Aku menginginkan kami mencapai orgasme bersama-sama. Beberapa saat kemudian,<br />
<br />
"Ko Indra.. Argh.."<br />
"Angela.."<br />
<br />
Secara bersamaan kami mencapai puncak kenikmatan duniawi bersama-sama. Pinggulku terangkat ke atas dan pinggulnya menekan ke bawah dengan sepenuh tenaga, sehingga kejantananku tertanam dalam lembah cintanya dalam-dalam. Sebuah gelombang orgasme yang panjang mengawali puncak kenikmatan kami. Angela berteriak seiring dengan gelombang pasang naik orgasmenya yang dahsyat. Orgasme yang kami rasakan serasa tiada habis-habisnya. Penisku mengeluarkan madu putihku terus menerus karena diperah oleh otot-otot vaginanya yang terus berkontraksi. Angela pun merasakan hal yang sama, orgasmenya serasa tiada akhir.<br />
<br />
Akhirnya Angela roboh kehabisan tenaga dan jatuh di dalam pelukanku. Nafasnya masih memburu dan keringat membasahi sekujur tubuhnya. Kami saling berpelukan tanpa memisahkan diri. Kubelai-belai punggung dan kepalanya.<br />
<br />
"Angela.. Kamu benar-benar hebat.. Tidak kusangka kita bisa berorgasme sepanjang dan selama ini.." pujiku.<br />
"Ko Indra yang hebat.. Aku benar-benar beruntung.. Ini adalah pengalaman seks ku yang paling hebat.."<br />
<br />
Kubelai Angeladengan penuh kasih sayang. Tidak lama kemudian kami masuk kamar mandi bersama-sama. Air pancuran yang hangat membawa kesegaran yang menenangkan. Ku gosok tubuh Angela yang mungil dengan sabun. Ia pun melakukan hal yang sama. Tanganku meluncur di atas tubuhnya yang licin dan basah. Payudaranya tidak dapat kuremas karena licinnya sabun. Tubuhku kembali diselimuti dengan perasaan erotis yang sensual. Tidak dapat dihindari lagi, kejantananku langsung terpanggil dan menyahut dengan siaga.<br />
<br />
"Ko Indra.." seru Angela dengan nada yang takjub.<br />
"Masa Ko Indra terangsang lagi? Padahal kan tadi kita sudah ML begitu lama, dan Ko Indra pun sudah orgasme beberapa kali. Masa sekarang sudah ereksi lagi?"<br />
<br />
Angela membelai-belai penisku yang masih diselimuti oleh sabun.<br />
<br />
"Angela sayang, ini semua gara-gara Angela. Siapa suruh Angela begitu cantik dan seksi, sampai Adik kecil pun tidak dapat menahan nafsu. Apa Angela suka?"<br />
"Tentu saja aku sayang sekali dengan si kecil yang perkasa, yang sudah membuatku orgasme berkali-kali dan merasakan kenikmatan yang tidak ada bandingannya."<br />
<br />
Angela segera membersihkan sabun yang ada pada kejantananku. Tanganku meremas-remas vaginanya sambil membersihkan sisa-sisa sabun. Raut wajah Angela terlihat penuh dengan antisipasi atas apa yang akan berikutnya terjadi. Setelah bersih, Angela langsung mengarahkan penisku ke vaginanya. Kejantananku berada di dalam kenikmatan duniawi yang hangat dan basah. Di bawah siraman air hangat kembali kami bersetubuh dengan penuh nafsu.<br />
<br />
Desahan manja dan kenimatan bercampur menciptakan rangsangan exotis. Irama persetubuhan kami makin lama makin cepat. Angela memeluk tubuhku erat-erat supaya tidak jatuh lemas. Dengan kaki kanannya yang kutahan dengan lenganku, penisku meluncur jauh ke dalam dan keluar sampai ke ujungnya. bagaikan koreografi pada sebuah film yang berkualitas, kami mengalami puncak kenikmatan secara bersama-sama. Suara desahan meluncur keluar, tubuhku bergetar dengan hebat. Seperti yang telah Angela antisipasi sebelumnya, kenikmatan orgasmenya menguasai semua akal sehatnya. Di dalam hatinya, ia telah menyerahkan tubuhnya, perasaannya, semuanya untuk kenikmatan yang telah kuberikan.<br />
<br />
Saat-saatku bersama dengan Angela adalah romantika yang indah penuh dengan nafsu. Kami masih sering bertemu dan bersetubuh dengan hebat dan liar.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-41295433288070483802011-01-10T15:36:00.000+07:002011-01-10T15:36:51.502+07:00Bercinta Dengan Pemilik Kos<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Cerita Panas ini </span><span lang="PT-BR">bermula waktu umurku masih 23 tahun. Aku duduk di tingkat akhir suatu perguruan tinggi teknik di kota Bandung. </span><span lang="SV">Wajahku ganteng. Badanku tinggi dan tegap, mungkin karena aku selalu berolahraga seminggu tiga kali. Teman-temanku bilang, kalau aku bermobil pasti banyak cewek cantik sexy yang dengan sukahati menempel padaku. Aku sendiri sudah punya pacar. Kami pacaran secara serius. Baik orang tuaku maupun orang tuanya sudah setuju kami nanti menikah. <a name='more'></a></span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Tempat kos-ku dan tempat kos-nya hanya berjarak sekitar 700 m. Aku sendiri sudah dipegangi kunci kamar kosnya. Walaupun demikian bukan berarti aku sudah berpacaran tanpa batas dengannya. Dalam masalah pacaran, kami sudah saling cium-ciuman, gumul-gumulan, dan remas-remasan. Namun semua itu kami lakukan dengan masih berpakaian. Toh walaupun hanya begitu, kalau “voltase’-ku sudah amat tinggi, aku dapat ‘muntah” juga. Dia adalah seorang yang menjaga keperawanan sampai dengan menikah, karena itu dia tidak mau berhubungan sex sebelum menikah. Aku menghargai prinsipnya tersebut. Karena aku belum pernah pacaran sebelumnya, maka sampai saat itu aku belum pernah merasakan memek perempuan.</span></div><span lang="SV">Pacarku seorang anak bungsu. Kecuali kolokan, dia juga seorang penakut, sehingga sampai jam 10 malam minta ditemani. Sehabis mandi sore, aku pergi ke kosnya. Sampai dia berangkat tidur. aku belajar atau menulis tugas akhir dan dia belajar atau mengerjakan tugas-tugas kuliahnya di ruang tamu. Kamar kos-nya sendiri berukuran cukup besar, yakni 3mX6m. Kamar sebesar itu disekat dengan triplex menjadi ruang tamu dengan ukuran 3mX2.5m dan ruang tidur dengan ukuran 3mX3.5m. Lobang pintu di antara kedua ruang itu hanya ditutup dengan kain korden.</span><br />
<span lang="SV">lbu kost-nya mempunyai empat anak, semua perempuan. Semua manis-manis sebagaimana kebanyakan perempuan Sunda. Anak yang pertama sudah menikah, anak yang kedua duduk di kelas 3 SMA, anak ketiga kelas I SMA, dan anak bungsu masih di SMP. Menurut desas-desus yang sampai di telingaku, menikahnya anak pertama adalah karena hamil duluan. Kemudian anak yang kedua pun sudah mempunyai prestasi. Nama panggilannya Ika. Dia dikabarkan sudah pernah hamil dengan pacarya, namun digugurkan. Menurut penilaianku, Ika seorang playgirl. Walaupun sudah punya pacar, pacarnya kuliah di suatu politeknik, namun dia suka mejeng dan menggoda laki-laki lain yang kelihatan keren. Kalau aku datang ke kos pacarku, dia pun suka mejeng dan bersikap genit dalam menyapaku.</span><br />
<span lang="SV">lka memang mojang Sunda yang amat aduhai. Usianya akan 18 tahun. Tingginya 160 cm. Kulitnya berwarna kuning langsat dan kelihatan licin. Badannya kenyal dan berisi. Pinggangnya ramping. Buah dadanya padat dan besar membusung. Pinggulnya besar, kecuali melebar dengan indahnya juga pantatnya membusung dengan montoknya. Untuk gadis seusia dia, mungkin payudara dan pinggul yang sudah terbentuk sedemikian indahnya karena terbiasa dinaiki dan digumuli oleh pacarnya. Paha dan betisnya bagus dan mulus. Lehernya jenjang. Matanya bagus. Hidungnya mungil dan sedikit mancung. Bibirnya mempunyai garis yang sexy dan sensual, sehingga kalau memakai lipstik tidak perlu membuat garis baru, tinggal mengikuti batas bibir yang sudah ada. Rambutnya lebat yang dipotong bob dengan indahnya.</span><br />
<span lang="SV">Sore itu sehabis mandi aku ke kos pacarku seperti biasanya. Di teras rumah tampak Ika sedang mengobrol dengan dua orang adiknya. Ika mengenakan baju atas ‘you can see’ dan rok span yang pendek dan ketat sehingga lengan, paha dan betisnya yang mulus itu dipertontonkan dengan jelasnya.</span><br />
<span lang="SV">“Mas Bob, ngapel ke Mbak Dina? Wah… sedang nggak ada tuh. Tadi pergi sama dua temannya. Katanya mau bikin tugas,” sapa Ika dengan centilnya.</span><br />
<span lang="SV">“He… masa?” balasku.</span><br />
<span lang="SV">“Iya… Sudah, ngapelin Ika sajalah Mas Bob,” kata Ika dengan senyum menggoda. Edan! Cewek Sunda satu ini benar-benar menggoda hasrat. Kalau mau mengajak beneran aku tidak menolak nih, he-he-he…</span><br />
<span lang="SV">“Ah, neng Ika macam-macam saja…,” tanggapanku sok menjaga wibawa. “Kak Dai belum datang?”</span><br />
<span lang="SV">Pacar Ika namanya Daniel, namun Ika memanggilnya Kak Dai. Mungkin Dai adalah panggilan akrab atau panggilan masa kecil si Daniel. Daniel berasal dan Bogor. Dia ngapeli anak yang masih SMA macam minum obat saja. Dan pulang kuliah sampai malam hari. Lebih hebat dan aku, dan selama ngapel waktu dia habiskan untuk ngobrol. Atau kalau setelah waktu isya, dia masuk ke kamar Ika. Kapan dia punya kesempatan belajar?</span><br />
<span lang="SV">“Wah… dua bulan ini saya menjadi singgel lagi. Kak Dai lagi kerja praktek di Riau. Makanya carikan teman Mas Bob buat menemani Ika dong, biar Ika tidak kesepian… Tapi yang keren lho,” kata Ika dengan suara yang amat manja. Edan si playgirl Sunda mi. Dia bukan tipe orang yang ngomong begitu bukan sekedar bercanda, namun tipe orang yang suka nyerempet-nyerempet hat yang berbahaya.</span><br />
<span lang="SV">“Neng Ika ini… Nanti Kak Dainya ngamuk dong.”</span><br />
<span lang="SV">“Kak Dai kan tidak akan tahu…”</span><br />
<span lang="SV">Aku kembali memaki dalam hati. Perempuan Sunda macam Ika ini memang enak ditiduri. Enak digenjot dan dinikmati kekenyalan bagian-bagian tubuhnya.</span><br />
<span lang="SV">Aku mengeluarkan kunci dan membuka pintu kamar kos Dina. </span><span lang="PT-BR">Di atas meja pendek di ruang tamu ada sehelai memo dari Dina. </span><span lang="SV">Sambil membuka jendela ruang depan dan ruang tidur, kubaca isi memo tadi. ‘Mas Bobby, gue ngerjain tugas kelompok bersama Niken dan Wiwin. Tugasnya banyak, jadi gue malam ini tidak pulang. Gue tidur di rumah Wiwin. Di kulkas ada jeruk, ambil saja. Soen sayang, Dina’</span><br />
<span lang="SV">Aku mengambil bukuku yang sehari-harinya kutinggal di tempat kos Di. Sambil menyetel radio dengan suara perlahan, aku mulai membaca buku itu. Biarlah aku belajar di situ sampai jam sepuluh malam.</span><br />
<span lang="SV">Sedang asyik belajar, sekitar jam setengah sembilan malam pintu diketok dan luar. Tok-tok-tok…</span><br />
<span lang="SV">Kusingkapkan korden jendela ruang tamu yang telah kututup pada jam delapan malam tadi, sesuai dengan kebiasaan pacarku. Sepertinya Ika yang berdiri di depan pintu.</span><br />
<span lang="SV">“Mbak Di… Mbak Dina…,” terdengar suara Ika memanggil-manggil dan luar. Aku membuka pintu.</span><br />
<span lang="SV">“Mbak Dina sudah pulang?” tanya Ika.</span><br />
<span lang="SV">“Belum. Hari ini Dina tidak pulang. Tidur di rumah temannya karena banyak tugas. Ada apa?”</span><br />
<span lang="SV">“Mau pinjam kalkulator, mas Bob. Sebentar saja. Buat bikin pe-er.”</span><br />
<span lang="SV">“Ng… bolehlah. Pakai kalkulatorku saja, asal cepat kembali.”</span><br />
<span lang="SV">“Beres deh mas Bob. Ika berjanji,” kata Ika dengan genit. Bibirnya tersenyum manis, dan pandang matanya menggoda menggemaskan.</span><br />
<span lang="SV">Kuberikan kalkulatorku pada Ika. Ketika berbalik, kutatap tajam-tajam tubuhnya yang aduhai. Pinggulnya yang melebar dan montok itu menggial ke kiri-kanan, seolah menantang diriku untuk meremas-remasnya. Sialan! Kontholku jadi berdiri. Si ‘boy-ku ini responsif sekali kalau ada cewek cakep yang enak digenjot.</span><br />
<span lang="SV">Sepeninggal Ika, sesaat aku tidak dapat berkonsentrasi. Namun kemudian kuusir pikiran yang tidak-tidak itu. Kuteruskan kembali membaca textbook yang menunjang penulisan tugas sarjana itu.</span><br />
<span lang="SV">Tok-tok-tok! Baru sekitar limabelas menit pintu kembali diketok.</span><br />
<span lang="PT-BR">“Mas Bob… Mas Bob…,” terdengar Ika memanggil lirih.</span><br />
<span lang="SV">Pintu kubuka. Mendadak kontholku mengeras lagi. Di depan pintu berdiri Ika dengan senyum genitnya. Bajunya bukan atasan ‘you can see’ yang dipakai sebelumnya. Dia menggunakan baju yang hanya setinggi separuh dada dengan ikatan tali ke pundaknya. Baju tersebut berwarna kuning muda dan berbahan mengkilat. Dadanya tampak membusung dengan gagahnya, yang ujungnya menonjol dengan tajam dan batik bajunya. Sepertinya dia tidak memakai BH. Juga, bau harum sekarang terpancar dan tubuhnya. Tadi, bau parfum harum semacam ini tidak tercium sama sekali, berarti datang yang kali ini si Ika menyempatkan diri memakai parfum. Kali ini bibirnya pun dipolesi lipstik pink.</span><br />
<span lang="SV">“Ini kalkulatornya, Mas Bob,” kata Ika manja, membuyarkan keterpanaanku.</span><br />
<span lang="SV">“Sudah selesai. Neng Ika?” tanyaku basa-basi.</span><br />
<span lang="SV">“Sudah Mas Bob, namun boleh Ika minta diajari Matematika?”</span><br />
<span lang="SV">“0, boleh saja kalau sekiranya bisa.”</span><br />
<span lang="SV">Tanpa kupersilakan Ika menyelonong masuk dan membuka buku matematika di atas meja tamu yang rendah. Ruang tamu kamar kos pacarku itu tanpa kursi. Hanya digelari karpet tebal dan sebuah meja pendek dengan di salah satu sisinya terpasang rak buku. Aku pun duduk di hadapannya, sementara pintu masuk tertutup dengan sendirinya dengan perlahan. Memang pintu kamar kos pacarku kalau mau disengaja terbuka harus diganjal potongan kayu kecil.</span><br />
<span lang="SV">“Ini mas Bob, Ika ada soal tentang bunga majemuk yang tidak tahu cara penyelesaiannya.” Ika mencari-cari halaman buku yang akan ditanyakannya.</span><br />
<span lang="SV">Menunggu halaman itu ditemukan, mataku mencari kesempatan melihat ke dadanya. Amboi! Benar, Ika tidak memakai bra. Dalam posisi agak menunduk, kedua gundukan payudaranya kelihatan sangat jelas. Sungguh padat, mulus, dan indah. Kontholku terasa mengeras dan sedikit berdenyut-denyut.</span><br />
<span lang="SV">Halaman yang dicari ketemu. Ika dengan centilnya membaca soal tersebut. Soalnya cukup mudah. Aku menerangkan sedikit dan memberitahu rumusnya, kemudian Ika menghitungnya. Sambil menunggu Ika menghitung, mataku mencuri pandang ke buah dada Ika. Uhhh… ranum dan segarnya.</span><br />
<span lang="SV">“Kok sepi? Mamah, Ema, dan Nur sudah tidur?” tanyaku sambil menelan ludah. Kalau bapaknya tidak aku tanyakan karena dia bekerja di Cirebon yang pulangnya setiap akhir pekan.</span><br />
<span lang="SV">“Sudah. Mamah sudah tidur jam setengah delapan tadi. Kemudian Erna dan Nur berangkat tidur waktu Ika bermain-main kalkulator tadi,” jawab Ika dengan tatapan mata yang menggoda.</span><br />
<span lang="SV">Hasratku mulai naik. Kenapa tidak kusetubuhi saja si Ika. Mumpung sepi. Orang-orang di rumahnya sudah tidur. Kamar kos sebelah sudah sepi dan sudah mati lampunya. Berarti penghuninya juga sudah tidur. Kalau kupaksa dia meladeni hasratku, tenaganya tidak akan berarti dalam melawanku. Tetapi mengapa dia akan melawanku? jangan-jangan dia ke sini justru ingin bersetubuh denganku. Soal tanya Matematika, itu hanya sebagai atasan saja. Bukankah dia menyempatkan ganti baju, dari atasan you can see ke atasan yang memamerkan separuh payudaranya? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan tidak memakai bra? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan memakai parfum dan lipstik? Apa lagi artinya kalau tidak menyodorkan din?</span><br />
<span lang="SV">Tiba-tiba Ika bangkit dan duduk di sebelah kananku.</span><br />
<span lang="SV">“Mas Bob… ini benar nggak?” tanya Ika.</span><br />
<span lang="SV">Ada kekeliruan di tengah jalan saat Ika menghitung. Antara konsentrasi dan menahan nafsu yang tengah berkecamuk, aku mengambil pensil dan menjelaskan kekeliruannya. Tiba-tiba Ika lebih mendekat ke arahku, seolah mau memperhatikan hal yang kujelaskan dan jarak yang lebih dekat. Akibatnya… gumpalan daging yang membusung di dadanya itu menekan lengan tangan kananku. Terasa hangat dan lunak, namun ketika dia lebih menekanku terasa lebih kenyal.</span><br />
<span lang="SV">Dengan sengaja lenganku kutekankan ke payudaranya.</span><br />
<span lang="SV">“Ih… Mas Bob nakal deh tangannya,” katanya sambil merengut manja. Dia pura-pura menjauh.</span><br />
<span lang="SV">“Lho, yang salah kan Neng Ika duluan. Buah dadanya menyodok-nyodok lenganku,” jawabku.</span><br />
<span lang="SV">lka cemberut. Dia mengambil buku dan kembali duduk di hadapanku. Dia terlihat kembali membetulkan yang kesalahan, namun menurut perasaanku itu hanya berpura-pura saja. Aku merasa semakin ditantang. Kenapa aku tidak berani? Memangnya aku impoten? Dia sudah berani datang ke sini malam-malam sendirian. Dia menyempatkan pakai parfum. Dia sengaja memakai baju atasan yang memamerkan gundukan payudara. Dia sengaja tidak pakai bra. Artinya, dia sudah mempersilakan diriku untuk menikmati kemolekan tubuhnya. Tinggal aku yang jadi penentunya, mau menyia-siakan kesempatan yang dia berikan atau memanfaatkannya. Kalau aku menyia-siakan berarti aku band!</span><br />
<span lang="SV">Aku pun bangkit. Aku berdiri di atas lutut dan mendekatinya dari belakang. </span><span lang="PT-BR">Aku pura-pura mengawasi dia dalam mengerjakan soal. Padahal mataku mengawasi tubuhnya dari belakang. </span><span lang="SV">Kulit punggung dan lengannya benar-benar mulus, tanpa goresan sedikitpun. Karena padat tubuhnya, kulit yang kuning langsat itu tampak licin mengkilap walaupun ditumbuhi oleh bulu-bulu rambut yang halus.</span><br />
<span lang="SV">Kemudian aku menempelkan kontholku yang menegang ke punggungnya. Ika sedikit terkejut ketika merasa ada yang menempel punggungnya.</span><br />
<span lang="SV">“Ih… Mas Bob jangan begitu dong…,” kata Ika manja.</span><br />
<span lang="SV">“Sudah… udah-udah… Aku sekedar mengawasi pekerjaan Neng Ika,” jawabku.</span><br />
<span lang="SV">lka cemberut. Namun dengan cemberut begitu, bibir yang sensual itu malah tampak menggemaskan. Sungguh sedap sekali bila dikulum-kulum dan dilumat-lumat. Ika berpura-pura meneruskan pekerjaannya. Aku semakin berani. Kontholku kutekankan ke punggungnya yang kenyal. Ika menggelinjang. Tidak tahan lagi. tubuh Ika kurengkuh dan kurebahkan di atas karpet. Bibirnya kulumat-lumat, sementara kulit punggungnya kuremas-remas. Bibir Ika mengadakan perlawanan, mengimbangi kuluman-kuluman bibirku yang diselingi dengan permainan lidahnya. Terlihat bahkan dalam masalah ciuman Ika yang masih kelas tiga SMA sudah sangat mahir. Bahkan mengalahkan kemahiranku.</span><br />
<span lang="SV">Beberapa saat kemudian ciumanku berpindah ke lehernya yang jenjang. Bau harum terpancar dan kulitnya. Sambil kusedot-sedot kulit lehernya dengan hidungku, tanganku berpindah ke buah dadanya. Buah dada yang tidak dilindungi bra itu terasa kenyal dalam remasan tanganku. Kadang-kadang dan batik kain licin baju atasannya, putingnya kutekan-tekan dan kupelintir-pelintir dengan jari-jari tanganku. </span><span lang="PT-BR">Puting itu terasa mengeras.</span><br />
<span lang="PT-BR">“Mas Bob Mas Bob buka baju saja Mas Bob…,” rintih Ika. Tanpa menunggu persetujuanku, jari-jari tangannya membuka Ikat pinggang dan ritsleteng celanaku. </span><span lang="SV">Aku mengimbangi, tall baju atasannya kulepas dan baju tersebut kubebaskan dan tubuhnya. Aku terpana melihat kemulusan tubuh atasnya tanpa penutup sehelai kain pun. Buah dadanya yang padat membusung dengan indahnya. Ditimpa sinar lampu neon ruang tamu, payudaranya kelihatan amat mulus dan licin. Putingnya berdiri tegak di ujung gumpalan payudara. Putingnya berwarna pink kecoklat-coklatan, sementara puncak bukit payudara di sekitarnya berwarna coklat tua dan sedikit menggembung dibanding dengan permukaan kulit payudaranya.</span><br />
<span lang="SV">Celana panjang yang sudah dibuka oleh Ika kulepas dengan segera. Menyusul. kemeja dan kaos singlet kulepas dan tubuhku. Kini aku cuma tertutup oleh celana dalamku, sementara Ika tertutup oleh rok span ketat yang mempertontonkan bentuk pinggangnya yang ramping dan bentuk pinggulnya yang melebar dengan bagusnya. Ika pun melepaskan rok spannya itu, sehingga pinggul yang indah itu kini hanya terbungkus celana dalam minim yang tipis dan berwarna pink. Di daerah bawah perutnya, celana dalam itu tidak mampu menyembunyikan warna hitam dari jembut lebat Ika yang terbungkus di dalamnya. Juga, beberapa helai jembut Ika tampak keluar dan lobang celana dalamnya.</span><br />
<span lang="SV">lka memandangi dadaku yang bidang. Kemudian dia memandang ke arah kontholku yang besar dan panjang, yang menonjol dari balik celana dalamku. Pandangan matanya memancarkan nafsu yang sudah menggelegak. Perlahan aku mendekatkan badanku ke badannya yang sudah terbaring pasrah. Kupeluk tubuhnya sambil mengulum kembali bibirnya yang hangat. Ika pun mengimbanginya. Dia memeluk leherku sambil membalas kuluman di bibirnya. Payudaranya pun menekan dadaku. Payudara itu terasa kenyal dan lembut. Putingnya yang mengeras terasa benar menekan dadaku. Aku dan Ika saling mengulum bibir, saling menekankan dada, dan saling meremas kulit punggung dengan penuh nafsu.</span><br />
<span lang="SV">Ciumanku berpindah ke leher Ika. Leher mulus yang memancarkan keharuman parfum yang segar itu kugumuli dengan bibir dan hidungku. Ika mendongakkan dagunya agar aku dapat menciumi segenap pori-pori kulit lehernya.</span><br />
<span lang="SV">“Ahhh… Mas Bob… Ika sudah menginginkannya dari kemarin… Gelutilah tubuh Ika… puasin Ika ya Mas Bob…,” bisik Ika terpatah-patah.</span><br />
<span lang="SV">Aku menyambutnya dengan penuh antusias. Kini wajahku bergerak ke arah payudaranya. Payudaranya begitu menggembung dan padat. namun berkulit lembut. Bau keharuman yang segar terpancar dan pori-porinya. Agaknya Ika tadi sengaja memakai parfum di sekujur payudaranya sebelum datang ke sini. Aku menghirup kuat-kuat lembah di antara kedua bukit payudaranya itu. Kemudian wajahku kugesek-gesekkan di kedua bukit payudara itu secara bergantian, sambil hidungku terus menghirup keharuman yang terpancar dan kulit payudara. Puncak bukit payudara kanannya pun kulahap dalam mulutku. Kusedot kuat-kuat payudara itu sehingga daging yang masuk ke dalam mulutku menjadi sebesar-besarnya. Ika menggelinjang.</span><br />
<span lang="SV">“Mas Bob… ngilu… ngilu…,” rintih Ika.</span><br />
<span lang="SV">Gelinjang dan rintihan Ika itu semakin membangkitkan hasratku. Kuremas bukit payudara sebelah kirinya dengan gemasnya, sementara puting payudara kanannya kumainkan dengan ujung lidahku. Puting itu kadang kugencet dengan tekanan ujung lidah dengan gigi. Kemudian secara mendadak kusedot kembali payudara kanan itu kuat-kuat. sementara jari tanganku menekan dan memelintir puting payudara kirinya. Ika semakin menggelinjang-gelinjang seperti ikan belut yang memburu makanan sambil mulutnya mendesah-desah.</span><br />
<span lang="SV">“Aduh mas Booob… ssshh… ssshhh… ngilu mas Booob… ssshhh… geli… geli…,” cuma kata-kata itu yang berulang-ulang keluar dan mulutnya yang merangsang.</span><br />
<span lang="SV">Aku tidak puas dengan hanya menggeluti payudara kanannya. Kini mulutku berganti menggeluti payudara kiri. sementara tanganku meremas-remas payudara kanannya kuat-kuat. Kalau payudara kirinya kusedot kuat-kuat. tanganku memijit-mijit dan memelintir-pelintir puting payudara kanannya. Sedang bila gigi dan ujung lidahku menekan-nekan puting payudara kiri, tanganku meremas sebesar-besarnya payudara kanannya dengan sekuat-kuatnya.</span><br />
<span lang="SV">“Mas Booob… kamu nakal…. ssshhh… ssshhh… ngilu mas Booob… geli…” Ika tidak henti-hentinya menggelinjang dan mendesah manja.</span><br />
<span lang="SV">Setelah puas dengan payudara, aku meneruskan permainan lidah ke arah perut Ika yang rata dan berkulit amat mulus itu. Mulutku berhenti di daerah pusarnya. Aku pun berkonsentrasi mengecupi bagian pusarnya. Sementara kedua telapak tanganku menyusup ke belakang dan meremas-remas pantatnya yang melebar dan menggembung padat. Kedua tanganku menyelip ke dalam celana yang melindungi pantatnya itu. Perlahan-lahan celana dalamnya kupelorotkan ke bawah. Ika sedikit mengangkat pantatnya untuk memberi kemudahan celana dalamnya lepas. Dan dengan sekali sentakan kakinya, celana dalamnya sudah terlempar ke bawah.</span><br />
<span lang="SV">Saat berikutnya, terhamparlah pemandangan yang luar biasa merangsangnya. Jembut Ika sungguh lebat dan subur sekali. Jembut itu mengitari bibir memek yang berwarna coklat tua. Sambil kembali menciumi kulit perut di sekitar pusarnya, tanganku mengelus-elus pahanya yang berkulit licin dan mulus. Elusanku pun ke arah dalam dan merangkak naik. Sampailah jari-jari tanganku di tepi kiri-kanan bibir luar memeknya. Tanganku pun mengelus-elus memeknya dengan dua jariku bergerak dan bawah ke atas. Dengan mata terpejam, Ika berinisiatif meremas-remas payudaranya sendiri. Tampak jelas kalau Ika sangat menikmati permainan ini.</span><br />
<span lang="SV">Perlahan kusibak bibir memek Ika dengan ibu jari dan telunjukku mengarah ke atas sampai kelentitnya menongol keluar. Wajahku bergerak ke memeknya, sementara tanganku kembali memegangi payudaranya. Kujilati kelentit Ika perlahan-lahan dengan jilatan-jilatan pendek dan terputus-putus sambil satu tanganku mempermainkan puting payudaranya.</span><br />
<span lang="SV">“Au Mas Bob… shhhhh… betul… betul di situ mas Bob… di situ… enak mas… shhhh…,” Ika mendesah-desah sambil matanya merem-melek. Bulu alisnya yang tebal dan indah bergerak ke atas-bawah mengimbangi gerakan merem-meleknya mata. Keningnya pun berkerut pertanda dia sedang mengalami kenikmatan yang semakin meninggi.</span><br />
<span lang="SV">Aku meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan-jilatan panjang dan lubang anus sampai ke kelentitnya.</span><br />
<span lang="SV">Karena gerakan ujung hidungku pun secara berkala menyentuh memek Ika. Terasa benar bahkan dinding vaginanya mulai basah. Bahkan sebagian cairan vaginanya mulai mengalir hingga mencapai lubang anusnya. Sesekali pinggulnya bergetar. Di saat bergetar itu pinggulnya yang padat dan amat mulus kuremas kuat-kuat sambil ujung hidungku kutusukkan ke lobang memeknya.</span><br />
<span lang="SV">“Mas Booob… enak sekali mas Bob…,” Ika mengerang dengan kerasnya. Aku segera memfokuskan jilatan-jilatan lidah serta tusukan-tusukan ujung hidung di vaginanya. Semakin lama vagina itu semakin basah saja. Dua jari tanganku lalu kumasukkan ke lobang memeknya. Setelah masuk hampir semuanya, jari kubengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup terasa agar kena ‘G-spot’-nya. Dan berhasil!</span><br />
<span lang="SV">“Auwww… mas Bob…!” jerit Ika sambil menyentakkan pantat ke atas. sampai-sampai jari tangan yang sudah terbenam di dalam memek terlepas. Perut bawahnya yang ditumbuhi bulu-bulu jembut hitam yang lebat itu pun menghantam ke wajahku. Bau harum dan bau khas cairan vaginanya merasuk ke sel-sel syaraf penciumanku.</span><br />
<span lang="SV">Aku segera memasukkan kembali dua jariku ke dalam vagina Ika dan melakukan gerakan yang sama. Kali ini aku mengimbangi gerakan jariku dengan permainan lidah di kelentit Ika. Kelentit itu tampak semakin menonjol sehingga gampang bagiku untuk menjilat dan mengisapnya. Ketika kelentit itu aku gelitiki dengan lidah serta kuisap-isap perlahan, Ika semakin keras merintih-rintih bagaikan orang yang sedang mengalami sakit demam. Sementara pinggulnya yang amat aduhai itu menggial ke kiri-kanan dengan sangat merangsangnya.</span><br />
<span lang="SV">“Mas Bob… mas Bob… mas Bob…,” hanya kata-kata itu yang dapat diucapkan Ika karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi.</span><br />
<span lang="SV">Permainan jari-jariku dan lidahku di memeknya semakin bertambah ganas. Ika sambil mengerang-erang dan menggeliat-geliat meremas apa saja yang dapat dia raih. </span><span lang="PT-BR">Meremas rambut kepalaku, meremas bahuku, dan meremas payudaranya sendiri.</span><br />
<span lang="PT-BR">“Mas Bob… </span><span lang="SV">Ika sudah tidak tahan lagi… </span><span lang="PT-BR">Masukin konthol saja mas Bob… Ohhh… sekarang juga mas Bob…! Sshhh. . . ,“ erangnya sambil menahan nafsu yang sudah menguasai segenap tubuhnya.</span><br />
<span lang="PT-BR">Namun aku tidak perduli. Kusengaja untuk mempermainkan Ika terlebih dahulu. Aku mau membuatnya orgasme, sementara aku masih segar bugar. Karena itu lidah dan wajahku kujauhkan dan memeknya. Kemudian kocokan dua jari tanganku di dalam memeknya semakin kupercepat. Gerakan jari tanganku yang di dalam memeknya ke atas-bawah, sampai terasa ujung jariku menghentak-hentak dinding atasnya secara perlahan-lahan. Sementara ibu jariku mengusap-usap dan menghentak-hentak kelentitnya. Gerakan jari tanganku di memeknya yang basah itu sampai menimbulkan suara crrk-crrrk-crrrk-crrk crrrk… Sementara dan mulut Ika keluar pekikan-pekikan kecil yang terputus-putus:</span><br />
“Ah-ah-ah-ah-ah…”<br />
Sementara aku semakin memperdahsyat kocokan jari-jariku di memeknya, sambil memandangi wajahnya. <span lang="SV">Mata Ika merem-melek, sementara keningnya berkerut-kerut.</span><br />
<span lang="SV">Crrrk! Crrrk! </span>Crrek! Crek! Crek! Crok! Crok! <span lang="SV">Suara yang keluar dan kocokan jariku di memeknya semakin terdengar keras. Aku mempertahankan kocokan tersebut. Dua menit sudah si Ika mampu bertahan sambil mengeluarkan jeritan-jeritan yang membangkitkan nafsu. Payudaranya tampak semakin kencang dan licin, sedang putingnya tampak berdiri dengan tegangnya.</span><br />
<span lang="SV">Sampai akhirnya tubuh Ika mengejang hebat. Pantatnya terangkat tinggi-tinggi. Matanya membeliak-beliak. Dan bibirnya yang sensual itu keluar jeritan hebat, “Mas Booo00oob …!“ Dua jariku yang tertanam di dalam vagina Ika terasa dijepit oleh dindingnya dengan kuatnya. Seiring dengan keluar masuknya jariku dalam vaginanya, dan sela-sela celah antara tanganku dengan bibir memeknya terpancarlah semprotan cairan vaginanya dengan kuatnya. Prut! Prut! Pruttt! Semprotan cairan tersebut sampai mencapai pergelangan tanganku.</span><br />
<span lang="SV">Beberapa detik kemudian Ika terbaring lemas di atas karpet. Matanya memejam rapat. Tampaknya dia baru saja mengalami orgasme yang begitu hebat. Kocokan jari tanganku di vaginanya pun kuhentikan. Kubiarkan jari tertanam dalam vaginanya sampai jepitan dinding vaginanya terasa lemah. Setelah lemah. jari tangan kucabut dan memeknya. Cairan vagina yang terkumpul di telapak tanganku pun kubersihkan dengan kertas tissue.</span><br />
<span lang="SV">Ketegangan kontholku belum juga mau berkurang. Apalagi tubuh telanjang Ika yang terbaring diam di hadapanku itu benar-benar aduhai. seolah menantang diriku untuk membuktikan kejantananku pada tubuh mulusnya. Aku pun mulai menindih kembali tubuh Ika, sehingga kontholku yang masih di dalam celana dalam tergencet oleh perut bawahku dan perut bawahnya dengan enaknya. Sementara bibirku mengulum-kulum kembali bibir hangat Ika, sambil tanganku meremas-remas payudara dan mempermainkan putingnya. Ika kembali membuka mata dan mengimbangi serangan bibirku. Tubuhnya kembali menggelinjang-gelinjang karena menahan rasa geli dan ngilu di payudaranya.</span><br />
<span lang="SV">Setelah puas melumat-lumat bibir. wajahku pun menyusuri leher Ika yang mulus dan harum hingga akhirnya mencapai belahan dadanya. Wajahku kemudian menggeluti belahan payudaranya yang berkulit lembut dan halus, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah payudaranya. Segala kelembutan dan keharuman belahan dada itu kukecupi dengan bibirku. Segala keharuman yang terpancar dan belahan payudara itu kuhirup kuat-kuat dengan hidungku, seolah tidak rela apabila ada keharuman yang terlewatkan sedikitpun.</span><br />
<span lang="SV">Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan payudara itu. Kemudian bibirku bergerak ke atas bukit payudara sebelah kiri. Kuciumi bukit payudara yang membusung dengan gagahnya itu. Dan kumasukkan puting payudara di atasnya ke dalam mulutku. Kini aku menyedot-sedot puting payudara kiri Ika. Kumainkan puting di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit payudara di sekitar puting yang berwarna coklat.</span><br />
<span lang="SV">“Ah… ah… mas Bob… geli… geli …,“ mulut indah Ika mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. bagaikan desisan ular kelaparan yang sedang mencari mangsa.</span><br />
<span lang="SV">Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas-remas payudara kanan Ika yang montok dan kenyal itu. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada putingnya.</span><br />
<span lang="SV">“Mas Bob… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu… ngilu…”</span><br />
<span lang="SV">Aku semakin gemas. Payudara aduhai Ika itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit payudara kadang kusedot besarnya-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya putingnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil puting yang mencuat gagah di puncaknya.</span><br />
<span lang="PT-BR">“Ah… mas Bob… terus mas Bob… terus… hzzz… ngilu… ngilu…” </span><span lang="SV">Ika mendesis-desis keenakan. Hasratnya tampak sudah kembali tinggi. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kini semakin sening fnekuensinya.</span><br />
<span lang="SV">Sampai akhirnya Ika tidak kuat mehayani senangan-senangan keduaku. Dia dengan gerakan eepat memehorotkan celana dalamku hingga tunun ke paha. Aku memaklumi maksudnya, segera kulepas eelana dalamku. Jan-jari tangan kanan Ika yang mulus dan lembut kemudian menangkap kontholku yang sudah berdiri dengan gagahnya. Sejenak dia memperlihatkan rasa terkejut.</span><br />
<span lang="SV">“Edan… mas Bob, edan… Kontholmu besar sekali… Konthol pacan-pacanku dahulu dan juga konthol kak Dai tidak sampai sebesar in Edan… edan…,” ucapnya terkagum-kagum. Sambil membiankan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah payudaranya, jan-jari lentik tangan kanannya meremasremas perlahan kontholku secara berirama, seolah berusaha mencari kehangatan dan kenikmatan di hiatnya menana kejantananku. Remasannya itu mempenhebat vohtase dam rasa nikmat pada batang kontholku.</span><br />
<span lang="SV">“Mas Bob. kita main di atas kasur saja…,” ajak Ika dengan sinar mata yang sudah dikuasai nafsu binahi.</span><br />
<span lang="SV">Aku pun membopong tubuh telanjang Ika ke ruang dalam, dan membaringkannya di atas tempat tidun pacarku. Ranjang pacarku ini amat pendek, dasan kasurnya hanya terangkat sekitar 6 centimeter dari lantai. Ketika kubopong. Ika tidak mau melepaskan tangannya dari leherku. Bahkan, begitu tubuhnya menyentuh kasur, tangannya menanik wajahku mendekat ke wajahnya. Tak ayal lagi, bibirnya yang pink menekan itu melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau mengalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kuhit punggungnya yang halus mulus kuremas-remas dengan gemasnya.</span><br />
<span lang="SV">Kemudian aku menindih tubuh Ika. Kontholku terjepit di antara pangkal pahanya yang mulus dan perut bawahku sendiri. Kehangatan kulit pahanya mengalir ke batang kontholku yang tegang dan keras. Bibirku kemudian melepaskan bibir sensual Ika. Kecupan bibirku pun turun. Kukecup dagu Ika yang bagus. Kukecup leher jenjang Ika yang memancarkan bau wangi dan segarnya parfum yang dia pakai. Kuciumi dan kugeluti leher indah itu dengan wajahku, sementara pantatku mulai bergerak aktif sehingga kontholku menekan dan menggesek-gesek paha Ika. Gesekan di kulit paha yang licin itu membuat batang kontholku bagai diplirit-plirit. Kepala kontholku merasa geli-geli enak oleh gesekan-gesekan paha Ika.</span><br />
<span lang="SV">Puas menggeluti leher indah, wajahku pun turun ke buah dada montok Ika. Dengan gemas dan ganasnya aku membenamkan wajahku ke belahan dadanya, sementara kedua tanganku meraup kedua belah payudaranya dan menekannya ke arah wajahku. Keharuman payudaranya kuhirup sepuas-puasku. Belum puas dengan menyungsep ke belahan dadanya, wajahku kini menggesek-gesek memutar sehingga kedua gunung payudaranya tertekan-tekan oleh wajahku secara bergantian. Sungguh sedap sekali rasanya ketika hidungku menyentuh dan menghirup dalam-dalam daging payudara yang besar dan kenyal itu. Kemudian bibirku meraup puncak bukit payudara kiri Ika. Daerah payudara yang kecoklat-coklatan beserta putingnya yang pink kecoklat-coklatan itu pun masuk dalam mulutku. Kulahap ujung payudara dan putingnya itu dengan bernafsunya, tak ubahnya seperti bayi yang menetek susu setelah kelaparan selama seharian. Di dalam mulutku, puting itu kukulum-kulum dan kumainkan dengan lidahku.</span><br />
<span lang="SV">“Mas Bob… geli… geli …,“ kata Ika kegelian.</span><br />
<span lang="SV">Aku tidak perduli. Aku terus mengulum-kulum puncak bukit payudara Ika. Putingnya terasa di lidahku menjadi keras. Kemudian aku kembali melahap puncak bukit payudara itu sebesar-besarnya. Apa yang masuk dalam mulutku kusedot sekuat-kuatnya. Sementara payudara sebelah kanannya kuremas sekuat-kuatnya</span><br />
<span lang="SV">dengan tanganku. Hal tersebut kulakukan secara bergantian antara payudara kiri dan payudara kanan Ika. Sementara kontholku semakin menekan dan menggesek-gesek dengan beriramanya di kulit pahanya. Ika semakin menggelinjang-gelinjang dengan hebatnya.</span><br />
<span lang="SV">“Mas Bob… mas Bob… ngilu… ngilu… hihhh… nakal sekali tangan dan mulutmu… Auw! Sssh… ngilu… ngilu…,” rintih Ika. Rintihannya itu justru semakin mengipasi api nafsuku. Api nafsuku semakin berkobar-kobar. Semakin ganas aku mengisap-isap dan meremas-remas payudara montoknya. Sementara kontholku berdenyut-denyut keenakan merasakan hangat dan licinnya paha Ika.</span><br />
<span lang="SV">Akhirnya aku tidak sabar lagi. Kulepaskan payudara montok Ika dari gelutan mulut dan tanganku. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing kontholku untuk mencari liang memeknya. Kuputar-putarkan dahulu kepala kontholku di kelebatan jembut di sekitar bibir memek Ika. Bulu-bulu jembut itu bagaikan menggelitiki kepala kontholku. Kepala kontholku pun kegelian. Geli tetapi enak.</span><br />
<span lang="SV">“Mas Bob… masukkan seluruhnya mas Bob… masukkan seluruhnya… Mas Bob belum pernah merasakan memek Mbak Dina kan? Mbak Dina orang kuno… tidak mau merasakan konthol sebelum nikah. Padahal itu surga dunia… bagai terhempas langit ke langit ketujuh. mas Bob…”</span><br />
<span lang="SV">Jan-jari tangan Ika yang lentik meraih batang kontholku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu dia buka agak lebar.</span><br />
<span lang="SV">“Edan… edan… kontholmu besar dan keras sekali, mas Bob…,” katanya sambil mengarahkan kepala kontholku ke lobang memeknya.</span><br />
<span lang="SV">Sesaat kemudian kepala kontholku menyentuh bibir memeknya yang sudah basah. Kemudian dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, konthol kutekankan masuk ke liang memek. Kini seluruh kepala kontholku pun terbenam di dalam memek. Daging hangat berlendir kini terasa mengulum kepala kontholku dengan enaknya.</span><br />
<span lang="SV">Aku menghentikan gerak masuk kontholku.</span><br />
<span lang="SV">“Mas Bob… teruskan masuk, Bob… Sssh… enak… jangan berhenti sampai situ saja…,” Ika protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan kontholku hanya masuk ke lobang memeknya hanya sebatas kepalanya saja, namun kontholku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dari ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Ika menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan.</span><br />
<span lang="SV">“Sssh… sssh… enak… enak… geli… geli, mas Bob. Geli… Terus masuk, mas Bob…”</span><br />
<span lang="SV">Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara gerakan kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan… satu… dua… tiga! Kontholku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam memek Ika dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang mulus yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kulit batang kontholku bagaikan diplirit oleh bibir dan daging lobang memeknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!</span><br />
<span lang="SV">“Auwww!” pekik Ika.</span><br />
<span lang="SV">Aku diam sesaat, membiarkan kontholku tertanam seluruhnya di dalam memek Ika tanpa bergerak sedikit pun.</span><br />
<span lang="SV">“Sakit mas Bob… Nakal sekali kamu… nakal sekali kamu….” kata Ika sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya.</span><br />
<span lang="SV">Aku pun mulai menggerakkan kontholku keluar-masuk memek Ika. Aku tidak tahu, apakah kontholku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang memek Ika yang berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian kontholku yang masuk memeknya serasa dipijit-pijit dinding lobang memeknya dengan agak kuatnya. Pijitan dinding memek itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kontholku.</span><br />
<span lang="SV">“Bagaimana Ika, sakit?” tanyaku</span><br />
<span lang="SV">“Sssh… enak sekali… enak sekali… Barangmu besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang memekku…,” jawab Ika.</span><br />
<span lang="SV">Aku terus memompa memek Ika dengan kontholku perlahan-lahan. Payudara kenyalnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua putingnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku yang bidang. Kehangatan payudaranya yang montok itu mulai terasa mengalir ke dadaku. Kontholku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot memeknya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kontholku menyentuh suatu daging hangat di dalam memek Ika. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala konthol sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.</span><br />
<span lang="SV">Kemudian aku mengambil kedua kakinya yang kuning langsat mulus dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kontholku tidak tercabut dari lobang memeknya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Ika kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus mengocok memeknya perlahan dengan kontholku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku. Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan rasa nikmat di kontholku dengan mempertahankan gerakan maju-mundur perlahannya di memek Ika.</span><br />
<span lang="SV">Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah payudaranya. Masih dengan kocokan konthol perlahan di memeknya, tanganku meremas-remas payudara montok Ika. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua putingnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. Puting itu semakin mengeras, dan bukit payudara itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Ika pun merintih-rintih keenakan. Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.</span><br />
<span lang="PT-BR">“Ah… mas Bob, geli… geli… Tobat… tobat… Ngilu mas Bob, ngilu… Sssh… sssh… terus mas Bob, terus…. Edan… edan… kontholmu membuat memekku merasa enak sekali… Nanti jangan disemprotkan di luar memek, mas Bob. Nyemprot di dalam saja… aku sedang tidak subur…”</span><br />
<span lang="PT-BR">Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontholku di memek Ika.</span><br />
<span lang="SV">“Ah-ah-ah… benar, mas Bob. benar… yang cepat… Terus mas Bob, terus…”</span><br />
<span lang="SV">Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Ika. tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kontholku di memek Ika. Terus dan terus. Seluruh bagian kontholku serasa diremas-remas dengan cepatnya oleh daging-daging hangat di dalam memek Ika. Mata Ika menjadi merem-melek dengan cepat dan indahnya. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.</span><br />
<span lang="SV">“Sssh… sssh… Ika… enak sekali… enak sekali memekmu… enak sekali memekmu…”</span><br />
<span lang="SV">“Ya mas Bob, aku juga merasa enak sekali… terusss… terus mas Bob, terusss…”</span><br />
<span lang="SV">Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontholku pada memeknya. Kontholku terasa bagai diremas-remas dengan tidak karu-karuan.</span><br />
<span lang="SV">“Mas Bob… mas Bob… edan mas Bob, edan… sssh… sssh… Terus… terus… Saya hampir keluar nih mas Bob…</span><br />
<span lang="SV">sedikit lagi… kita keluar sama-sama ya Booob…,” Ika jadi mengoceh tanpa kendali.</span><br />
<span lang="SV">Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau keluar. Namun aku harus membuatnya keluar duluan. Biar perempuan Sunda yang molek satu ini tahu bahwa lelaki Jawa itu perkasa. Biar dia mengakui kejantanan orang Jawa yang bernama mas Bobby. Sementara kontholku merasakan daging-daging hangat di dalam memek Ika bagaikan berdenyut dengan hebatnya.</span><br />
<span lang="PT-BR">“Mas Bob… mas Bobby… mas Bobby…,” rintih Ika. Telapak tangannya memegang kedua lengan tanganku seolah mencari pegangan di batang pohon karena takut jatuh ke bawah.</span><br />
<span lang="SV">lbarat pembalap, aku mengayuh sepeda balapku dengan semakin cepatnya. Bedanya, dibandingkan dengan pembalap aku lebih beruntung. Di dalam “mengayuh sepeda” aku merasakan keenakan yang luar biasa di sekujur kontholku. Sepedaku pun mempunyai daya tarik tersendiri karena mengeluarkan rintihan-rintihan keenakan yang tiada terkira.</span><br />
“Mas Bob… ah-ah-ah-ah-ah… Enak mas Bob, enak… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar mas Bob… mau keluar… ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…”<br />
<span lang="SV">Tiba-tiba kurasakan kontholku dijepit oleh dinding memek Ika dengan sangat kuatnya. Di dalam memek, kontholku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari memek Ika dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Ika meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Mulut sensual Ika pun berteriak tanpa kendali:</span><br />
<span lang="SV">“…keluarrr…!”</span><br />
<span lang="SV">Mata Ika membeliak-beliak. Sekejap tubuh Ika kurasakan mengejang.</span><br />
<span lang="SV">Aku pun menghentikan genjotanku. Kontholku yang tegang luar biasa kubiarkan diam tertanam dalam memek Ika. Kontholku merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan cairan memek Ika. Kulihat mata Ika kemudian memejam beberapa saat dalam menikmati puncak orgasmenya.</span><br />
<span lang="SV">Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding memeknya pada kontholku berangsur-angsur melemah. walaupun kontholku masih tegang dan keras. Kedua kaki Ika lalu kuletakkan kembali di atas kasur dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Ika dengan mempertahankan agar kontholku yang tertanam di dalam memeknya tidak tercabut.</span><br />
<span lang="SV">“Mas Bob… kamu luar biasa… kamu membawaku ke langit ke tujuh,” kata Ika dengan mimik wajah penuh kepuasan. “Kak Dai dan pacar-pacarku yang dulu tidak pernah membuat aku ke puncak orgasme seperti ml. Sejak Mbak Dina tinggal di sini, Ika suka membenarkan mas Bob saat berhubungan dengan Kak Dai.”</span><br />
<span lang="SV">Aku senang mendengar pengakuan Ika itu. berarti selama aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku selalu membayangkan kemolekan tubuh Ika dalam masturbasiku, sementara dia juga membayangkan kugeluti</span><br />
<span lang="SV">dalam onaninya. Bagiku. Dina bagus dijadikan istri dan ibu anak-anakku kelak, namun tidak dapat dipungkiri bahwa tubuh aduhai Ika enak digeluti dan digenjot dengan penuh nafsu.</span><br />
<span lang="SV">“Mas Bob… kamu seperti yang kubayangkan. Kamu jantan… kamu perkasa… dan kamu berhasil membawaku ke puncak orgasme. Luar biasa nikmatnya…”</span><br />
<span lang="SV">Aku bangga mendengar ucapan Ika. Dadaku serasa mengembang. Dan bagai anak kecil yang suka pujian, aku ingin menunjukkan bahwa aku lebih perkasa dari dugaannya. Perempuan Sunda ini harus kewalahan menghadapi genjotanku. Perempuan Sunda ini harus mengakui kejantanan dan keperkasaanku. Kebetulan aku saat ini baru setengah perjalanan pendakianku di saat Ika sudah mencapai orgasmenya. Kontholku masih tegang di dalam memeknya. Kontholku masih besar dan keras, yang hams menyemprotkan pelurunya agar kepalaku tidak pusing.</span><br />
<span lang="SV">Aku kembali mendekap tubuh mulus Ika, yang di bawah sinar lampu kuning kulit tubuhnya tampak sangat mulus dan licin. Kontholku mulai bergerak keluar-masuk lagi di memek Ika, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding memek Ika secara berargsur-angsur terasa mulai meremas-remas kontholku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kontholku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan orgasme yang disemprotkan oleh memek Ika beberapa saat yang lalu.</span><br />
<span lang="SV">“Ahhh… mas Bob… kau langsung memulainya lagi… Sekarang giliranmu… semprotkan air manimu ke dinding-dinding memekku… Sssh…,” Ika mulai mendesis-desis lagi.</span><br />
<span lang="SV">Bibirku mulai memagut bibir merekah Ika yang amat sensual itu dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas payudara montok Ika serta memijit-mijit putingnya, sesuai dengan mama gerak maju-mundur kontholku di memeknya.</span><br />
<span lang="SV">“Sssh… sssh… sssh… enak mas Bob, enak… Terus… teruss… terusss…,” desis bibir Ika di saat berhasil melepaskannya dari serbuan bibirku. Desisan itu bagaikan mengipasi gelora api birahiku.</span><br />
<span lang="SV">Sambil kembali melumat bibir Ika dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan kontholku di memeknya. Pengaruh adanya cairan di dalam memek Ika, keluar-masuknya konthol pun diiringi oleh suara, “srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…” Mulut Ika di saat terbebas dari lumatan bibirku tidak henti-hentinya mengeluarkan rintih kenikmatan,</span><br />
<span lang="PT-BR">“Mas Bob… ah… mas Bob… ah… mas Bob… hhb… mas Bob… ahh…”</span><br />
<span lang="SV">Kontholku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari payudaranya. Kedua tanganku kini dari ketiak Ika menyusup ke bawah dan memeluk punggung mulusnya. Tangan Ika pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya kontholku ke dalam memek Ika sekarang berlangsung dengan cepat dan berirama. Setiap kali masuk, konthol kuhunjamkan keras-keras agar menusuk memek Ika sedalam-dalamnya. Dalam perjalanannya, batang kontholku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding memek Ika. Sampai di langkah terdalam, mata Ika membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, “Ak!” Sementara daging pangkal pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar memek, konthol kujaga agar kepalanya yang mengenakan helm tetap tertanam di lobang memek. Remasan dinding memek pada batang kontholku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir memek yang mengulum batang kontholku pun sedikit ikut tertarik keluar, seolah tidak rela bila sampai ditinggal keluar oleh batang kontholku. Pada gerak keluar ini Bibir Ika mendesah, “Hhh…”</span><br />
<span lang="SV">Aku terus menggenjot memek Ika dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Remasan yang luar biasa kuat, hangat, dan enak sekali bekerja di kontholku. Tangan Ika meremas punggungku kuat-kuat di saat kontholku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang memeknya. beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kontholku dan memek Ika menimbulkan bunyi srottt-srrrt… srottt-srrrt… srottt-srrrtt… Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil yang merdu yang keluar dari bibir Ika:</span><br />
<span lang="SV">“Ak! Uhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…”</span><br />
<span lang="SV">Kontholku terasa empot-empotan luar biasa. Rasa hangat, geli, dan enak yang tiada tara membuatku tidak kuasa menahan pekikan-pekikan kecil:</span><br />
<span lang="SV">“lka… Ika… edan… edan… Enak sekali Ika… Memekmu enak sekali… Memekmu hangat sekali… edan… jepitan memekmu enak sekali…”</span><br />
<span lang="PT-BR">“Mas Bob… mas Bob… terus mas Bob rintih Ika, “enak mas Bob… enaaak… Ak! Ak! Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…”</span><br />
<span lang="PT-BR">Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kontholku. </span><span lang="SV">Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocokkan kontholku ke memeknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kontholku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di konthol pun semakin menghebat.</span><br />
<span lang="SV">“Ika… aku… aku…” Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu.</span><br />
<span lang="PT-BR">“Mas Bob… mas Bob… mas Bob! </span><span lang="SV">Ak-ak-ak… Aku mau keluar lagi… Ak-ak-ak… aku ke-ke-ke…”</span><br />
<span lang="SV">Tiba-tiba kontholku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding memek Ika mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu. aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku.</span><br />
<span lang="SV">Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kontholku terasa disemprot cairan memek Ika, bersamaan dengan pekikan Ika, “…keluarrrr…!” Tubuh Ika mengejang dengan mata membeliak-beliak.</span><br />
<span lang="SV">“Ika…!” aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Ika sekuat-kuatnya, seolah aku sedang berusaha rnenemukkan tulang-tulang punggungnya dalam kegemasan. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Cairan spermaku pun tak terbendung lagi.</span><br />
<span lang="SV">Crottt! Crott! Croat! Spermaku bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding memek Ika yang terdalam. Kontholku yang terbenam semua di dalam kehangatan memek Ika terasa berdenyut-denyut.</span><br />
<span lang="SV">Beberapa saat lamanya aku dan Ika terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali, sampai-sampai dari alat kemaluan, perut, hingga ke payudaranya seolah terpateri erat dengan tubuh depanku. Aku menghabiskan sisa-sisa sperma dalam kontholku. Cret! Cret! Cret! Kontholku menyemprotkan lagi air mani yang masih tersisa ke dalam memek Ika. </span>Kali ini semprotannya lebih lemah.<br />
Perlahan-lahan tubuh Ika dan tubuhku pun mengendur kembali. Aku kemudian menciumi leher mulus Ika dengan lembutnya, sementara tangan Ika mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas sekali berhasil bermain seks dengan Ika. Pertama kali aku bermain seks, bidadari lawan mainku adalah perempuan Sunda yang bertubuh kenyal, berkulit kuning langsat mulus, berpayudara besar dan padat, berpinggang ramping, dan berpinggul besar serta aduhai. Tidak rugi air maniku diperas habis-habisan pada pengalaman pertama ini oleh orang semolek Ika.<br />
“Mas Bob… terima kasih mas Bob. <span lang="SV">Puas sekali saya. indah sekali… sungguh… enak sekali,” kata Ika lirih.</span><br />
<span lang="SV">Aku tidak memberi kata tanggapan. Sebagai jawaban, bibirnya yang indah itu kukecup mesra. Dalam keadaan tetap telanjang, kami berdekapan erat di atas tempat tidur pacarku. Dia meletakkan kepalanya di atas dadaku yang bidang, sedang tangannya melingkar ke badanku. Baru ketika jam dinding menunjukkan pukul 22:00, aku dan Ika berpakaian kembali. Ika sudah tahu kebiasaanku dalam mengapeli Dina, bahwa pukul 22:00 aku pulang ke tempat kost-ku sendiri.</span><br />
<span lang="SV">Sebelum keluar kamar, aku mendekap erat tubuh Ika dan melumat-lumat bibirnya beberapa saat.</span><br />
<span lang="SV">“Mas Bob… kapan-kapan kita mengulangi lagi ya mas Bob… Jangan khawatir, kita tanpa Ikatan. </span>Ika akan selalu merahasiakan hal ini kepada siapapun, termasuk ke Kak Dai dan Mbak Dina. <span lang="SV">Ika puas sekali bercumbu dengan mas Bob,” begitu kata Ika.</span><br />
<span lang="SV">Aku pun mengangguk tanda setuju. Siapa sih yang tidak mau diberi kenikmatan secara gratis dan tanpa ikatan? Akhirnya dia keluar dari kamar dan kembali masuk ke rumahnya lewat pintu samping. Lima menit kemudian aku baru pulang ke tempat kost-ku. </span><br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-1869212590097122792011-01-10T15:34:00.000+07:002011-01-10T15:34:32.950+07:00Dendam Membawa Nikmat<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Sebut saja namanya putri. Putri adalah adik pacarku, cewekku itu telah mengkhianatiku sehingga timbul niatan yang tidak baik didiriku untuk membalas. Tetapi karena aku dengan cewekku beda kota, jadinya niat itu agak sulit terwujud. Namun putri adik dari pacarku itu kebetulan kuliah di Jogja, sama seperti tempat menetapku sekarang. Keinginan balas dendam untuk <i><a href="http://ceritapanasdewasa.info/kisah-nyata-memperkosa-adik-pacarku/" title="memperkosa adik pacarku"><em><span style="color: black; font-style: normal; text-decoration: none;">memperkosa adik pacarku</span></em></a> </i>tersebut mulai kurencanakan.<a name='more'></a></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Putri adalah cewek manis berumur 19 tahun, dan aku sendiri berumur 24 tahun. Putri menganggapku sebagai kakakknya, karena dari dulu putri sangat menginginkan punya kakak laki2, sedangkan mereka hanya 2 bersodara, begitu juga aku yang menginginkan seorang adik cewek, pada mulanya kami sering pergi bareng, bahkan putri pernah menunggui aku ketika aku mengalami sakit parah di RS, tetapi kembali lagi bahwa tidak ada niatan dan rasa apa-apa, karena kami selalu menganggap bahwa kami adalah saudara kandung.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Oh iya Putri cewek dengan tinggi sekitar 165cm, dengan berat 45 kg, cukup kurus memang, wajah spesifik khas orang jawa, ya mirip-mirip Anggun C. Sasmi dengan potongan rambut pendek lah… tonjolan di dadanya tampaknya cukup kecil dengan ukuran 32b.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Setelah mengetahui aku dikhianati oleh cewekku, maka timbul niatan didalam hatiku untuk membalas cewekku itu, namun aku bingung bagaimana caranya, disaat aku melamun mencari cara untuk membalas, tiba-tiba terdengar bunyi dering SMS, yang ternyata dari putri, putri pingin tanya tugas ujian yang akan ditempuhnya, maklum karena aku adalah asisten dosen, sehingga putri sering banyak tanya ke aku. Lalu aku menjawab sms tsb “ ya udah kamu ke sini aja, nanti aku ajarin, kira-kira 1 jam lagi ya, karena aku mau mandi dulu”, karena saat itu Putri mau datang, aku bergumam kalau “ Nah ini aja cara untuk balas dendam ke Tyas ( nama kakak dari putri ) ” dengan cepat aku siapkan handycam dan aku pasang sedemikian rupa sehingga tidak kelihatan oleh orang yang tidak tahu, kemudian aku langsung keluar naik motor membeli obat peangsang untuk wanita. Semua persiapan sudah dilakukan, tinggal menunggu kesempatan saja. Tepat jam 2 siang dirumahku, “ting-tong” bel berbunyi, pintu dibukakan oleh adikku, Putri kupersilakan masuk, tetapi aku masih bingung bagaimana akan menikmati tubuh Putri, karena ortu dan adikku ada dirumah, sambil berpikir keras mencari cara, ternyata tiba-tiba ada telepon dari nenekku kalau ada rapat keluarga mendadak membahas masalah warisan, biasanya ortuku selalu mengajakku untuk nyopir, tetapi karena sedang ada putri, maka akhirnya adikku yang menyopir. “Kebetuan sekali” gumamku, sambil menutup pagar setelah mereka pergi, aku menyiapkan segelas teh yang tentunya udah kuberi dengan obat perangsang yang tadi aku beli. Dosisnya kuberi agak banyak untuk jaga-jaga kalau putri minum sedikit, karena putri sangat haus, maka putri langsung menghabiskan teh itu, karena kebanyakan dosis putri malah pusing dan langsung pingsan.<br />
<span style="display: none;"><a href="http://www.misterpoll.com/polls/374370"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy abilify</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374371"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy accupril</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374372"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy accutane</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374373"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy acomplia</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374374"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy actos</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374375"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy acyclovir</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374376"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy aldactone</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374377"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy alesse</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374378"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy amoxil</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374379"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy ampicillin</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374380"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy antabuse</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374381"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy antivert</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374382"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy aricept</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374383"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy atarax</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374384"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy augmentin</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374385"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy avodart</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374386"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy ayurSlim</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374387"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy baclofen</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374388"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy bactrim</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374389"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy bactroban</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374390"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy benicar</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374391"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy bentyl</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374392"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy cafergot</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374393"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy carisoprodol</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374394"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy ceftin</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374395"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy celebrex</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374396"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy celexa</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374397"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy cialis</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374398"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy cialis jelly</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374399"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy cialis professional</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374400"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy cialis soft tabs</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374401"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy cialis super active</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374402"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy cipro</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374403"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy clomid</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374404"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy crestor</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374406"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy cytotec</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374407"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy depakote</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374408"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy diclofenac</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374409"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy differin</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374410"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy diflucan</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374411"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy dilantin</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374412"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy dostinex</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374414"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy doxycycline</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374415"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy effexor</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374416"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy elavil</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374417"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy elimite</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374418"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy erythromycin</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374419"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy evista</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374420"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy famvir</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374421"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy female viagra</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374422"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy flagyl er</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374423"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy flomax</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374424"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy floxin</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374425"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy fluoxetine</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374426"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy furosemide</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374427"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy glucophage</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374428"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy grifulvin v</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374429"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy herbal phentermine</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374430"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy herbal testosterone</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374432"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy inderal</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374434"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy kamagra</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374435"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy lamictal</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374436"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy lasix</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374437"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy levaquin</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374438"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy levitra</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374439"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy levitra professional</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374440"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy lexapro</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374441"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy lipitor</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374442"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy lotrisone</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374443"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy meclizine</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374444"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy medrol</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374445"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy mircette</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374446"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy mysoline</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374447"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy nexium</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374448"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy nolvadex</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374449"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy omnicef</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374450"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy orlistat</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374451"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy penis growth pills</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374452"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy phenergan</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374453"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy plavix</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374454"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy prednisone</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374455"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy prevacid</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374456"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy prilosec</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374457"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy propecia</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374458"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy propranolol</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374459"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy proscar</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374460"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy prozac</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374461"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy revatio</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374462"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy rimonabant</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374463"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy robaxin</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374464"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy sarafem</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374465"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy seroquel</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374466"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy singulair</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374467"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy soma</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374468"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy stromectol</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374469"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy sumycin</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374470"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy synthroid</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374471"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy tagamet</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374472"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy tetracycline</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374473"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy topamax</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374474"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy toprol xl</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374475"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy torsemide</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374476"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy tramadol</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374477"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy trazodone</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374478"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy triamterene</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374479"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy trimox</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374480"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy ultracet</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374481"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy ultram</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374482"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy valtrex</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374483"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy vasotec</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374484"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy vermox</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374485"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy viagra</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374486"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy viagra jelly</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374487"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy viagra plus</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374488"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy viagra professional</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374489"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy viagra soft tabs</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374490"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy viagra super active</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374491"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy voltaren</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374492"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy xenical</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374493"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy zanaflex</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374494"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy zithromax</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374495"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy zoloft</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374496"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy zovirax</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374497"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy zyban</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374498"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy zyloprim</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374499"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy zyprexa</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374500"><span style="color: black; text-decoration: none;">buy zyvox</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374501"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap abilify</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374502"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap accupril</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374503"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap accutane</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374504"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap acomplia</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374505"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap actos</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374506"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap acyclovir</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374507"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap aldactone</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374508"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap alesse</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374509"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap amoxil</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374510"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap ampicillin</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374511"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap antabuse</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374512"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap antivert</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374513"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap aricept</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374514"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap atarax</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374515"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap augmentin</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374516"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap avodart</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374517"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap ayurSlim</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374518"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap baclofen</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374519"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap bactrim</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374520"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap bactroban</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374521"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap benicar</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374522"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap bentyl</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374523"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap cafergot</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374524"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap carisoprodol</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374525"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap ceftin</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374526"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap celebrex</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374527"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap celexa</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374528"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap cialis</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374529"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap cialis jelly</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374530"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap cialis professional</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374531"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap cialis soft tabs</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374532"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap cialis super active</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374533"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap cipro</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374534"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap clomid</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374535"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap crestor</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374536"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap cytotec</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374537"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap depakote</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374538"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap diclofenac</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374539"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap differin</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374540"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap diflucan</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374541"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap dilantin</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374542"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap dostinex</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374543"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap doxycycline</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374544"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap effexor</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374545"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap elavil</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374546"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap elimite</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374547"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap erythromycin</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374548"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap evista</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374549"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap famvir</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374550"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap female viagra</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374551"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap flagyl er</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374552"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap flomax</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374553"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap floxin</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374554"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap fluoxetine</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374555"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap furosemide</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374556"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap glucophage</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374557"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap grifulvin v</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374558"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap herbal phentermine</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374559"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap herbal testosterone</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374560"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap inderal</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374561"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap kamagra</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374562"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap lamictal</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374563"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap lasix</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374564"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap levaquin</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374565"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap levitra</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374566"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap levitra professional</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374567"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap lexapro</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374568"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap lipitor</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374569"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap lotrisone</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374570"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap meclizine</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374571"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap medrol</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374572"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap mircette</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374573"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap mysoline</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374574"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap nexium</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374575"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap nolvadex</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374576"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap omnicef</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374577"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap orlistat</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374578"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap penis growth pills</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374579"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap phenergan</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374580"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap plavix</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374581"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap prednisone</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374582"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap prevacid</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374583"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap prilosec</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374585"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap propecia</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374586"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap propranolol</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374587"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap proscar</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374589"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap prozac</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374590"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap revatio</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374591"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap rimonabant</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374592"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap robaxin</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374594"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap sarafem</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374595"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap seroquel</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374596"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap singulair</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374598"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap soma</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374599"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap stromectol</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374600"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap sumycin</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374601"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap synthroid</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374602"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap tagamet</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374603"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap tetracycline</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374604"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap topamax</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374605"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap toprol xl</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374607"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap torsemide</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374608"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap tramadol</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374609"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap trazodone</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374610"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap triamterene</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374611"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap trimox</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374612"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap ultracet</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374613"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap ultram</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374614"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap valtrex</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374615"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap vasotec</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374616"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap vermox</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374617"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap viagra</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374618"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap viagra jelly</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374619"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap viagra plus</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374620"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap viagra professional</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374621"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap viagra soft tabs</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374622"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap viagra super active</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374623"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap voltaren</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374624"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap xenical</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374625"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap zanaflex</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374626"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap zithromax</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374627"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap zoloft</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374628"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap zovirax</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374629"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap zyban</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374630"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap zyloprim</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374631"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap zyprexa</span></a><br />
<a href="http://www.misterpoll.com/polls/374632"><span style="color: black; text-decoration: none;">cheap zyvox</span></a></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"><br />
Aku tipikal orang yang tidak bergairah jika menyetubuhi cewek yang lagi tidur, maka aku ambil seutas tali, tangan kiri dan kanan aku ikat di pojok tempat tidur, kaki aku biarkan saja, supaya nanti ada sedikit usaha untuk menikmati tubuhnya..setelah persiapan selesai, Putri aku bangunkan dengan memerciki air ke wajahnya, akhirnya putri terbangun, putri berteriak “ Mas apa2an ini??!!??”, “gak apa-apa Put, kamu belom pernah ngrasain surga dunia kan?, kamu akan aku kasih gratis put, kamu harusnya bangga lho put, soalnya gak semua cewek bisa nikmatin kaya gini, cewek2 lain tunggu mereka nikah” jawabku…lalu putri memohon” Aku mau diapakan mas? Jangan mas” mulutnya langsung kubekap dengan bibirku, aku ciumi bibirnya secara liar, tampaknya putri belum terangsang dan masih menolak membalas ciumanku, langsung aku cium lehernya dengan liar, putri agak sedikit merasa geli campur kenikmatan, dengan tangan yang terikat putri tetap berteriak “ Jangan Mmmmaaasshh, mmmhhh, ahhhh, janghhggaannn” karena putri mulai mendesah, tanganku mulai bergerilya, mula-mula aku remas-remas punggungnya, sambil tetap kuciumi leher dan tengkuknya, tanganku masih memain2kan punggungnya biar tali Bhnya lepas, dan tak lama setelah itu tali Bhnya pun lepas, aku udah tidak tahu lagi apa yang putri teriakkan, karena diriku udah terkubur oleh nafsu, perlahan-lahan tanganku mulai kedepan sambil tetap meremas, namun kupindah kebelakang lagi, dengan permainan lidahku dilehernya, tampaknya udah membuat Putri lupa ingatan, mungkin karena pengaruh perangsang tadi, Putri tanpa sengaja mendesah, “ Janggann mmmassshh, mmmppphhh, jaangann, jangan, hentikaann, ahhh, jangan hentikan, ahh teruss” tanpa sengaja Putri berusaha untuk memutar badannya, tampaknya malah putri yang menginginkan payudaranya diremas, karena dari tadi aku hanya meremas punggungnya, aku bergumam “ bentar lagi kena kamu “ akhirnya putri udah tidak tahan lagi, badannya memutar dadanya langsung diarahkan ke tanganku, tetapi tetap kupermainkan putri, tidak langsung aku pegang payudaranya. Karena pengaruh obat perangsang tadi, putri malah memohon dengan suara memelas “ please mas….tolong aku…, pegang susuku, remas, dan cium…tolong mas…jangan hentikan….” Putri masih kupermainkan, payudaranya tidak langsung aku pegang, setelah berkali-kali aku mendengar rintihannya, langsung kulepas kaosnya, pada mulanya aku bingung gimana cara melepasnya, karena tangannya terikat, tanpa pikir panjang langsung aku ambil gunting di dekat kasur, yang rencananya akan digunakan untuk mengancam, langsung aku gunting bajunya dan Bhnya, karena aku udah tidak tahan lagi, langsung aku jilat putingnya yang kanan, dan yang kiri aku remas, sambil aku mainkan putingnya dengan jari, Putri yang saat itu masih terhanyut dalam obat perangsang tiba-tiba agak tersadar dan berteriak “ mas…kenapa ahh mas ahh lakukan ini?? Ahh..ahh” kujawab “ karena aku sayang kamu, jadi kuberi kamu kenikmatan yang cewek lain gak bisa nikmatin, bahkan mbak kamu aja gak pernah lho…”sambil bergantian kiri kanan menjilat putingnya, tanganku yang satunya lagi bergerilya kebawah, Putri saat itu masih memakai celana jeans. Aku buka pengait di jeansnya, terlihat saat itu putri masih agak memberontak, karena meskipun fisiknya menerima rangsangan yang hebat, namun hatinya masih menolak karena disetubuhi orang yang putri anggap kakak kandungnya sendiri, kakinya berusaha menendang2, tetapi justru itu memudahkan bagiku untuk melepas jinsnya, dengan cepat aku tarik jinsnya sehingga putri kini hanya tinggal menggunakan celana dalam saja..sambil menjilati putingnya, dengan cepat kutarik cdnya dengan cepat, bahkan mungkin cdnya robek karena aku menariknya kuat2.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Kini putri udah telanjang bulat, melihat putri telanjang bulat, aku langsung bangun dan memandangi wajah putri dengan tangan terikat, tanpa benang sehelaipun, putri saat itu langsung menangis, mungkin merasa malu karena tubuhnya yang telanjang bulat dilihat oleh cowok yang dianggapnya kakak sendiri. Dengan cepat aku langsung melepas seluruh pakaianku sehingga aku juga telanjang bulat, melihat aku telanjang, putri langsung menjerit, dan merem melek, liat penisku. </span><span lang="SV" style="color: black;">Penisku sih kayaknya standar saja, karena ukurannya 14 cm, tapi karena putri itu dasarnya orang yang tidak aneh2, dan bisa dikatakan lugu, maka dia tetap kaget.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Putri memohon “ mas…jangan mas, aku itu sayang mas, dan kuanggap sebagai kakakku sendiri, kenapa mas tega lakukan ini??”… “ Put…aku juga sayang kamu, makanya kamu kuberi hadiah yang tidak bakal terlupakan, sudah kamu nikmatin aja ya put” bibirku langsung cepat melumat bibirnya dengan memeras dan memilin putting susunya, putri mulai mengerang “ ahhh…ahh…mmmhhh”ciumanku mulai menurun ke arah putting susunya, dan mulai kebawah lagi hingga ke liang kenikmatannya, sambil tetap memeras dan memilin2 susunya, aku mencoba menjilat vaginanya ( jujur aja saat itu aku juga baru pertama kali melakukannya ) pertama aku juga agak jijik dan sedikit mual, tetapi karena reaksi yang diterima putri menunjukkan respon positif dengan mendesah agak keras, maka aku juga semakin berani menjilat-jilat kekiri dan kekanan di lubang kenikmatannya. Putri saat itu udah merem melek merasakan nikmat, sambil terus mendesah “mmmphhh….ahhhh….ammpphh…aahhh…mmmphh” karena merasa udah sedikit aman, aku mencoba melepas ikatan tali ditangannya, untuk melihat respon dia yang sudah terangsang, ternyata yang dilakukan sama putri secara tidak sengaja malah membimbing tanganku untuk memilin2 putingnya sambil berteriak “terrusss maasss….mmmpphhh,,,..aahhh…” selama 15 menit aku jilat lubang kenikmatannya tiba-tiba dia memegang tanganku dengan kencang sekali, tubuhnya kaku, dan dia menggelinjang hebat sambil berteriak “ kepalanya jangan disitu mas…..aku mau ngeluarin…” aku gak perduli dan tetap menjilat2, sampai akhirnya dia orgasme banyak sekali sampai mulutku blepotan terkena cairan kenikmatannya..”ahhh…ahhh…ahhh” dia berteriak sambil menggelinjang.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Beberapa saat setelah putri orgasme dengan hebat, putri langsung memeluk badanku, tampaknya putri udah tidak perduli lagi…langsung kesempatan itu aku lakukan dengan berusaha memasukkan penisku kedalam vaginanya, karena dia habis orgasme, maka vaginanya masih terdapat banyak cairan, karena aku udah tidak tahan lagi, sambil memeras dan menjilat putingnya, aku mencoba memasukkan penisku, “ Putri yang saat itu udah mulai sadar dari kenikmatannya langsung berteriak “ Jangan dimasukkan mas…aku mohon, aku lakukan apapun biar mas bisa merasakan enak, apapun mas…” “bener nih??” tanyaku “ Iya mas, apapun, aku juga janji gak bakal cerita sama siapapun mas…” Setelah itu aku cium bibirnya dengan penuh kelembutan, putri pun mau membalas ciumanku, kujulurkan lidahku di bibirnya, dan dia membalas dengan saling menjulurkan lidah, kami saling berciuman hebat selama 10 menit, sambil berciuman tanganku tetap meremas dan memilin putting susunya, sehingga putri udah mulai terangsang kembali, sambil terus mendesah aku terus menciumi lehernya hingga kebawah, tampaknya Putri udah mulai tidak perduli atas perkosaan yang dialaminya, mungkin karena pengaruh obat perangsang, putri terus mendesah, dan mendesah, desahan-desahan yang kudengar sangat membuat nafsuku semakin tinggi, aku mulai semakin turun menjilat vaginanya kembali, dan vaginanya udah mulai basah kembali, karena sudah mulai terangsang, aku mencoba kembali untuk memasukkan penisku, putri agak tersentak kaget “ Mas aku mohon..jangan mas”, “ Cuma menggesek-gesek kok put, gak apa2, gak bakalan masuk”, jawabku..lalu putri mengiyakan, dengan menggesek-gesekan penisku ke lubang kenikmatannya, membuatku leluasa menciumi lehernya sambil meremas dan memilin putingnya, kadang aku memberhentikan gesekanku, tetapi malah putri menggoyang pinggulnya supaya klitorisnya mengenai penisku, dan hal tersebut berlangsung selama 15 menit, karena putri sudah tidak tahan atas rangsangan yang begitu hebat, maka secara tidak sadar putri terlena dan berbisik kepadaku “ Mas…akkhhh akkuu, uddaah gak tahaan..akkhhh, massukkin aja mas…sssshhh” mendapat lampu hijau aku langsung mencoba untuk masukin, karena aku pada dasarnya juga belum melakukan seperti itu, maka aku coba masukin secara pelan-pelan, lubangnya sempit sekali, karena memang putri masih perawan. Aku coba terus menerus dan berusaha sekuat tenaga, Putri berteriak “ Pelan-pelan Mas”, selama hampir 5 menit aku mencoba juga belum masuk2, akhirnya dengan perjuangan sekuat tenaga blessshhh, penisku berhasil masuk ke vaginanya, putri mem*kik “ Ahhh… sakit mas“, keluar darah segar dari vagina putri tanda keperawanannya telah bobol. “ Sakitnya cuma sebentar sayang, habis itu enak sekali” jawabku, aku terus memompa batang penisku di lubang kenikmatan putri, aku merasakan penisku dipijit-pijit oleh lubang kenikmatannya, rasanya nikmat sekali, benar-benar merasakan surga dunia, Putri pun juga tampak menikmatinya sambil mendesah “ Ahhhkk…ahhh…ahh…teruss mass..ssshh…mmmhh, jangann berrhenti…ahhkk, ennaakk sekali mass…”, “sepeti surga dunia kan put?” tanyaku.. “ Iyyaa…ahhkk..masshh..” jawab putri..</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Aku terus memompa dengan sangat cepat sekali, sampai payudara putri bergerak naik turun..suatu pemandangan yang sungguh indah melihat Putri telanjang bulat sedang aku setubuhi..setelah 25 menit aku memompa, tiba-tiba badan putri kembali kaku, mengejang, dan menggelinjang dengan hebat tanda putri sudah mau orgasme…langsung kupercepat kocokanku supaya aku juga dapat ngluarin bareng.. tetapi karena putri udah tidak tahan maka dia berteriak “ Maasss…..eennaakk sekaalii…aku mau keluarin” putri orgasme untuk yang kedua kalinya, aku merasakan ada cairan panas di kepala penisku, aku tetap mengocok tubuh putri sehingga selang beberapa saat aku juga mau orgasme ” Put aku juga mau keluar…” kataku, langsung aku keluarkan di dalam rahim Putri, putri merasakan ada cairan hangat yang masuk kerahimnya, setelah orgasme, kami berdua saling berpelukan cukup lama, dan aku membiarkan penisku berada di liang vaginanya…</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Entah apa yang berada di dalam pikiran putri, sehingga dia hanya terdiam seribu bahasa, lalu aku kecup keningnya sambil berkata “ Gimana Put? Enak kan ? “ dia mengangguk dengan mata yang agak sembab, mungkin dalam hati kecilnya dia agak menyesal atas apa yang terjadi, tetapi dia tidak bisa menahan keinginan fisik dan nafsunya untuk disetubuhi..akhirnya kami tertidur dalam keadaan telanjang, sampai akhirnya kami kaget dengan bunyi bel tanda ortuku dan adikku pulang..Saat itu kami panik, kami berdua masih telanjang, sedangkan baju putri udah robek semua terkena gunting…cdnya juga udah robek..</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Setelah pintu digedor beberapa lama namun kami tidak membukakan karena masih bingung akan pakai pakaian apa putri nanti, putri langsung kusuruh sembunyi di lemari pakaian, dan aku pura2 dari kamar mandi. “ Kenapa pintunya lama sekali dibuka ? “ tanya ayahku, “ Oh maaf, tadi aku baru mandi pap “. “Lho Putri mana ? kok motornya masih disini ?” tanya ibuku. “ Oh tadi ketempat temennya di dekat sini aku yang anterin mam, terus nanti aku jemput. Lho papa mama kok udah pulang ? “ tanyaku “ Oh ini ada yang ketinggalan berkas sertifikat rumah, bentar lagi juga berangkat “ Jawab ayahku. “ Yes “ gumamku dalam hati, masih ada kesempatan untuk bisa lepas dari masalah ini. Setelah ortuku berangkat, aku buka pintu lemari, dan aku bilang ke Putri kalau semuanya sudah aman. Aku kembali mencium keningnya, mulut kami saling berpagutan dan akhirnya saling bersetubuh kembali sampai 1 jam lamanya, entah berapa kali dia orgasme, yang jelas aku merasakan orgasme sampai 3 kali, putri tampaknya benar-benar menikmati persetubuhan ini. Setelah itu akhirnya putri pulang dengan pinjam kaosku, setelah kejadian itu kami tidak pernah saling kontak, dan komunikasi. Tapi setelah kejadian itu, Putri malah punya pacar, dan dia membuka diri untuk berhubungan dengan cowok, tidak seperti dulu yang tidak bisa menerima cowok, mungkin karena ketagihan kali ya?</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Tetapi setiap mengingat desahan dan goyangan putri membuatku langsung dibakar nafsu..Putri benar-benar hebat untuk pengalaman pertamaku, aku menyesal kenapa dia tidak kujadikan pacar saja, karena kalo dia pacarku bisa jadi aku merasakan kenikmatan setiap saat.</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-55589442923115227032011-01-10T15:33:00.000+07:002011-01-10T15:33:11.878+07:00Perawanku Kupasrahkan Demi Cinta<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
Sebelumnya perkenalkan, namaku Dina…pertama kali aku mengenal cinta, dunia ini menjadi terasa indah bagiku. Hanya sayangnya cinta pertamaku ini jatuh tidak pada orang yang tepat. Dia seorang pria yang sudah beristri dan berkeluarga. Jadilah cinta kami berjalan sembunyi-bunyi alias backstreet. <span lang="PT-BR">Aku mengenal pria tersebut ketika datang pada acara ultah temenku. Dia saat itu enjadi event organizer acara tersebut. Sejak awal melihatnya aku sudah jatuh hati padanya. Selain dia pria yang ganteng badannya juga atletis, siapapun cewek pasti akan jatuh hati kepadanya. </span><span lang="SV">“Din, ini MAS, dia yang nyelenggaraan pesta ini, asik kan pestanya. Kamu nemenin MAS ngobrol ya”. Temanku itu tau kalo aku suka dengan pria yang umurnya jauh lebih tua dari aku. Kami jadi asik ngobrol ngalor ngidul. Dia sangat humoris sehingga aku selalu terpingkal-pingkal mendengar guyonannya. Makin lama guyonannya makin mengarah yang vulgar, aku sih ok aja. Ketika aara makan, dia menemani aku menikmati hidangan yang tersedia. Ketika acar dansa, dia mengajak aku turun, ketika itu lagunya slow. Aku larut dalam dekapannya yang sangat mesra. Dia berbisik: “Din, kamu cantik sekali, kamu yang paling cantik dari semua prempuan yang dateng ke pesta ini. Aku suka kamu Din”. “Mas kan dah punya keluarga, masak sih suka ma abg kaya aku”. “Justru karena kamu masih abg, kecantikan kamu masih sangat alami, bukan polesan make up yang tebal”.<a name='more'></a></span><br />
<span lang="SV">Memang sih dandananku biasa saja, tanpa make up yang tebal. Perempuan mana sih yang gak suka dipuji lelaki yang kebetulan dikaguminya. Ketika pulang dia mengantarkan aku pulang, sebelum aku turun dari mobil, pipiku dikecupnya, “Kapan2 kita ketemuan lagi ya Din, ni nomer hpku”. Kami bertukaran no hp.</span><br />
<span lang="SV">Sejak pertemuan pertama itu, kami sering jumpa di mal, di bioskop atau ditempat fitnes.</span><br />
<span lang="SV">Karena dia tau aku suka fitnes, makanya diapun mendaftar menjadi member ditempat aku biasa fitnes. Karena sering ketemu, hubungan kami makin lama makin akrab. Dia adalah lelaki pertama yang mencium bibirku. Itu kejadiannya ketika kami sedang dibioskop. Karena bukan weekend, jumlah penontonnya sedikit, sehingga dia milih tempat duduk yang jauh dari penonton lain. Dia berbisik: “Din, aku sayang sekali ma kamu. Kamu?’ “Aku juga sayang ma Mas, sayangnya ma dah keluarga ya”. “Kita jalani aja dulu Din, gak apa kan kalo backstreet kaya gini. Pokoknya aku akan berusaha untuk ketemu kamu sesering mungkin, sayang”. Dia meluncurkan rayuan mutnya, sehingga aku makin berbung-bunga. “Din..”, panggilnya lagi. aku menoleh karahnya. Karena duduk kami berdempetan, dia langusng merangkul pundaknya dan mendekatkan bibirnya ke bibirku. aku memejamkan mataku, terasa lembut sekali bibirnya menyentuh bibirku, kemudian terasa bibirnya mulai mengisap bibirku. aku pasrah ketika dia cukup lama mengecup bibirku. “Mas”, desahku ketika dia melepas bibirnya, seakan aku gak rela dia melepaskan bibirku. Diapun mengecup bibirku lagi, kali ini lebih lama lagi. Demikianlah sepanjang film itu kami tidak menikmati filmnya tetapi aku menikmati bagaimana bibirnya mengulum-ngulu bibirku. </span><span lang="PT-BR">“Mas, aku sayang sekali ma mas, aku mau jadi pacar mas”.</span><br />
<span lang="PT-BR">Sejak kejadian dibioskop itu, kami menjadi rutin berciuman kalo ketemu, paling tidak kami melakukannya sebentar di mobil sebelum mobil jalan atau sebelum aku turun didepan rumahku. </span><span lang="SV">Temenku mengingatkan aku agar jangan terlalu larut dalam berhubungan dengan Mas, karena dia dah berkeluarga. “Nanti kamu yang nyesel lo kalo dia harus mutusin hubungan kamu dengan dia”. Tapi aku tidak mengindahkan himbauan temanku. Aku seakan buta tertutup cinta yang makin lama makin berkobar-kobar.</span><br />
<span lang="SV">Sampai suatu weekend, dia mengajakku ke satu vila diluar kota, katanya dia mau survei tempat itu karena akan diadakan perhelatan disana. “Temenin aku yuk, mumpung bisa keluar kota ma kamu. Mau ya sayang”. Karena aku dah lama pengen berdua dia seharian, aku turuti saja ajakannya. Ke ortu, aku pamit mo jalan ma temen2 ke vila mereka. Aku seneng sekali ketika dah duduk disebelahnya dalam mobilnya. Mobilnya meluncur arah luar kota. Saat itu aku mengenakan celana ketat dari kain yang cukup tipis berwarna putih sehingga bentuk bokongku yang bulat padat begitu kentara, dan bahkan saking ketatnya CDku sampai kelihatan sekali berbentuk segitiga. Atasannya aku mengenakan baju kaos putih ketat dan polos sehingga bentuk toketku yang membulat terlihat jelas, kaosku yang cukup tipis membuat braku yang berwarna putih terpampang jelas sekali. “Din, kamu seksi sekali deh pake pakean kaya gitu”. “Mas suka kan”. “Suka banget, palagi kalo amu gak pake baju Din”. “Ih mas, mulai deh genit, aku turun disini aja deh”, aku pura2 merajuk, padahal dalam hati seneng sekali mendengar pujiannya. “Ya udah turun aja he he”, tertawanya berderai ketika dia mengatakan hal itu, tetpi mobil tetap melaju kencang. “Katanya disuruh turun, kok gak minggir”. “Loncat aja kalo berani”. “mas, iih”, kataku sambil mencubit pinggangnya, mesra. Dia menggeliat kegelian, “Jangan dikitikin dong, nanti nabrak lo”. “abis mas sih mulai duluan”. Sepanjang jalan kami bercanda rian, sesekali tangannya gantian menggelitiki pinggangku, sehingga aku menggelinjang. Kadang tangannya mendarat di pahaku dan mengelus2nya sampe kedeket pangkal pahaku. aku menjadi merinding karena rabaannya. Maklum deh dia pria pertama yang melakukan hal ini. “Maas”, aku hanya melenguh ketika pahaku dielus2 begitu. Karena aku tidak menolak, maka dia meneruskan elusannya dipahaku. aku menjadi gelisah, dudukku gak bisa diam, ada rasa geli bercampur nikmat dan aku merasa pengen kencing. “Mas maih jauh ya”.<br />
“Napa Din”. “aku pengen pipis”. “Bentar lagi juga sampe. Itu bukan pengen pipis biasa Din”. “abis apaan?” “Pasti kamu terangsang ya karena aku ngelus2 paha kamu”. “Ih”, kucubit lagi pinggangnya.</span><br />
<span lang="SV">Mobilnya sudah masuk ke satu vila. Ada seorang bapak2 yang menyambut di gerbang vila. Dia orang yang ditugaskan pemilik vila untuk menunggui vila itu. Aku keluar dari mobil, ikut dengan dia melihat lokasi. Vilanya tidak terlalu besar tetapi halamannya luas. Dia mulai mengeluarkan catatannya, mengukur sana mengukur sini, mencoret2 di buku catatannya. Kadang dia menanyakan pendapatku tentang satu hal. Aku menjawab setauku saja. </span><span lang="PT-BR">“Setelah selesai, dia berkata kepada si bapak, “Pak kami mo menginap di vila ini”. “Iya, yang punya dah kasi tau bapak, ya silahkan saja pak. sudah saya sediakan makanan secukupnya di lemari es, kalo mo makan ya silahkan dihangatkan dulu. soalnya bapak mo pulang”. Si bapak meninggalkan kami berdua. “Din, kita honimun ya”, katanya sambil tersenyum. aku jadi berdebar2membayangkan apa yang aka dilakukannya padaku. </span><span lang="SV">Aku sering mendengar cerita teman2ku ang sudah pernah berhubungan sex dengan cowo2nya, mendengar betapa nikmatnya kalo memek kemasukan kontol. Aku jadi merinding sendiri, aku pengen juga mengalami kenikmatan itu.</span><br />
<span lang="SV">Aku menghempaskan pantatku di sofa, dia menyusulku segera dan duduk rapat di sampingku, “Dina sayang” katanya sambil menggenggam erat dan mesra kedua belah tanganku. Selesai berkata begitu dia mendekatkan mukanya ke wajahku, dengan cepat dia mengecup bibirku dengan lembut. Hidung kami bersentuhan lembut. Dia mengulum bibir bawahku, disedot sedikit. Lima detik kemudian, dia melepaskan kecupan bibirnya dari bibirku. Aku saat kukecup tadi memejamkan mata, “Aku pengen melakukan itu ma kamu, sayang. Kamu bersediakah?”, rayunya lebih lanjut. Dia berusaha mengecup bibirku lagi, namun dengan cepat aku melepaskan tangan kananku dari remasannya, dadanya kutahan dengan lembut. “Mass” bisikku lirih. “Dina sayang, mau ya”, rayunya lagi. “Tapi mass, aku takut Mas”, jawabku. “Takut apa sayang, katakanlah”, bisiknya kembali sambil meraih tanganku. “Aku takut Mas nanti meninggalkan aku”, bisikku. Dia menggenggam kuat kedua tanganku lalu secepat kilat dia mengecup bibirku. “Dina sayangku, aku terus terang tidak bisa menjanjikan apa-apa sama kamu tapi percayalah aku akan membuktikannya kepadamu, aku akan selalu sayang sama kamu”, bujuknya untuk lebih meyakinkanku. “Tapi Mas” bisikku masih ragu. “Din, percayalah, apa aku perlu bersumpah sayang, kita memang masih baru beberapa bulan kenal sayang, tapi percayalah, yakinlah sayang, kalau Tuhan menghendaki kita pasti selalu bersama sayang”, rayunya lagi. “Lalu kalau aku sampai hamil gimana mass?” ujarku sembari menatapnya.”Aah, jangan khawatir sayang, aku akan bertanggung jawab semuanya kalau kamu sampai hamil, bagaimana sayang?” bisiknya. Rasioku sudah tidak jalan dengan baik, tertutup oleh rayuan mautnya dan rasa ingin merasakan kenikmatan yang makin menggebu.<br />
Tangannya bergerak semakin berani, yang tadinya hanya meremas jemari tangan kini mulai meraba ke atas menelusuri dari pergelangan tangan terus ke lengan sampai ke bahu lalu diremasnya dengan lembut. Dia memandangi toketku dari balik baju kaosku yang ketat, “Mas harus janji dulu sebelum…” aku tak melanjutkan ucapanku. “Sebelum apa sayang, katakanlah”, bisiknya tak sabar. Kini jemari tangan kanannya mulai semakin nekat menggerayangi pinggulku, ketika jemarinya merayap ke belakang diusapnya belahan pantatku lalu diremasnya dengan gemas. “aahh… Mas”, aku merintih pelan. “Mas aah mmas.. aku rela menyerahkan semuanya asal Mas mau bertanggung jawab nantinya”, aku berbisik semakin lemah, saat itu jemari tangan kanannya bergerak semakin menggila, menelusup ke pangkal pahaku, dan mulai mengelus gundukan bukit memekku. Diusapnya perlahan dari balik celanaku yang amat ketat, dua detik kemudian dia memaksa masuk jemari tangannya di selangkanganku dan bukit memekku itu telah berada dalam genggaman tangannya. Aku menggelinjang kecil, saat jemari tangannya mulai meremas perlahan. Dia mendekatkan mulutnya kembali ke bibirku hendak mencium, namun aku menahan dadanya dengan tangan kananku, “eeehh Mas..berjanjilah dulu Mas”, bisikku di antara desahan nafasnya yang mulai sedikit memburu. “Oooh Dina sayang, aku berjanji untuk bertanggung jawab, aahh aku menginginkan keperawananmu sayang”, ucapnya. Sementara jemari tangannya yang sedang berada di sela-sela selangkangan pahaku itu meremas gundukan memekku lagi. “Ba.. baiklah Mas, aku percaya sama Mas”, bisikku. “Jadi?” tanyanya. “hh. lakukanlah mass, aku milik Mas seutuhnya.. hh..” jawabku. “Benarkah? ooh..Dina sayanggg.” Secepat kilat bibirku kembali dikecup dan dikulumnya, digigit lembut, disedot. Hidung kami bersentuhan lembut. Dengus nafasku terdengar memburu saat dia mengecup dan mengulum bibirku cukup lama. DIa mempermainkan lidahnya di dalam mulutku, aku mulai berani membalas cumbuannya dengan menggigit lembut dan mengulum lidahnya dengan bibirku. Lidah kami bersentuhan, lalu dia mengecup dan mengulum bibir atas dan bawahku secara bergantian. Terdengar suara kecapan-kecapan kecil saat bibir kami saling mengecup. “aah Dina sayang, kamu pintar sekali, kamu pernah punya pacar yaach?” tanyanya curiga. “Mm aku belum pernah punya pacar Mas, kan Mas yang selama ini ngajari aku ciuman”, sahutku. “Wah kamu belajarnya cepat seklai ya, jangan-jangan kamu sering nonton film porno yaa?” godanya. Aku tersenyum malu, dan wajahku pun tiba-tiba bersemu merah, aku menundukkan mukaku, malu. “I…iya Mas, beberapa kali”, sahutku terus terang sambil tetap menundukkan muka. “Dina sayang, kamu nggak kecewa khan karena aku benar-benar sangat menginginkan keperawananmu sayang?” tanyanya. “Aku serahkan apa yang bisa aku persembahkan buat Mas, aku ikhlas, lakukanlah Mas kalau Mas benar-benar menginginkannya”, sahutku lirih.</span><br />
<span lang="SV">Jemari tangan kanannya yang masih berada di selangkanganku mulai bergerak menekan ke gundukan memekku yang masih perawan, lalu diusap-usap ke atas dan ke bawah dengan gemas. Aku memekik kecil dan mengeluh lirih, kupejamkan mataku rapat-rapat, sementara wajahku nampak sedikit berkeringat. Dia meraih kepalaku dalam pelukannya dengan tangan kiri dan dia mencium rambutku. “Oooh masss”, bisikku lirih. “Enaak sayang diusap-usap begini”, tanyanya. “hh… iiyyaa mass”, bisikku polos. Jemarinya kini bukan cuma mengusap tapi mulai meremas bukit memekku dengan sangat gemas. “sakit Mas aawww” aku memekik kecil dan pinggulku menggelinjang keras. Kedua pahaku yang tadi menjepit pergelangan tangan kanannya kurenggangkan. Dia mengangkat wajah dan daguku kearahnya, sambil merengkuh tubuhku agar lebih merapat ke badannya lalu kembali dia mengecup dan mencumbu bibirku dengan bernafsu.</span><br />
<span lang="SV">Puas mengusap-usap bukit memekku, kini jemari tangan kanannya bergerak merayap ke atas, mulai dari pangkal paha terus ke atas menelusuri pinggang sampai ujung jemarinya berada di bagian bawah toketku yang sebelah kiri. Dia mengelus perlahan di situ lalu mulai mendaki perlahan, akhirnya jemari tangannya seketika meremas kuat toketku dengan gemasnya. Seketika itu pula aku melepaskan bibirku dari kuluman bibirnya, “aawww… </span>Mas sakitt, jangan keras-keras dong meremasnya”, protesku. Kini secara bergantian jemari tangannya meremas kedua toketku dengan lebih lembut. <span lang="SV">Aku menatapnya dan membiarkan tangannya menjamah dan meremas-remas kedua toketku.</span><br />
<span lang="SV">“Auuggghh..” tiba2 dia menjerit lumayan keras dan meloncat berdiri. Aku yang tadinya sedang menikmati remasan pada toketku jadi ikutan kaget. “Eeehh kenapa Mas?” “Aahh anu sayang… kontolku sakit nih”, sahutnya sambil buru-buru membuka celana panjangnya di hadapanku. Aku tak menyangka dia berbuat demikian hanya memandangnya dengan terbelalak kaget. Dia membuka sekalian CDku dan “Tooiiing”, kontolnya yang sudah tegang itu langsung mencuat dan mengacung keluar mengangguk-anggukan kepalanya naik turun . “aawww… Mas jorok”, aku menjerit kecil sambil memalingkan mukaku ke samping dan menutup mukaku dengan tangan. “He…he…” dia terkekeh geli, batang kontolnya sudah kelihatan tegang berat, urat-urat di<br />
permukaan kontolnya sampai menonjol keluar semua. Batang kontolnya bentuknya montok, berurat, dan besar. Sementara aku masih menutup muka tanpa bersuara, dia mengocok kontolnya dengan tangan kanannya, “Uuuaahh…nikmatnya”. “Din sebentar yaa… aku mau cuci kontolku dulu yaa… bau nih soalnya”, katanya sambil ngibrit ke belakang, kontolnya yang sedang “ON” tegang itu jadi terpontang-panting sambil mengangguk-anggukkan kepalanya ke sana ke mari ketika dia berlari. Aku masih terduduk di atas sofa dan begitu melihatnya keluar berlari tanpa pakai celana jadi terkejut lagi melihat kontolnya yang sedang tegang bergerak manggut-manggut naik turun. “aawww…” teriakku kembali sembari menutup mukaku dengan kedua jemari tanganku. “Iiihh… Din… takut apa sih, kok mukanya ditutup begitu”, tanyanya geli. “Itu Mas, kontol Mas”, sahutku lirih. “Lhoo… katanya sudah sering nonton BF kok masih takut, kamu kan pasti sudah lihat di film itu kalau kontol cowok itu bentuknya gini”, sahutnya geli. “Iya…m..Mas, tapi kontol Mas mm besar sekalii”, sahutku masih sambil menutup muka. “Yaach… ini sih kecil dibanding di film nggak ada apa-apanya, itu khan film barat, kontol mereka jauh lebih gueedhee… kalau kontolku kan ukuran orang Indonesia sayang, ayo sini dong kontolku kamu pegang sayang, ini kan milik kamu juga”, sahutnya nakal. “Iiih… malu aah Mas, jorok.” “Alaa.. malu-malu sih sayang, aku yang telanjang saja nggak malu sama kamu, masa kamu yang masih pakaian lengkap malu, ayo dong sayang kontol Mas dipegang biar kamu bisa merasakan milik kamu sendiri”, sahutnya sembari meraih kedua tanganku yang masih menutupi mukaku. pada mulanya aku menolak sambil memalingkan wajahku ke samping, namun setelah dirayu-rayu akhirnya aku mau juga.</span><br />
<span lang="SV">kedua tanganku dibimbingnya ke arah selangkangannya, namun kedua mataku masih kupejamkan rapat. Jemari kedua tanganku mulai menyentuh kepala kontolnya yang sedang ngaceng. Mulanya jemari tanganku hendak kutarik lagi saat menyentuh kontolnya yang ngaceng namun karena dia memegang kedua tanganku dengan kuat, dan memaksanya untuk memegang kontolnya itu, akhirnya aku hanya menurut saja. Pertama kali aku hanya mau memegang dengan kedua jemarinya. “Aah… terus sayang pegang erat dengan kedua tanganmu”, rayunya penuh nafsu. “Iiih… keras sekali Mas”, bisikku sambil tetap memejamkan mata. “Iya sayang, itu tandanya aku sedang ngaceng sayang, ayo dong digenggam dengan kedua tanganmu, aahh…” dia mengerang nikmat saat tiba-tiba saja aku bukannya menggenggam tapi malah meremas kuat. Aku terpekik kaget, “Iiih sakit mass…” tanyaku. Aku menatapnya gugup. “Ooouhh jangan dilepas sayang, remas seperti tadi lekas sayang oohh…” erangnya lirih. Aku yang semula agak gugup, menjadi mengerti lalu jemari kedua tanganku yang tadi sedikit merenggang kini bergerak dan meremas kontolnya seperti tadi. Dia melenguh nikmat. Aku kini sudah berani menatap kontolnya yang kini sedang kuremas, jemari kedua tanganku itu secara bergantian meremas batang dan kepala kontolnya. Jemari kiri berada di atas kepala kontolnya sedang jemari yang kanan meremas kontolnya. .dia hanya bisa melenguh panjang pendek. “.sshh…Din… terusss sayang, yaahh… ohh…ssshh”, lenguhnya keenakan. Aku memandangnya sambil tersenyum dan mulai mengusap-usap maju mundur, setelah itu kugenggam dan kuremas seperti semula tetapi kemudian aku mulai memompa dan mengocok kontolnya itu maju mundur. “Aakkkhh… ssshh” dia menggelinjang menahan nikmat. Aku semakin bersemangat melihatnya merasakan kenikmatan, kedua tanganku bergerak makin cepat maju mundur mengocok kontolnya. Dia semakin tak terkendali, “Din… aahhgghh… sshh…awas pejuku mau keluarr” teriaknya keras. aku meloncat berdiri begitu dia mengatakan kalimat itu, aku melepaskan remasan tanganku dan berdiri ke sebelahnya, sementara pandangan mataku tetap ke arah kontolnya yang baru kukocok. “Kamu kok lari sih…” bisiknya lirih disisiku. “Tadi katanya pejunya mau keluar mass… kok nggak jadi?” tanyaku polos. Rupanya dia gak mau ngecret karena aku kocok makanya dia bilang pejunya mau keluar.</span><br />
<span lang="SV">Dia meraih tubuhku yang berada di sampingnya dan dipeluknya dengan gemas, aku menggelinjang saat dia merapatkan badannya ke tubuhku sehingga toketku yang bundar montok menekan dadanya yang bidang. Aku merangkulkan kedua lenganku ke lehernya, dan tiba-tiba ia pun mengecup bibirku dengan mesra, kemudian dilumatnya bibirku sampai aku megap-megap kehabisan napas. Terasa kontolnya yang masih full ngaceng itu menekan kuat bagian pusarku, karena memang tubuhnya lebih tinggi dariku. Sementara bibir kami bertautan mesra, jemari tangannya mulai menggerayangi bagian bawah tubuhku, dua detik kemudian jemari kedua tangannya telah berada di atas bulatan kedua belah bokongku. Diremasnya dengan gemas, jemarinya bergerak memutar di bokongku. Aku merintih dan mengerang kecil dalam cumbuannya. Lalu dia merapatkan bagian bawah tubuhnya ke depan sehingga mau tak mau kontolnya yang tetap tegang itu jadi terdesak perutku lalu menghadap ke atas. Aku tak memberontak dan diam saja. Sementara itu dia mulai menggesek-gesekkan kontolnya yang tegang itu di perutku. Namun baru juga 10 detik aku melepaskan ciuman dan pelukannya dan tertawa-tawa kecil, “Kamu apaan sih kok ketawa”, tanyanya heran. “Abisnya… Mas sih, kan aku geli digesekin kaya gitu”, sahutku sambil terus tertawa kecil. Dia segera merengkuh tubuhku kembali ke dalam pelukannya, dan aku tak menolak saat dia menyuruhku untuk meremas kontolnya seperti tadi. Segera jemari tangan kananku mengusap dan mengelus-elus kontolnya dan sesekali kuremas. Dia menggelinjang nikmat. “aagghh… Din… terus sayang…” bisiknya mesra. Wajah kami saling berdekatan dan aku memandang wajahnya yang sedang meringis menahan rasa nikmat. “Enaak ya mass…” bisikku mesra. Jemari tanganku semakin gemas saja mempermainkan kontolnya bahkan mulai kukocok seperti tadi. Dia melepaskan kecupan dan pelukanku. “Gerah nih sayang, aku buka baju dulu yaah sayang”, katanya sambil terus mencopot kancing kemejanya satu persatu lalu dilemparkan sekenanya ke samping.</span><br />
<span lang="SV">Kini dia benar-benar polos dan telanjang bulat di hadapanku. Aku masih tetap mengocok kontolnya maju mundur. “Sayang… kau suka yaa sama kontolku”, katanya. Sambil tetap mengocok kontolnya aku menjawab dengan polos. “suka sih Mas… habis kontol Mas lucu juga, keras banget Mas kayak kayu”, ujarku tanpa malu-malu lagi. “Lucu apanya sih?” tanyanya. Aku memandangnya sambil tersenyum “pokoknya lucu saja”, bisikku lirih tanpa penjelasan. “Gitu yaa… kalau memek kamu seperti apa yaa… aku pengen liat dong”, katanya. Aku mendelik sambil melepaskan tanganku dari kontolnya.<br />
“Mas jorok ahh…” sahutku malu-malu. “Ayo, aku sudah kepengen ngerasain nih… aku buka ya celana kamu”, katanya lagi. Dan dengan cepat dia berjongkok di depanku, kedua tangannya meraih pinggulku dan didekatkan ke arahnya. Pada mulanya aku agak memberontak dan menolak tangannya namun begitu aku memandang wajahnya yang tersenyum padaku akhirnya aku hanya pasrah dan mandah saat jemari kedua tangannya mulai gerilya mencari ritsluiting celana ketatku yang berwarna putih itu.</span><br />
<span lang="SV">Mukanya persis di depan selangkanganku sehingga dia dapat melihat gundukan bukit memekku dari balik celana ketatku. Dia semakin tak sabar, dan begitu menemukan ritsluitingku segera ditariknya ke bawah sampai terbuka, kebetulan aku tak memakai sabuk sehingga dengan mudah dia meloloskan dan memplorotkan celanaku sampai ke bawah. Sementara pandangannya tak pernah lepas dari selangkanganku, dan kini terpampanglah di depannya CDku yang berwarna putih bersih itu tampak sedikit menonjol di tengahnya. Terlihat dari CDku yang cukup tipis itu ada warna kehitaman, jembutku. Waahh… dia memandang ke atas dan aku menatapnya sambil tetap tersenyum. “Aku buka ya.. CDnya”, tanyanya. Aku hanya menganggukan kepala perlahan. Dengan gemetar jemari kedua tangannya kembali merayap ke atas menelusuri dari kedua betisku terus ke atas sampai kedua belah paha, dia mengusap perlahan dan mulai meremas. “Oooh…Masss” aku merintih kecil. kemudian jemari kedua tangannya merayap ke belakang kebelahan bokongku yang bulat. Dia meremas gemas disitu. Ketika jemari tangannya menyentuh tali karet CDku yang bagian atas, sreeet… secepat kilat ditariknya ke bawah CDku itu dengan gemas dan kini terpampanglah sudah daerah ‘forbidden’ ku.</span><br />
<span lang="SV">Menggembung membentuk seperti sebuah gundukan bukit kecil mulai dari bawah pusarku sampai ke bawah di antara kedua belah pangkal pahaku, sementara di bagian tengah gundukan bukit memekku terbelah membentuk sebuah bibir tebal yang mengarah ke bawah dan masih tertutup rapat menutupi celah liang memekku. Dan di sekitar situ ada jembut yang cukup lebat. “Oohh.. Din, indahnya…” Hanya kalimat itu yang sanggup diucapkan saat itu. Dia mendongak ketika aku sedang membuka baju kaosku, setelah melemparkan kaos sekenanya kedua tanganku lalu menekuk ke belakang punggungnya hendak membuka braku dan tesss… bra itupun terlepas jatuh di mukanya. Selanjutnya aku melepas juga celana dan CDku yang masih tersangkut di mata kakiku, lalu sambil tetap berdiri di depannya, aku tersenyum manis kepadanya, walaupun wajahku sedikit memerah karena malu. Toketku berbentuk bulat seperti buah apel, besarnya kira-kira sebesar dua kali bola tenis, warnanya putih bersih hanya pentil kecilnya saja yang tampak berwarna merah muda kecoklatan. “kamu cantik sekali sayang”, bisiknya lirih. Aku mengulurkan kedua tanganku kepadanya mengajaknya berdiri lagi. “Mass… aku sudah siap, aku sayang sama Mas, aku akan serahkan semuanya seperti yang Mas inginkan”, bisikku mesra. Dia merangkul tubuhku yang telanjang. Badanku seperti kesetrum saat kulitku menyentuh kulit nya, kedua toketku yang bulat menekan lembut dadanya yang bidang. Jemari tangannya tergetar saat mengusap punggungku yang telanjang, “Aahh.. Din kita ng***** di kamar yuk, aku sudah kepingin ngen tot sayang”, bisiknya tanpa malu-malu lagi. Aku hanya tersenyum dalam pelukannya. “Terserah Mas saja, mau ng*****nya dimana”, sahutku mesra.</span><br />
<span lang="SV">Dengan penuh nafsu dia segera meraih tubuhku dan digendongnya ke dalam kamar. Direbahkannya tubuhku yang telanjang bulat itu di atas kasur busa di dalam kamar tengah, tempat tidur itu tak terlalu besar, untuk 2 orang pun harus berdempetan. Suasana dalam kamar kelihatan gelap karena semua gorden tertutup, gorden yang berada dalam kamar ini sama sekali tidak menghadap ke jalan umum namun menghadap ke kebun di belakang. Dia segera membuka gorden agar sinar matahari sore dapat masuk, dan benar saja begitu disibakkan sinar matahari dari arah barat langsung menerangi seluruh isi kamar. Dia memandangi tubuhku yang telanjang bulat di ranjang. Segera dia menaiki ranjang, aku memandangnya sambil tersenyum. Dia merayap ke atas tubuhku yang bugil dan menindihnya, sepertinya dia sudah tak sabar ingin segera memasuki memekku. “Buka pahamu sayang, aku ingin mengen totimu sekarang”, bisiknya bernafsu. “Mass…” aku hanya melenguh pasrah saat dia setengah menindih tubuhku dan kontolku yang tegang itu mulai menusuk celah memekku, tangannya tergetar saat membimbing kontolnya mengelus memekku lalu menelusup di antara kedua bibir memekku. “Sayang, aku masukkan yaah… kalau sakit bilang sayang.. kamu kan masih perawan.” “Pelan-pelan Mas”, bisikku pasrah. Lalu dengan jemari tangan kanannya diarahkannya kepala kontolnya ke memekku. Aku memeluk pinggangnya mesra, sementara dia mencari liang memekku di antara belahan bukit memekku. Dia mencoba untuk menelusup celah bibir memekku bagian atas namun setelah ditekan ternyata jalan buntu. “Agak ke bawah Mas, aahh kurang ke bawah lagi Mas… mm.. yah tekan di situ Mas… aawww pelan-pelan Mas sakiiit”, aku memekik kecil dan menggeliat kesakitan. Akhirnya dia berhasil menemukan celah memekku itu setelah aku menuntunnya, diapun mulai menekan ke bawah, kepala kontolnya dipaksanya untuk menelusup ke dalam liang memekku yang sempit. Dia mengecup bibir ku sekilas lalu berkonsentrasi kembali untuk segera dapat membenamkan kontolnya seluruhnya ke dalam liang memekku. Aku mulai merintih dan memekik-mekik kecil ketika kepala kontolnya yang besar mulai berhasil menerobos liang memekku yang sangat-sangat sempit sekali. “Tahan sayang…aku masukkan lagi, sempit sekali sayang aahh”, erangnya mulai merasakan kenikmatan dan kurasakan kepala kontolnya berhasil masuk dan terjepit ketat sekali dalam liang memekku. “aawwww…. masss sakiit…” teriakku memelas, tubuhku menggeliat kesakitan. Dia berusaha menentramkan aku sambil mengecup mesra bibirku dan dilumat dengan perlahan. Lalu, “tahan sayang, baru kepalanya yang masuk sayang, aku tekan lagi yaah”, bisiknya.</span><br />
<span lang="SV">Tiba2 dia mencabut kembali kontolnya yang baru masuk kepalanya saja itu dengan perlahan. “Ah… sayang, aku masukin nanti saja deh, liang memekmu masih sangat sempit dan kering sayang.” “memekku sakit Mas”, erangku lirih. “Yahh… aku tahu sayang kamu kan masih perawan, kita bercumbu dulu sayang, aku kepingin melihat kamu nyampe”, bisiknya bernafsu. Segera dia merebahkan badannya di atas tubuhku dan dipeluknya dengan kasih sayang, “Din… hh.. bagaimana perasaanmu sayang”, bisiknya mesra. Aku memandangnya dan tertawa renyah. “mm… aku bahagia sekali bersama Mas seperti ini, rasanya nikmat ya Mas berpelukan sambil telanjang kaya gini”, ujarku polos. “Iyaa sayang, anggaplah aku suamimu saat ini sayang”, bisiknya nakal. “Iih.. Mas, Mas cumbui isterimu dong, beri istrimu kenik…mmbhh”, belum sempat aku selesai ngomong, dia sudah melumat bibirku. Aku membalas ciumannya dan melumat bibirnya dengan mesra.Dia menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku dan aku langsung mengulumnya hangat, begitu sebaliknya. Jemari tangan kirinya merayap ke bawah menelusuri sambil mengusap tubuhku mulai pundak terus ke bawah sampai ke pinggul dan diremasnya dengan gemas. Ketika tangannya bergerak kebelakang ke bulatan bokongku, dia mulai menggoyangkan seluruh badannya menggesek tubuhku yang bugil terutama pada bagian selangkangan dimana kontolnya yang sedang tegang-tegangnya menekan gundukan bukit memekku. Dia menggerakkan pinggulnya secara memutar sambil menggesek-gesekkan batang kontolnya di permukaan bibir memekku sambil sesekali ditekan-tekan. Aku ikut-ikutan menggelinjang kegelian, beberapa kali kepala kontolnya yang tegang salah sasaran memasuki belahan bibir memekku seolah akan menembus liang memekku lagi. Aku hanya merintih kesakitan dan memekik kecil, “Aawwww… Mas saakiit”, erangku. “Aahh.. Din… memekmu empuk sekali sayang, ssshh”, dia melenguh keenakan.</span><br />
<span lang="SV">Beberapa menit kemudian setelah kami puas bercumbu bibir, dia menggeser tubuhnya kebawah sampai mukanya tepat berada di atas kedua bulatan toketku, kini ganti perutnya yang menekan memekku. Jemari kedua tangannya secara bersamaan mulai menggerayangi gunung “Fujiyama” milikku, dia mulai menggesekkan ujung-ujung jemarinya mulai dari bawah toketku di atas perut terus menuju gumpalan kedua toketku yang kenyal dan montok. Aku merintih dan menggelinjang antara geli dan nikmat. “Mass, geli”, erangku lirih. Beberapa saat dia mempermainkan kedua pentilku yang kemerahan dengan ujung jemarinya. Aku menggelinjang lagi, dipuntirnya sedikit pentilku dengan lembut. ” Mas…” aku semakin mendesah tak karuan. Secara bersamaan akhirnya dia meremas-remas gemas kedua toketku dengan sepenuh nafsu. “Aawww…Mas”, aku mengerang dan kedua tanganku memegangi kain sprei dengan kuat. </span><span lang="PT-BR">Dia semakin menggila tak puas meremas lalu mulutnya mulai menjilati kedua toketku secara bergantian. Lidahnya menjilati seluruh permukaan toketku itu sampai basah, mulai dari toket yang kiri lalu berpindah ke toket yang kanan, digigit-gigitnya pentilku secara bergantian sambil diremas-remas dengan gemas sampai aku berteriak-teriak kesakitan. Lima menit kemudian lidahnya bukan saja menjilati kini mulutnya mulai beraksi menghisap kedua pentilku sekuat-kuatnya. Dia tak peduli aku menjerit dan menggeliat kesana-kemari, sesekali kedua jemari tanganku memegang dan meremasi rambutnya, sementara kedua tangannya tetap mencengkeram dan meremasi kedua toketku bergantian sambil menghisap-hisap pentilnya. </span><span lang="SV">Bibir dan lidahnya dengan sangat rakus mengecup, mengulum dan menghisap kedua toketku. Di dalam mulutnya pentilku dipilin dengan lidahnya sambil terus dihisap. Aku hanya bisa mendesis, mengerang, dan beberapa kali memekik kuat ketika giginya menggigiti pentilku dengan gemas, hingga tak heran kalau di beberapa tempat di kedua bulatan toketku itu nampak berwarna kemerahan bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas gigitannya.</span><br />
<span lang="SV">Cukup lama dia mengemut toketku, setelah itu bibir dan lidahnya kini merayap menurun ke bawah. Ketika lidahnya bermain di atas pusarku, aku mulai mengerang-erang kecil keenakan, dia mengecup dan membasahi seluruh perutku. Ketika dia bergeser ke bawah lagi dengan cepat lidah dan bibirnya telah berada di atas gundukan bukit memekku. “Buka pahamu Din..” teriaknya tak sabar, posisi pahaku yang kurang membuka itu membuatnya kurang leluasa untuk mencumbu memekku itu. “Oooh… masss”, aku hanya merintih lirih. Dia membetulkan posisinya di atas selangkangan ku. Aku membuka ke dua belah pahaku lebar-lebar, aku sudah sangat terangsang sekali. Kedua tanganku masih tetap memegangi kain sprei, aku kelihatan tegang sekali. “Sayang… jangan tegang begitu dong sayang”, katanya mesra.<br />
“Lampiaskan saja perasaanmu, jangan takut kalau IDin merasa nikmat, teriak saja sayang biar puass….” katanya selanjutnya. Sambil memejamkan mata aku berkata lirih. “Iya mass eenaak sih mass”, kataku polos. Dia memandangi memekku yang sudah ditumbuhi jembut namun kulit dimemekku dan sekitarnya itu tidak tampak keriput sedikitpun, masih kelihatan halus dan kencang. Bibir memekku kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah sempit yang berada diantara kedua bibir memekku itu tertutup rapat. “MAs… ngapain sih kok ngelamun, bau yaa Mas?” tanyaku sambil tersenyum. Wajahku sedikit kusut dan berkeringat.”abisnya memekmu lucu sih, bau lagi”, balasnya nakal. “Iiihh… jahat”, Belum habis berkata begitu aku memegang kepalanya dan mengucek-ucek rambutnya. Dia tertawa geli.</span><br />
<span lang="SV">Selanjutnya aku menekan kepalanya ke bawah, sontak mukanya terutama hidung dan bibirnya langsung nyosor menekan memekku, hidungnya menyelip di antara kedua bibir memekku. Bibirnya mengecup bagian bawah bibir memekku dengan bernafsu, sementara jemari kedua tangannya merayap ke balik pahaku dan meremas bokongku yang bundar dengan gemas. </span><span lang="PT-BR">Dia mulai mencumbui bibir memekku yang tebal itu secara bergantian seperti kalau dia mencium bibirku. Puas mengecup dan mengulum bibir bagian atas, dia berpindah untuk mengecup dan mengulum bibir memekku bagian bawah. Karena ulahnya aku sampai menjerit-jerit karena nikmatnya, tubuhku menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang, beberapa kali kedua pahaku sampai menjepit kepalanya yang lagi asyik masyuk bercumbu dengan bibir memekku. Dia memegangi kedua belah bokongku yang sudah berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak, sepertinya dia tak rela melepaskan pagutan bibirnya pada bibir memekku. aku mengerang-erang dan tak jarang memekik cukup kuat saking nikmatnya. Kedua tanganku meremasi rambutnya sampai kacau, sambil menggoyang-goyangkan pinggulku. Kadang pantat kunaikkan sambil mengejan nikmat atau kadang kugoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidahnya pada seluruh permukaan memekku. aku berteriak makin keras, dan terkadang seperti orang menangis saking tak kuatnya menahan kenikmatan yang diciptakannya pada memekku. </span><span lang="SV">Tubuhku menggeliat hebat, kepalaku bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat, sambil mengerang tak karuan. Dia semakin bersemangat melihat tingkahku, mulutnya semakin buas, dengan nafas setengah memburu disibakkannya bibir memekku dengan jemari tangan kanannya, terlihat daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurnya bercampur dengan cairan lendirku, agak sebelah bawah terlihat celah liang memekku yang amat sangat kecil dan berwarna kemerahan pula. Dia mencoba untuk membuka bibir memekku agak lebar, namun aku memekik kecil karena sakit. “aawww mass.. sakiit”, pekikku kesakitan. “maaf sayang, sakit yaa…” bisiknya khawatir. Dia mengusap dengan lembut bibir memekku agar sakitnya hilang, sebentar kemudian lalu disibakkan kembali pelan-pelan bibir memekku, celah merahnya kembali terlihat, agak ke atas dari liang memekku yang sempit itu ada tonjolan daging kecil sebesar kacang hijau yang juga berwarna kemerahan, inilah itil, bagian paling sensitif dari memek wanita. Lalu secepat kilat dengan rakus lidahnya dijulurkan sekuatnya keluar dan mulai menyentil-nyentil daging itilku. Aku memekik sangat keras sambil menyentak-nyentakkan kedua kakiku ke bawah. Aku mengejang hebat, pinggulku bergerak liar dan kaku, sehingga jilatannya pada itilku jadi luput. Dengan gemas dia memegang kuat-kuat kedua belah pahaku lalu kembali menempelkan bibir dan hidungnya di atas celah kedua bibir memekku, dia menjulurkan lidahnya keluar sepanjang mungkin lalu ditelusupkannya lidahnya menembus jepitan bibir memekku dan kembali menyentil nikmat itilku dan, aku memekik tertahan dan tubuhku kembali mengejan sambil menghentak-hentakkan kedua kakiku, pantat ku angkat ke atas sehingga lidahnya memasuki celah bibir memekku lebih dalam dan menyentil-nyentil itilku. Begitu singkat karena tak sampai 1 menit aku terisak menangis dan ada semburan lemah dari dalam liang memekku berupa cairan hangat agak kental banyak sekali. Dia masih menyentil itilku beberapa saat sampai tubuhku terkulai lemah dan akhirnya pantatku pun jatuh kembali ke kasur. Aku melenguh panjang pendek meresapi kenikmatan yang baru kurasakan, sementara dia masih menyedot sisa-sisa lendir yang keluar ketika aku nyampe. Seluruh selangkanganku tampak basah penuh air liur bercampur lendir yang kental. Dia menjilati seluruh permukaan memekku sampai agak kering, “Sayaang… puas kan…” bisiknya lembut namun aku sama sekali tak menjawab, mataku terpejam rapat namun mulutku tersenyum bahagia. “Giliranku sayang, aku mau masuk nih… tahan sakitnya sayang”, bisiknya lagi tanpa menunggu jawabannya.</span><br />
<span lang="SV">Dia segera bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuhku yang telanjang berkeringat. Toketku penuh lukisan hasil karyanya. Dengan agak kasar dia menarik kakiku ke atas dan ditumpangkannya kedua pahaku pada pangkal pahanya sehingga kini selangkanganku menjadi terbuka lebar. Dia menarik bokongku ke arahnya sehingga kontolnya langsung menempel di atas memekku yang masih basah. Dia mengusap-usapkan kepala kontolnya pada kedua belah bibir memekku dan lalu beberapa saat kemudian dengan nakal kontolnya ditepuk-tepukkan dengan gemas ke memekku. Aku menggeliat manja dan tertawa kecil, “Mas… iiih.. gelii.. aah”, jeritku manja. “Sayaang, kontolku mau masuk nih… tahan yaa sakitnya”, bisiknya nakal penuh nafsu. “Iiihh… jangan kasar ya mass… pelan-pelan saja masukinnya, aku takut sakiit”, sahutku polos penuh kepasrahan. Sedikit disibakkannya bibir memekku dengan jemari kirinya, lalu diarahkannya kepala kontolnya yang besar ke liang memekku yang sempit. Dia mulai menekan dan aku pun meringis, dia tekan lagi… akhirnya perlahan-lahan mili demi mili liang memekku itu membesar dan mulai menerima kehadiran kepala kontolnya. Aku menggigit bibir. Dia melepaskan jemari tangannya dari bibir memekku dan plekk… bibir memekku langsung menjepit nikmat kepala kontolnya. “Tahan sayang…” bisiknya bernafsu. Aku hanya mengangguk pelan, mata lalu kupejamkan rapat-rapat dan kedua tanganku kembali memegangi kain sprei. Dia agak membungkukkan badannya ke depan agar pantatnya bisa lebih leluasa untuk menekan ke bawah. Dia memajukan pinggulnya dan akhirnya kepala kontolnya mulai tenggelam di dalam liang memekku. Dia kembali menekan, dan aku mulai menjerit kesakitan. Dia tak peduli, mili demi mili kontolnya secara pasti terus melesak ke dalam liang memekku dan tiba-tiba setelah masuk sekitar 4 centi seperti ada selaput lunak yang menghalangi kepala kontolnya untuk terus masuk, dia terus menekan dan aku melengking keras sekali lalu menangis terisak-isak. selaput daraku robek. Dia terus menekan kontolnya, ngotot terus memaksa memasuki liang memekku yang luar biasa sempit itu. Dia memegang pinggulku, dan ditariknya kearahnya kontolnya masuk makin ke dalam, Aku terus menangis terisak-isak kesakitan, sementara dia sendiri malah merem melek keenakan. Dan dia menghentak keras ke bawah, dengan cepat kontolnya mendesak masuk liang memekku. dia mengerang nikmat. Dihentakkan lagi pantatnya ke bawah dan akhirnya kontolnya secara sempurna telah tenggelam sampai kandas terjepit di antara bibir memekku. dia berteriak keras saking nikmatnya, matanya mendelik menahan jepitan ketat memekku yang luar biasa. Sementara aku hanya memekik kecil lalu memandangnya sayu. “Mass… aku sudah nggak perawan lagi sekarang”, bisikku lirih. Kami sama-sama tersenyum.</span><br />
<span lang="SV">Direbahkannya badannya di atas tubuhku yang telanjang, aku memeluknya penuh kasih sayang, toketku kembali menekan dadanya. Memekku menjepit meremas kuat kontolnya yang sudah amblas semuanya. Kami saling berpandangan mesra,dia mengusap mesra wajahku yang masih menahan sakit menerima tusukan kontolnya. “Mas… bagaimana rasanya”, bisikku mulai mesra kembali, walaupun sesekali kadang aku menggigit bibir menahan sakit. “Enaak sayang.. dan nikmaat… oouhh aku nggak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata sayang… selangit pokoknya”, bisiknya. “MAs, bagaimana kalau aku sampai hamil?” bisikku sambil tetap tersenyum.”Oke…nanti setelah ng***** kita cari obat di apotik, obat anti hamil”, bisiknya gemas. “Iihh… nakal…” sahutku sambil kembali mencubit pipinya. “Biariin…” “Maasss…” aku agak berteriak. “Apaan sih…” tanyanya kaget. Lalu sambil agak bersemu merah dipipi aku berkata lirih. “dienjot dong…” bisikku hampir tak terdengar.<br />
“Iiih kamu kebanyakan nonton film porno, kan memeknya masih sakiit”, jawabnya. “Pokoknya, dienjot dong Mas…” sahutku manja. Dia mencium bibirku dengan bernafsu, dan akupun membalas dengan tak kalah bernafsu. Kami saling berpagutan lama sekali, lalu sambil tetap begitu dia mulai menggoyang pinggul naik turun. kontolnya mulai menggesek liang memekku dengan kasar, pinggulnya menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan kontolnya yang tegang. Aku memeluk punggungnya dengan kuat, ujung jemari tanganku menekan punggungnya dengan keras. Kukuku terasa menembus kulitnya. Tapi dia tak peduli, dia sedang meng*****i dan menikmati tubuhku. Aku merintih dan memekik kesakitan dalam cumbuannya. Beberapa kali aku sempat menggigit bibirnya, namun itupun dia tak peduli. Dia hanya merasakan betapa liang memekku yang hangat dan lembut itu menjepit sangat ketat kontolnya. Ketika ditarik keluar terasa daging memekku seolah mencengkeram kuat kontolnya, sehingga terasa ikut keluar. Aku melepaskan ciumannya dan mencubit pinggangnya. “Awww… aduuh Mass… sakit … . ngilu Mas” aku berteriak kesakitan. “Maaf sayang… aku mainnya kasar yaah? aku nggak tahan lagi sayang aahhgghghh”, bisiknya. “pejuku mau keluar, desahnya sambil menyemprotkan peju yang banyak di liang memekku. Kami pun berpelukan puas atas kejadian tersebut. Dan tanpa terasa kami ketiduran sambil berpelukan telanjang bulat karena kecapaian dalam permainan tadi.</span><br />
<span lang="SV">Kami tidur dua jam lamanya lalu kami berdua mandi bersama. Di dalam kamar mandi kami saling membersihkan dan berciuman. Dia minta aku jongkok. Dia mengajariku untuk menjilati serta mengulum kontolnya yang sudah tegak berdiri. Kontolnya kukulum sambil mengocoknya pelan-pelan naik turun. “Enak banget yang, kamu cepet ya belajarnya. Terus diemut yang”, erangnya. Kemudian giliran dia, aku disuruhnya berdiri sambil kaki satunya ditumpangkan di bibir bathtub agar siap mendapat serangan oralnya. Dia menyerang selangkanganku dengan lidah yang menari-nari kesana kemari pada itilku sehingga aku mengerang sambil memegang kepalanya untuk menenggelamkannya lebih dalam ke memekku. Dia tahu apa yang kumau, lalu dijulurkannya lidahnya lebih dalam ke memekku sambil mengorek-korek itilku dengan jari manisnya. Semakin hebat rangsangan yang aku rasakan sampai aku nyampe, dengan derasnya lendirku keluar tanpa bisa dibendung. Dia menjilati dan menelan semua lendirku itu tanpa merasa jijik. “Mas, nikmat banget deh, aku sampe lemes”, kataku. “Ya udah kamu istirahat aja, aku mau ngangetin makanan dulu ya”, katanya. .Aku berbaring di ranjang, ngantuk sampe ketiduran lagi.</span><br />
<span lang="SV">DIa membangunkanku dan mengajakku makan nasi padang yang sudah disiapkannya. “Din, malem ini kita tidur disini aja ya, aku masih pengen ngerasain peretnya memekmu lagi. Kamu mau kan kita ngen tot lagi”, katanya sambil membelai pipiku. “Aku nurut aja apa yang mas mau, aku kan udah punyanya mas”, jawabku pasrah. Sehabis makan langsung Aku dibawanya lagi keranjang, dan direbahkan. Kami langsung berpagutan lagi, aku sangat bernapsu meladeni ciumannya. Dia mencium bibirku, kemudian lidahnya menjalar menuju ke toketku dan dikulumnya pentilku. Terus menuju keperut dan dia menjilati pusarku hingga aku menggelepar menerima rangsangan itu yang terasa nikmat. “Mas enak sekali..” nafasku terengah2. Lumatannya terus dilanjutkannya pada itilku. Itilku dijilatinya, dikulum2, sehingga aku semakin terangsang hebat. Pantatku kuangkat supaya lebih dekat lagi kemulutnya. Diapun merespons hal itu dengan memainkan lidahnya ke dalam memekku yang sudah dibukanya sedikit dengan jari. Ketika responsku sudah hampir mencapai puncak, dia menghentikannya. Dia ganti dengan posisi 6. Dia telentang dan minta aku telungkup diatas tubuhnya tapi kepalaku ke arah kontolnya. Dia minta aku untuk kembali menjilati kepala kontolnya lalu mengulum kontolnya keluar masuk mulutku dari atas. Setelah aku lancar melakukannya, dia menjilati memek dan itilku lagi dari bawah. Selang beberapa lama kami melakukan pemanasan maka dia berinisiatif untuk menancapkan kontolnya di memekku.</span><br />
<span lang="SV">Aku ditelentangkannya, pahaku dikangkangkannya, pantatku diganjal dengan bantal. “buat apa mas, kok diganjel bantal segala”, tanyaku. “biar masuknya dalem banget yang, nanti kamu juga ngerasa enaknya”, jawabnya sambil menelungkup diatasku. Kontolnya digesek2kan di memekku yang sudah banyak lendirnya lagi karena itilku dijilati barusan. “Ayo Mas cepat, aku sudah tidak tahan lagi” pintaku dengan bernafsu. “Wah kamu sudah napsu ya Din, aku suka kalo kita ngen tot setelah kamu napsu banget sehingga gak sakit ketika kontolku masuk ke memek kamu”, jawabnya. Dengan pelan tapi pasti dia masukan kontolnya ke memekku. “Pelan2 ya mas, biar gak sakit”, lenguhku sambil merasakan kontolnya yang besar menerobos memekku yang masih sempit. Dia terus menekan2 kontolnya dengan pelan sehingga akhirnya masuk semua. Lalu dia tarik pelan-pelan juga dan dimasukkan lagi sampai mendalam, terasa kontolnya nancep dalem sekali. “Mas enjot yang cepat, Mas, aku udah mau nyampe ach.. Uch.. Enak Mas, lebih enak katimbang dijilat mas tadi”, lenguhku. “Aku juga mau keluar, yang”, jawabnya. Dengan hitungan detik kami berdua nyampe bersama sambil merapatkan pelukan, terasa memekku berkedutan meremes2 kontolnya. Lemas dan capai kami berbaring sebentar untuk memulihkan tenaga.</span><br />
<span lang="SV">Sudah satu jam kami beristirahat, lalu dia minta aku mengemut kontolnya lagi. “Aku belum puas yang, mau lagi, boleh kan?” yanyanya. “Boleh mas, aku juga pengen ngerasain lagi nyampe seperti tadi”, jawabku sambil mulai menjilati kepala kontolnya yang langsung ngaceng dengan kerasnya. Kemudian kepalaku mulai mengangguk2 mengeluar masukkan kontolnya dimulutku. Dia mengerang kenikmatan, “Enak banget Din emutanmu. Tadi memekmu juga ngempot kontolku ketika kamu nyampe. Nikmat banget deh malam ini, boleh diulang ya sayang kapan2?. Aku diam tidak menjawab karena ada kontolnya dalam mulutku. “Din, aku udah mau ngecret nih, aku masukkin lagi ya ke memek kamu”, katanya sambil minta aku nungging. “MAu ngapain mas, kok aku disuru nungging segala”, jawabku tidak mengerti. “udah kamu nungging aja, mas mau ngen totin kamu dari belakang”, jawabnya. Sambil nungging aku bertanya lagi, “Mau dimasukkin di pantat ya mas, aku gak mau ah”. “Ya gak lah yang, ngapain di pantat, di memek kamu udah nikmat banget kok”, jawabnya. dengan pelan diumasukkannya kontolnya ke memekku, ditekan2nya sampe amblas semua, terasa kontolnya masuk dalem sekali, seperti tadi ketika pantatku diganjel bantal. Kontolnya mulai dikeluarmasukkan dengan irama lembut. Tanpa sadar aku mengikuti iramanya<br />
dengan menggoyangkan pantatku. Tangan kirinya menjalar ke toketku dan diremas-remas kecil, sambil mulai memompa dengan semakin cepat. Aku mulai merasakan nikmatnya dien tot, sakit sudah tidak terasa lagi. “Mas, aku udah ngerasa enaknya dien tot, terus yang cepet ngenjotnya mas, rasanya aku udah mau nyampe lagi”, erangku. Dia tidak menjawab, enjotan kontolnya makin lama makin cepet dan keras, nikmat banget deh rasanya. Akhirnya dengan satu enjotan yang keras dia melenguh, “Din aku ngecret, aah”, erangnya. “Mas, aku nyampe juga mas, ssh”, bersamaan dengan ngecretnya pejunya aku juga nyampe.Kembali aku terkapar kelelahan.</span><br />
<span lang="SV">Ketika aku terbangun, hari udah terang. Aku nggeletak telanjang bulat di ranjang dengan Satu kaki terbujur lurus dan yang sebelah lagi menekuk setengah terbuka mengangkang. Dia yang sudah bangun lebih dulu, menaiki ranjang dan menjatuhkan dadanya diantara kedua belah paha ku. Lalu dengan gemas, diciumnya pusarku. ” Mass, geli!” aku menggeliat manja. </span>Dia tersenyum sambil terus saja menciumi pusarku berulang2 hingga aku menggelinjang beberapa kali. Dengan menggunakan ke2 siku dan lututnya ia merangkak sehingga wajahnya terbenam diantara ke2 toketku. Lidahnya sedikut menjulur ketika dia mengecup pentilku sebelah kiri, kemudian pindah ke pentil kanan. Diulangnya beberapa kali, kemudian dia berhenti melakukan jilatannya. Tangan kirinya bergerak keatas sambil meremes dengan lembut toketku. Remasannya membuat pentilku makin mengeras, dengan cepat dikecupnya pentilku dan dikulum2nyasambil mengusap punggungku dengan tangan kanannya. “Kamu cantik sekali,” katanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku hanya tersenyum, aku senang mendengar pujiannya. Kurangkul lehernya, kemudian kucium bibirnya. Lidahnya yang nyelip masuk mulutku kuhisap2. <span lang="SV">Aku segera meraba kontolnya lagi, kugenggam dan kugesek2kan ke memekku yang mulai berlendir. Lendir memekku melumuri kepala kontolnya, kontolnya menjadi makin keras. Urat2 berwarna hijau di kulit batang kontolnya makin membengkak. Dia menekan pinggulnya sehingga kepala kontolnya nyelip di bibir memekku. Terasa bibir memekku menjepit kontolnya yang besar itu. Dia menciumi leherku, dadanya direndahkan sehingga menekan toketku. “Oh…mas”, lenguhku ketika ia menciumi telingaku. “Kakimu dibelitkan di pinggangku Din”, pintanya sambil terus mencium bibirku. Tangan kirinya terus meremas toketku sedang tangan satunya mengelus pahaku yang sudah kulingkarkan di pinggangnya. Lalu dia mendorong kontolnya lebih dalam. Sesak rasanya memekku. Pelan2 dia menarik sedikit kontolnya, kemudian didorongnya. Hal ini dia lakukan beberapa kali sehingga lendir memekku makin banyak keluarnya, mengolesi kepala kontolnya. Sambil menghembuskan napas, dia menekan lagi kontolnya masuk lebih dalam. Dia menahan gerakan pinggulnya ketika melihat aku meringis. “Sakit yang”, tanyanya. “Tahan sedikit ya”. Dia kembali menarik kontolnya hingga tinggal kepalanya yang terselip di bibir luar memekku, lalu didorongnya kembali pelan2. Dia terus mengamati wajahku, aku setengah memejamkan mata tapi sudah tidak merasa sakit. “Din, nanti dorong pinggul kamu keatas ya”, katanya sambil menarik kembali kontolnya. Dia mencium bibirku dengan lahap dan mendorong kontolnya masuk kontolnya. Pentilku diremesnya dengan jempol dan telunjuknya. Aku tersentak karena enjotan kontolnya dan secara reflex aku mendorong pinggulku ke atas sehingga kontolnya nancap lebih dalam. Aku menghisap lidahnya yang dijulurkan masuk ke mulutku. Sementara itu dia terus menekan kontolnya masuk lebih dalam lagi. Dia menahan gerakan pinggulnya, rambutku dibelai2nya dan terus mengecup bibirku. Kontolnya kembali ditariknya keluar lagi dan dibenamkan lagi pelan2, begitu dilakukannya beberapa kali sehingga seluruh kontolnya sudah nancap di memekku. Aku merangkul lehernya dan kakiku makin erat membelit pinggangnya.”Akh mas”, lenguhku ketika terasa kontolnya sudah masuk semua, terasa memekku berdenyut meremes2 kontolnya. “Masih sakit Din”, tanyanya. “Enak mas”, jawabku sambil mencakari punggungnya, terasa biji pelernya memukul2 pantatku. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk memekku. Entah bagaimana dia mengenjotkan kontolnya, itilku tergesek kontolnya ketika dia mengenjotkan kontolnya masuk. Aku menjadi terengah2 karena nikmatnya. Dia juga mendesah setiap kali mendorong<br />
kontolnya masuk semua, “Din, memekmu peret sekali, terasa lagi empotannya, enak banget sayang ng***** dengan kamu”.Tangannya menyusup ke punggungku sambil terus mengenjotkan kontolnya. Terasa bibir memekku ikut terbenam setiap kali kontolnya dienjot masuk. “Mas”, erangku. Terdengar bunyi “plak” setiap kali dia menghunjamkan kontolnya. Bunyi itu berasal dari beradunya pangkal pahanya dengan pangkal pahaku karena aku mengangkat pinggulku setiap dia mengenjot kontolnya masuk. “Din, aku udah mau ngecrot”, erangnya lagi. Dia menghunjamkan kontolnya dalam2 di memekku dan terasalah pejunya nyembur2 di dalam memekku. Bersamaan dengan itu, “Mas, aku nyampe juga mas”, aku mengejang karena ikutan nyampe. Nikmat banget bersama dia, walaupun perawanku hilang aku tidak nyesel karena ternyata dien tot itu mendatangkan kenikmatan luar biasa.</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-5482243919917602462011-01-10T15:31:00.001+07:002011-01-10T15:31:35.034+07:00Keponakanku Sayang<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<div style="text-align: justify;">Habis isi pulsa,tapi mau kugunakan apa aku bingung,mau telpon orang terdekat ya gak punya problem yang harus dibicarakan jadi sebaiknya aku gunakan untuk apa’. Masih bingung sambil duduk di sebuah sofa di depan ku masih terhidang sepotong cake manis dan kopi susu,aku bairkan saja dulu. Terbersit sekilas ide cantik. Bayangan keponakan nakal “Febi’ kok banyak banget dikepala,akhirnya ku putuskan untuk meneleponnya,sudah lama gak denger suaranya yang centil dan genit.kehadirannya dan suaranya kadang aku rindukan membuat segala yang ku pikirkan dangkal jadi terang kembali,ku coba Berkali kali kucoba menghubungi HP Febi, dia keponakanku yang kuliah di Semarang, tapi selalu dijawab si Veronica,Wow,sebal banget suaranya bukan dari orang yang aku harapkan melainkan sekretaris nasional dari Telkomsel. Akhirnya aku spekulasi untuk langsung saja ke tempat kost-nya, aku masih punya waktu 2 jam sebelum schedule pesawat ke Jakarta, rasanya kurang pantas kalau aku di Semarang tanpa menengok keponakanku yang sejak SMP ikut denganku.</div><a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">Kuketuk pintu rumah bercat biru, rumah itu kelihatan sunyi seakan tak berpenghuni, memang jam 12 siang begini adalah jam bagi anak kuliah berada kampus. <span lang="SV">Lima menit kemudian pintu dibuka, ternyata Desi, teman sekamar Febi, sudah tingkat akhir dan sedang mengambil skripsi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">“Febi ada?” tanyaku begitu pintu terbuka.<br />
“Eh.. Om Hendra.., anu Om.. anu.. Febi-nya sedang ke kampus, emang dia nggak tahu kalo Om mau kesini?” sapanya dengan nada kaget.<br />
Aku dan istriku sudah beberapa kali menengok keponakanku ini sehingga sudah mengenal teman sekamarnya dan sebagian penghuni rumah kost tersebut.<br />
“Om emang ndadak aja, pesawat Om masih 2 jam lagi, jadi kupikir tak ada salahnya kalo mampir sebentar daripada bengong di airport” jawabku sambil mengangsurkan lumpia yang kubeli di pandanaran.<br />
“Aku ingin nemenin Om ngobrol tapi maaf Om aku harus segera bersiap ke kantor, maklum aja namanya juga lagi magang, apalagi sekretaris di kantor sedang cuti jadi aku harus ganti jam 1 nanti” jawabnya lagi tanpa ada usaha untuk mempersilahkan aku masuk.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">“Sorry aku nggak mau merepotkanmu, tapi boleh nggak aku pinjam kamar mandi, perut Om sakit nih” pintaku karena tiba tiba terasa mulas.<br />
Desi berdiam sejenak.<br />
“Please, sebentar aja” desakku, aku tahu memang nggak enak kalau masuk tempat kost putri apalagi Cuma ada Desi sendirian di rumah itu.<br />
“Oke tapi jangan lama lama ya, nggak enak kalau dilihat orang, apalagi aku sendirian di sini” jawabnya mempersilahkanku masuk.<br />
“Oke, cuman sebentar kok, cuma buang hajat aja” kataku</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Aku tahu kamar mandi ada di belakang jadi aku harus melewati kamar Desi yang juga kamar Febi yang letaknya di ujung paling belakang dari 9 kamar yang ada dirumah itu sehingga tidak terlihat dari ruang tamu. Desi tak mengantarku, dia duduk di ruang tamu sambil makan lumpia oleh olehku tadi, kususuri deretan kamar kamar yang tertutup rapat, rupanya semua sedang ke kampus. Kulihat kamar Febi sedikit terbuka, mungkin karena ada Desi di rumah sehingga tak perlu ditutup, ketika kudekat di depannya kudengar suara agak berisik, mungkin radio pikirku, tapi terdengar agak aneh, semacam suara desahan, mungkin dia sedang memutar film porno dari komputernya, pikirku lagi. Ketika kulewat di depan kamar, suara itu terdengar makin jelas berupa desahan dari seorang laki dan perempuan, dasar anak muda, pikirku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Tiba tiba pikiran iseng keluar, aku berbalik mendekati kamar itu, ingin melihat selera anak kuliah dalam hal film porno, dari pintu yang sedikit terbuka, kuintip ke dalam untuk mengetahui film apa yang sedang diputar. Pemandangan ada di kamar itu jauh mengagetkan dari apa yang kubayangkan, ternyata bukan adegan film porno tapi kenyataan, kulihat dua sosok tubuh telanjang sedang bergumulan di atas ranjang, aku tak bisa mengenali dengan jelas siapa mereka, karena sudut pandang yang terbatas. Sakit perutku tiba tiba hilang, ketika si wanita berjongkok diantara kaki laki laki dan mengulum kemaluannya dengan gerakan seorang yang sudah mahir, dari pantulan cermin meja rias sungguh mengagetkanku, ternyata wanita itu tak lain dan tak bukan adalah Febi, keponakanku yang aku sayang dan jaga selama ini, rambutnya dipotong pendek seleher membuatku agak asing pada mulanya. Sementara si laki lakinya aku tak kenal, yang jelas bukan pacarnya yang dikenalkan padaku bulan lalu. Aku tak tahu harus berbuat apa, ingin marah atau malahan ingin kugampar mereka berdua, lututku terasa lemas, shock melihat apa yang terjadi dimukaku. Aku ingin menerobos masuk ke dalam, tapi segera kuurungkan ketika kudengar ucapan Febi pada laki laki itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">“Ayo Mas Doni, jangan kalah sama Mas Andi apalagi si tua Freddy” katanya lepas tanpa mengetahui keberadaanku.<br />
Aku masih shock mematung ketika Febi menaiki tubuh laki laki yang ternyata namanya Doni, dan masih tidak dapat kupercaya ketika tubuh Febi turun menelan penis Doni ke vaginanya, kembali aku sulit mempercayai pemandangan di depanku ketika Febi mulai mengocok Doni dengan liar seperti orang yang sudah terbiasa melakukannya, desahan nikmat keluar dari mulut Febi dan Doni, tak ada kecanggungan dalam gerakan mereka. Tangan Doni menggerayangi di sekitar dada dan bukit keponakanku, meremas dan memainkannya. Aku masih mematung ketika mereka berganti posisi, tubuh Febi ditindih Doni yang mengocoknya dari atas sambil berciuman, tubuh mereka menyatu saling berpelukan, kaki Febi menjepit pinggang di atasnya, desahan demi desahan saling bersahutan seakan berlomba melepas birahi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Tiba tiba kudengar suara sandal yang diseret dan langkah mendekat, aku tersadar, dengan agak gugup aku menuju kamar mandi, bukannya menghentikan mereka. Kubasuh mukaku dengan air dingin, menenangkan diri seakan ingin terbangun dan mendapati bahwa itu adalah mimpi, tapi ini bukan mimpi tapi kenyataan. Cukup lama aku di kamar mandi menenangkan diri sambil memikirkan langkah selanjutnya, tapi pikiranku sungguh buntu, tidak seperti biasanya ide selalu lancar mengalir dari kepalaku, kali ini benar benar mampet. Ketika aku kembali melewati kamar itu menuju ruang tamu, kudengar tawa cekikikan dari dalam.<br />
“Nggak apa Mas, ntar kan bisa lagi dengan variasi yang lain” sayup sayup kudengar suara manja keponakanku dari kamar, tapi tak kuhiraukan, aku sudah tak mampu lagi berpikir jernih dalam hal ini.<br />
“Kok lama Om, mulas ya” Tanya Desi begitu melihatku dengan wajah lusuh, sambil menikmati lumpia entah yang keberapa.<br />
Aku diam saja, duduk di sofa ruang tamu.<br />
“Kamu bohong bilang Febi nggak ada, ternyata dia di kamar dengan pacarnya” kataku pelan datar tanpa ekspresi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Dia menghentikan kunyahan lumpianya, diam tak menjawab, kupandangi wajahnya yang hitam manis, dia menunduk menghindari pandanganku, diletakkannya lumpia yang belum habis di meja tamu.<br />
“Jadi Om memergoki mereka?” katanya pelan<br />
“Ya, dan Om bahkan melihat apa yang mereka perbuat di kamar itu”<br />
“Lalu Om marahi mereka? kok nggak dengar ada ribut?” Desi mulai penuh selidik<br />
“Entahlah, Om biarkan saja mereka melakukannya” aku seperti seorang linglung yang dicecar pertanyaan sulit<br />
“Ha?, Om biarkan mereka menyelesaikannya? Om menontonnya?” cecarnya</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Aku makin diam, seperti seorang terdakwa yang terpojok, Desi pindah duduk di sebelahku.<br />
“Om menikmatinya ya” bisiknya, tatapan matanya tajam menembus batinku.<br />
“Entahlah”<br />
“Tapi Om suka melihatnya kan?” desaknya pelan ditelingaku, kurasakan hembusan napasnya mengenai telingaku.<br />
Aku mengangguk pelan tanpa jawab.<br />
“Om”<br />
Aku menoleh, wajah kami berhadapan, hanya beberapa millimeter hidung kami terpisah, kurasakan napasnya menerpa wajahku. Entah siapa yang mulai atau mungkin aku telah terpengaruh kejadian barusan, akhirnya kami berciuman. Kejantananku kembali menegang merasakan sentuhan bibir Desi, kulumat dengan penuh gairah dan dibalasnya tak kalah gairah pula.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Desi meraih tanganku dan meletakkannya di dadanya, kurasakan bukitnya yang lembut tertutup bra, tidak terlalu besar tapi kenyal dan padat. Kubalas meletakkan tangannya di selangkanganku yang sudah mengeras. Desi menghentikan ciumannya ketika tangannya merasakan kekakuan di selangkanganku, sejenak memandangku lalu tersenyum dan kembali kami berciuman di ruang tamu.<br />
Tiba tiba aku tersadar, ini ruangan terbuka dan anak lain bisa muncul setiap saat, tentu ini tak baik bagi semua.<br />
“Kita tak bisa melakukan disini” bisikku<br />
“Tapi juga tak mungkin melakukan di kamarku” jawabnya berbisik<br />
“Kita keluar saja kalau kamu nggak keberatan” usulku<br />
“Oke aku panggil taxi dulu” jawab Desi seraya menghubungi taxi via telepon</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Sambil menunggu taxi datang kami bersikap sewajarnya, Febi masih juga belum nongol, mungkin dia melanjutkan dengan pacarnya untuk babak berikutnya. Ternyata Desi membohongiku dengan mengatakan ke kantor supaya aku segera pergi, tapi kini dia bersedia menemaniku selama menghabiskan waktu. Dengan beberapa pertimbangan maka kubatalkan penerbanganku dan kutunda besok, aku ingin bersama Desi dulu. Kutawari Desi untuk memilih hotel yang dia mau, ternyata dia mau di hotel berbintang di daerah Simpang Lima. Akhirnya Taxi yang kami tunggu datang juga, Desi kembali ke kamar berganti pakaian dan membawa beberapa barang keperluan menginap, sekaligus pesan sama Febi kalau dia tidak pulang malam ini. Dia makin cantik dan sexy mengenakan kaos ketat dengan celana jeans selutut.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Kami mendapatkan kamar yang menghadap ke arah simpang lima, Desi langsung melepas kaos dan celananya hingga tinggal bikini putih, tampak body-nya yang sexy dan menggairahkan. Kupeluk tubuh sintal Desi, dia membalas memelukku sambil melucuti pakaianku, tinggal celana dalam menutupi tubuhku, kurebahkan tubuhnya di ranjang, kutindih tubuhnya dan kuciumi bibir dan lehernya, aku masih terbayang tubuh mulus Febi yang sedang dicumbui pacarnya, kalau dibandingkan antara Desi dan Febi memang keponakanku lebih unggul baik dari kecantikan maupun body-nya. Tanpa sadar sambil mencium dan mencumbunya aku membayangkan tubuh Febi, hal yang tak pernah terlintas sebelumnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Kami sama sama telanjang tak lama kemudian, aku mengagumi keindahan buah dada Desi yang padat menantang dengan putting kemerahan, kujilati dan kukulum sambil mempermainkan dengan gigitan lembut, dia menggeliat dan mendesis. Jilatanku turun menyusuri perut dan berhenti di selangkangannya, rambut tipis menghiasi celah kedua kakinya, meski berumur 23 tahun tapi rambut kemaluannya sangat jarang, bahkan seakan Cuma membayang. Desi berusaha menutup rapat kakinya, dengan kesabaran kubimbing posisi kakinya membuka, seakan aku sedang memberikan pelajaran pada muridku. Aku sangat yakin kalau ini bukan pertama kali baginya, vaginanya yang masih segar kemerahan seolah memceritakan kalau tidak banyak merasakan hubungan sexual, tapi aku tak tahu kebenarannya. Mata Desi melotot ke arahku ketika bibirku menyusuri pahanya dan dia menjerit tertahan ketika kusentuh klitorisnya dengan lidahku.<br />
“aahh.. sshh.. ennaak Om, terus Om” desahnya meremas rambutku.<br />
Lidahku menari nari di bagian kewanitaannya, desahnya makin menjadi meski masih tertahan malu, kupermainkan jari jemariku di putingnya, dia makin menggeliat dalam nikmat. Desi memberiku isyarat untuk posisi 69, kuturuti kemauannya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">“Tadi Febi dengan posisi ini ketika Om datang” katanya sebelum mulutnya tertutup penisku.<br />
Dia menyebut Febi membuatku teringat kembali akan keponakanku, masih terbayang bagaimana dia mengulum penis pacarnya dengan penuh gairah, aku membayangkan seolah sedang bercinta dengan Febi, masih jelas dalam benakku akan kemulusan tubuh telanjang Febi yang selama ini tak pernah aku lihat, masih jelas tergambar betapa montoknya buah dada nan indah lagi padat, mungkin lebih montok dari istriku sendiri. Kurasakan Desi kesulitan mengulum penisku, aku turun dari tubuhnya, kini kepala Desi berada di selangkanganku, dijilatinya kepala penisku.<br />
“Punya Om gede banget sih, nggak muat mulutku, lagian aku nggak pernah melakukannya sama pacarku, aku Cuma melihat tadi Febi melakukannya, jadi aku ingin coba” komentarnya lalu kembali berusaha memasukkan penisku ke mulutnya, kasihan juga aku melihatnya memaksakan diri untuk mengulumku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Kurebahkan tubuh telanjang Desi lalu kuusapkan penisku di bibir vaginanya, tapi sebelum penisku menerobos masuk dia mendorongku menjauh.<br />
“Pake kondom dulu ya Om” katanya sambil bangun mengambil kondom dari tas tangannya.<br />
Aku hampir lupa kalau yang kuhadapi ini seorang mahasiswa, bukan wanita panggilan yang tak peduli pada kondom karena mereka sudah pasti mempersiapkan dengan pil anti hamil. Aku jadi teringat Febi, apakah dia juga menggunakan kondom tadi, tak sempat kuperhatikan. Desi memasangkan kondom di penisku, kondom itu seperti bergerigi dan bentuknya agak aneh.<br />
“Oleh oleh pacarku dari Singapura, ih susah amat mesti punya Om ukurannya XL kali” katanya lalu dia kembali telentang di depanku.<br />
“Pelan pelan aja ya Om, baru kali ini aku lakukan selain sama pacarku, lagian punya Om jauh lebih besar dari punya dia” bisiknya</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Kembali kusapukan penisku ke vaginanya yang sudah basah, perlahan memasuki liang kenikmatan Desi, tubuhnya menegang saat penisku menerobosnya, terasa begitu rapat, sempit dan kencang, penisku serasa dicengkeram, mungkin karena Desi terlalu tegang atau mungkin memang masih pemula. Desi memejamkan mata lalu melotot ke arahku, seakan tak percaya kalau penisku sedang mengisi vaginanya. Dia menggigit bibir bawahnya, tangannya mencengkeram lenganku, tubuhnya menggeliat ketika penisku melesak semua ke vaginanya. Kudiamkan sejenak sambil menikmati cantiknya wajah Desi dalam kenikmatan, dia menahanku ketika aku mulai mengocoknya.<br />
“Jangan dulu Om, penuh banget, seperti menembus perutku” katanya<br />
“Sakit?” tanyaku<br />
“Ya dan enak, seperti perawan dulu” jawabnya sambil mulai menggoyangkan tubuhnya, aku menganggap pertanda sudah boleh bergerak.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Perlahan aku mulai mengocok vagina Desi, pada mulanya tubuhnya kembali menegang, penisku seperti terjepit di vagina, dia mulai menggeliat dan mendesah nikmat ketika beberapa kocokan berlalu, mungkin bentuk kondom sangat berpengaruh juga pada rangsangan di vaginanya. Penisku bergerak keluar masuk dengan kecepatan normal, desahnya makin menjadi sambil meremas kedua buah dadanya. Kaki kanannya kunaikkan di pundakku, penisku makin dalam melesak. Entah kenapa, tiba tiba bayangan Febi kembali melintas dipikiranku, terbayang Febi sedang telentang menerima kocokan pacarnya, masih terdengar desahan kenikmatan darinya, maka kupejamkan mataku sambil membayangkan bahwa aku sedang mengocok keponakanku itu. Belum 5 menit aku menikmati vaginanya ketika kurasakan remasan kuat dari vaginanya disertai jeritan orgasme, fantasiku buyar. Desi terlalu cepat mencapai puncak kenikmatan itu, padahal aku masih jauh dari puncaknya, aku ingin tetap mengocoknya tapi dia sepertinya sudah kelelahan dan minta beristirahat sebentar, kupikir tak ada salahnya untuk beristirahat dulu, toh kita tidak terburu buru, masih ada waktu semalam hingga besok. Akhirnya kuturuti permintaannya, kami telentang berdampingan di atas ranjang, Desi merebahkan kepalanya di dadaku, kurasakan jantungnya yang keras berdetak disertai napas yang berat.<br />
“Punya Om sepertinya masih terasa mengganjal di dalam, abis punya Om gede banget sih” bisiknya.<br />
Aku tersenyum menghadapi kemanjaannya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Kuhubungi Room Service untuk memesan makan siang, baru tersadar ternyata kami belum makan, tak ada salahnya menambah tenaga dan energi. Tak lebih dari 10 menit kemudian kudengar bel berbunyi, cepat amat servisnya, pikirku. Kuambil handuk dan kubelitkan di pinggang,kuminta Desi menutupi tubuhnya dengan selimut. Tanpa pikir panjang kubuka pintu dan.. sungguh sangat mengagetkanku, bukannya Room Service yang nongol ternyata Febi yang berada di depan pintu, aku terkejut tak menyangka kedatangannya karena memang aku tak mengharap kedatangannya kali ini. Kusesali kecerobohanku untuk tidak mengintip terlebih dahulu dari lubang di pintu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Febi langsung menerobos masuk, seperti biasa seolah tak pernah terjadi sesuatu, dengan manja Febi memelukku seperti layaknya seorang keponakan, kucium pipi kiri kanannya, hal yang biasa kami lakukan, tapi kali ini aku merasakan getaran yang tidak seperti biasanya, aku bisa merasakan tonjolan buah dadanya yang montok mengganjal di dadaku, padahal tak pernah terjadi sebelumnya. Dia langsung nyelonong masuk ke dalam.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">“Om lagi mandi ya, malam ini Om harus traktir Febi dan temenin aku.. Mbak Desi!”<br />
Belum sempat dia menyelesaikan kata katanya ketika melihat Desi di ranjang, melihat ke arahku lalu kembali lagi ke Desi. Kami tertangkap basah, tak ada lagi alasan untuk mengelak, aku diam seribu basa menunggu reaksi dari Febi. Sebelum aku tahu harus berbuat apa, Desi bangun dari ranjang, menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut lalu menggandeng Febi ke kamar mandi, sekilas kulihat mukanya merona merah seperti orang marah. Kukenakan piyama yang ada dilemari menunggu kedua gadis itu, pasrah menerima nasib selanjutnya, meski tidak terlalu khawatir karena aku juga memegang kartunya Febi. Bel pintu kembali berbunyi ketika kedua gadis itu masih di kamar mandi, ternyata Room Service pesanan kami, mereka keluar sesaat setelah Waitress menutup pintu kamar. Bertiga kami makan dalam kebisuan setelah Desi mengenakan piyama yang sama denganku, dia berbagi makanan dengan Febi karena memang pesanan Cuma untuk kami berdua, tak ada kata yang terucap selama makan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Aku tak berani membuka topik karena belum tahu bagaimana sikap mereka terhadap kejadian ini.<br />
“Om, kita saling jaga rahasia ya, just keep among us, aku nggak keberatan Om sama Mbak Desi asal Om juga tidak cerita sama Mbak Lily tentang kejadian tadi siang” Febi membuka percakapan, aku merasakan lampu kuning mengarah hijau darinya.<br />
Febi melanjutkan, “Karena tadi Om melihatku sama Doni, aku juga ingin melihat Om sama Mbak Desi” lanjutnya mengagetkan, aku tak tahu apa maunya anak ini.<br />
“Terserah kamu Feb, toh aku juga udah biasa melihat kamu main sama pacar pacarmu” kata Desi lalu duduk dipangkuanku dengan sikap pamer.<br />
Sebenarnya agak segan juga kalau harus melakukannya didepan keponakanku sendiri, tapi Sebelum aku protes, Desi sudah mendaratkan bibirnya di bibirku, tangannya menyelip diselangkanganku, meremas penisku dan mengocoknya. Mau tak mau Kubalas dengan lumatan di bibir dan remasan di buah dadanya, rasa seganku perlahan hilang berganti dengan birahi dan sensasi, Febi seakan tidak melihat kami, menghabiskan sisa makanan yang masih ada di atas meja. Kami saling melepas piyama hingga telanjang di depan Febi. Desi merosot turun diantara kakiku, menjilati dan mengulum kemaluanku. Terkadang kurasakan giginya mengenai batang penis tegangku, maklum masih pemula.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">“Feb, lihat punya Om-mu, besar mana sama punya Doni” Desi memamerkan penis tegangku yang ada digenggamannya.<br />
“Wow, gede banget” sahut Febi lalu memandang ke arahku.<br />
“Bisa pingsan kamu kalau segede itu” lanjutnya dengan nada kagum<br />
“Nggak tuh, enak lagi, coba aja sendiri” jawab Desi melanjutkan kulumannya, kulihat Febi menggeser duduknya melihat penisku keluar masuk mulut Desi seakan tak percaya kalau dia bisa melakukannya.<br />
“Akhirnya berhasil juga mendapatkan Om-ku yang selama ini kamu kagumi” seloroh Febi mengagetkanku, Desi hanya tersenyum.<br />
“Mau coba?” goda Desi sambil menyodorkan penisku ke Febi, aku diam saja menunggu reaksi keponakanku, tapi dia diam saja, Desi menjilati penisku seakan memamerkan ke Febi mainannya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Febi menggeser lagi mendekati kami, Desi menuntun tangan Febi dan menyentuhkannya ke penisku, ada ke-ragu raguan di wajahnya untuk menyentuh penis Om-nya. Wajah putihnya bersemu merah ketika Desi menggenggamkan tangannya ke penisku, dia hanya menggenggam tanpa berani menggerakkan tangannya, memandang ke arahku seolah minta pendapat. Aku diam saja, hanya mengangguk kecil pertanda setuju. Perlahan keponakanku mulai meremas penisku, tangannya yang putih mulus sungguh kontras dengan penisku yang kecoklatan gelap, makin lama gerakannya berubah dari meremas lalu mengocok, sementara Desi masih asyik menjilati kepala penisku sambil mengelus kantong bola. Gerakan mereka mulai seirama, Febi mengocok keras ketika kepala penisku berada di mulut Desi, aku mendesah kenikmatan dalam permainan kedua gadis ini. Ketika Desi menjilati kantong bola, Febi kembali memandangku, kubalas dengan senyum dan anggukan, dia menundukkan kepalanya ke arah penisku, tapi sebelum sampai ke tujuannya Desi memotong.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">“Kami sudah telanjang masak kamu masih pakai pakaian lengkap kayak orang mau kuliah, cepat copot gih” katanya kembali menjilat dan mengulum.<br />
Febi terlihat ragu ragu untuk melepas pakaiannya dan telanjang di depanku, dia diam sejenak, aku menghindar ketika dia manatapku, meskipun sebenarnya aku sangat berharap dia melakukannya.<br />
“Kok jadi bengong gitu, kenapa malu, kan Om-mu sudah melihatmu telanjang tadi dan lagian waktu kecil kan sering dimandiin, jadi kenapa risih” goda Desi<br />
Akhirnya Febi tunduk pada godaan Desi, dia membalikkan badan membelakangiku sambil melepas kaos ketatnya, kulihat punggungnya yang mulus dengan hiasan bra hijau muda, bodynya sungguh menggetarkan tanpa timbunan lemak di perutnya, ketika jeans-nya dilepas, aku makin kagum dengan ke-sexy-annya, pantatnya padat membentuk body seperti gitar spanyol nan indah, baru sekarang aku menyadari betapa keponakanku tumbuh menjadi seorang gadis yang menawan, selama ini pengamatan seperti ini telah kulewatkan, aku hanya melihatnya sebagai seorang gadis kecil yang selalu manja, tapi tak pernah melihatnya sebagai seorang gadis cantik yang penuh gairah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Darahku berdesir makin kencang saat Febi membalikkan badannya menghadapku, buah dadanya yang sungguh montok indah nian terbungkus bra satin, kaki bukitnya menonjol seakan ingin berontak dari kungkungannya, kaki Febi yang putih mulus berhias celana dalam hijau mini di selangkangannya menutupi bagian indah kewanitaannya. Febi menyilangkan tangannya di dadanya seakan menutupi tubuhnya dari sorotan mata nakalku.<br />
“Alaa sok suci kamu, lepas aja BH-mu sekalian” Desi kembali menggoda tapi kali ini Febi tak menurutinya, dengan masih memakai bikini dia ikutan Desi mengeroyok selangkanganku, tangannya berebut dengan Desi mengocokku, kutarik tubuh Desi untuk duduk disampingku, aku ingin melihat saat pertama kali keponakanku menjilat dan mengulum penisku tanpa gangguan Desi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Mula mula agak ragu dia menjilati kepala penisku tapi akhirnya dengan penuh gairah lidahnya menyusuri seluruh bagian kejantananku sebelum akhirnya memasukkan ke mulutnya yang mungil, aku mendesis penuh kenikmatan saat pertama kali penisku menerobos bibir dan mulut Febi, sungguh kenikmatan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, kenikmatan yang bercampur dengan sensasi yang hebat, mendapat permainan oral dari keponakanku sendiri. Penisku makin cepat meluncur keluar masuk mulut Febi. Diluar dugaanku ternyata Febi sangat mahir bermain oral, jauh lebih mahir dibandingkan Desi, sepertinya dia lebih berpengalaman dari sobat sekamarnya. Lidah Febi menari nari di kepala penisku saat berada di mulutnya, sungguh ketrampilan yang hanya dimiliki mereka yang sudah terbiasa, aku harus jujur kalau permainan oral keponakanku menyamai tantenya yaitu istriku. Begitu penuh gairah Febi memainkan penisku membuatku terhanyut dalam lautan kenikmatan, kepalanya bergerak liar turun naik diselangkanganku. Aku mendesah makin lepas dalam nikmat.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Desi kembali ke selangkanganku, kini kedua gadis bergantian memasukkan penisku ke mulutnya diselingi permainan dua lidah yang menyusuri kejantananku secara bersamaan, aku melayang makin tinggi. Desi memasang kondom, bentuknya unik berbeda dengan sebelumnya, dikulumnya sebentar penisku yang terbungkus kondom lalu dia naik ke pangkuanku, menyapukan ke vaginanya dan melesaklah penisku menerobos liang kenikmatannya saat dia menurunkan badan.<br />
“Aduuhh.. sshh.. gila Feb, punya Om-mu enak banget, penuh rasanya” komentarnya setelah penisku tertanam semua di liang vaginanya.<br />
Febi duduk di sebelahku melihat sahabatnya merasakan kenikmatan dari Om-nya, aku masih ragu untuk mulai menjamah tubuh Febi, selama ini yang kami lakukan hanya peluk dan cium dari seorang Om kepada keponakannya yang masih kecil, tapi kini aku harus melihatnya sebagai seorang gadis sexy yang menggairahkan. Belum ada keberanianku mulai menikmati tubuh sintal keponakanku, hanya memandang dengan kagum dan penuh hasrat gairah.<br />
“aagghh.. uff.. Feb.. lepas dong bikinimu, kamu harus merasakan nikmatnya Om-mu” Desi ngoceh disela desahannya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Sepertinya antara aku dan Febi saling menunggu, sama sama risih dan malu untuk mulai, ketika desahan Desi makin liar aku tak tahan lagi, kuraih kepala Febi dalam rangkulanku dan kucium bibirnya. Ada perasaan aneh ketika bibirku menyentuh bibirnya, perasaan yang tidak pernah kujumpai ketika berciuman dengan wanita manapun, mungkin hubungan batin sebagai seorang Om masih membatasi kami. Setelah sesaat berciuman agak canggung, akhirnya kami mulai menyesuaikan diri, saling melumat dan bermain lidah, jauh lebih bergairah dibanding dengan Desi atau lainnya, kami seolah sepasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu. Kocokan Desi makin liar tapi lumatan bibir lembut Febi tak kalah nikmatnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Agak gemetar tanganku ketika mulai mengelus punggung telanjang Febi, dengan susah payah, meskipun biasanya cukup dengan tiga jari, aku berhasil melepas kaitan bra yang ada di punggung. Masih tetap berciuman kulepas bra-nya, tanganku masih gemetar ketika menyusuri bukit di dada Febi, begitu kenyal dan padat berisi, kuhentikan ciumanku untuk melihat keindahan buah dadanya, jantungku seakan berdetak 3 kali lebih cepat melihat betapa indah dan menantang kedua bukitnya yang berhiaskan putting kemerahan di puncaknya, I have no idea berapa orang yang sudah menikmati keindahan ini.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Desah kenikmatan Desi sudah tak kuperhatikan lagi, kuusap dan kuremas dengan lembut, kurasakan kenikmatan kelembutan kulit dan kekenyalannya, gemas aku dibuatnya. Febi menyodorkan buah dadanya ke mukaku, langsung kusambut dengan jilatan lidah di putingnya dan dilanjutkan dengan sedotan ringan, dia menggelinjang meremas rambutku. Belum puas aku mengulum putting Febi, Desi sudah turun dari pangkuanku, lalu kami pindah ke ranjang, Desi nungging mengambil mengambil posisi doggie, langsung kukocok dia dari belakang sambil memeluk tubuh sexy Febi. Kukulum putting kemerahannya untuk kesekian kalinya bergantian dari satu puncak ke puncak lainnya, Febi mendesis nikmat, inilah pertama kali kudengar desahan nikmat langsung darinya, begitu merangsang dan penuh gairah di telinga.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Tanpa kusadari, ternyata Febi sudah melepas celana dalamnya, aku kembali terkesima untuk kesekian kalinya, selangkangannya yang indah berhias bulu kemaluan yang sangat tipis, bahkan nyaris tak ada, sungguh indah dilihat. Gerakan pinggul Desi makin tak beraturan, antara maju mundur dan berputar, penisku seperti diremas remas di vaginanya, sungguh nikmat, kali ini Desi bisa bertahan lebih lama. Kami berganti posisi, aku telentang diantara kedua gadis cantik ini dengan penis yang masih tegak tegang menantang.<br />
“Feb, gantian, kamu harus coba nikmatnya Om-mu” Desi mempersilahkan Febi, tapi aku menolak dan minta Desi segera naik melanjutkannya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Terus terang, jauh di lubuk hati ini masih menolak untuk bercinta atau bersenggama dengan Febi, aku masih harus berpikir panjang untuk bertindak lebih jauh dari sekedar oral, saat ini belum bisa menerima untuk melanjutkan ke senggama atau tidak, aku belum tahu. Desi kembali bergoyang pinggul di atasku, Febi kuberi isyarat untuk naik ke kepalaku, dia langsung mengerti, kakinya dibuka lebar di depan mukaku, terlihat dengan jelas vaginanya yang masih kemerahan seperti daging segar, kepalaku langsung terbenam di selangkangannya, lidahku menyusuri bibir dan klitorisnya sambil meremas pantatnya yang padat, desahan Febi bersahutan dengan Desi. Seperti halnya Desi, kedua gadis ini menggoyangkan pinggulnya di atasku, vagina Febi menyapu seluruh wajahku. Febi mendesah keras dan tubuhnya menegang ketika kusedot vaginanya, hampir dia menduduki wajahku. Desi minta bertukar tempat, rupanya dia ingin mendapatkan kenikmatan seperti yang aku berikan ke keponakanku. Kini vagina Desi yang basah tepat di atas mukaku, sementara Febi melepas kondom yang membalut penisku, membersihkan sisa cairan dari vagina Desi dengan selimut lalu mulai menjilatinya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Rasa asin dari vagina Desi tak kuperhatikan, cairannya menyapu mukaku, sementara kemaluanku sudah mengisi rongga mulut Febi dengan cepatnya. Aku begitu asyik menikmati vagina Desi dengan lidahku, tanpa kusadari Febi sudah mengambil posisi untuk memasukkan penisku ke vaginanya, aku baru tersadar ketika Febi sudah naik di atas tubuhku dan menyapukan penisku ke bibir vaginanya, aku harus mencegahnya, pikirku, karena masih belum memutuskan apakah harus melakukannya, hati kecilku masih belum menerima kalau aku bercinta dengan keponakanku sendiri.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">“Febi, jangan”, teriakku.<br />
Tapi terlambat, penisku sudah meluncur masuk ke vagina keponakanku tanpa kondom, sudah terjadi, ada rasa sesal meskipun sedikit sekali. Tapi rasa sesal segera berubah menjadi heran karena begitu mudahnya penisku menerobos liang vaginanya, tidak seperti Desi yang cukup sempit dan kesakitan, tapi Febi sepertinya tidak ada rasa sakit sama sekali ketika vaginanya terisi penisku yang berukuran 17 cm itu. Bahkan dia langsung mengocok dan menggoyang dengan cepatnya seolah tak ada halangan dengan ukuran penisku seperti yang dialami Desi. Goyangan pinggul Febi lebih nikmat dari Desi tapi sepertinya vagina Febi tidak sesempit Desi, tidak ada kurasakan remasan dan cengkeraman otot dari vaginanya, hanya keluar masuk dan gesekan seperti biasa, dalam hal ini vagina Desi lebih nikmat, itulah perbedaan antara Desi dan Febi, meskipun keduanya sama sama nikmat.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Desi turun dari mukaku, kuraih buah dada montok Febi dan kuremas remas gemas penuh nafsu, kutarik Febi dalam pelukanku, kukocok dari bawah dengan cepatnya, desahannya begitu bergairah di telingaku.<br />
“Oh.. yess.. enak banget Om truss.. Febi kaangeen.. Febi cemburuu.. Febi sayang Om.. udah lama Febi menunggu kesempatan ini” desahnya.<br />
Aku kaget ternyata disamping cinta seorang keponakan dia juga menyimpan cinta layaknya seorang gadis pada lawan jenisnya. Kami bergulingan, kini aku di atasnya, kunikmati ekspresi kenikmatan wajah cantik keponakanku yang sedang dilanda birahi tinggi, desahannya makin keras dan liar, rasanya lebih liar dari yang kulihat tadi siang membuatku makin bernafsu mengocok lebih cepat dan lebih keras. Dengan gemas kuciumi pipi Febi, tidak dengan perasaan kasih sayang seperti biasanya tapi penuh dengan perasaan nafsu, kususuri leher jenjangnya yang putih mulus, baru sekarang kusadari betapa menggairahkan tubuh keponakanku ini. Febi menggelinjang dan menjerit ketika lidahku mencapai puncak buah dadanya, kupermainkan putingnya yang kemerahan, dengan kuluman ringan kusedot buah dadanya, itulah yang membuat dia menggelinjang hebat penuh nikmat.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Desi memelukku dari belakang, diciuminya tengkuk dan punggungku, dalam keadaan normal bercinta dengan dua wanita cantik tentulah menyenangkan tapi ini keadaan khusus dimana pertama kali aku mencumbu keponakanku tercinta, aku ingin menikmatinya secara total, keterlibatan Desi sebenarnya kurasakan mengganggu tapi aku tak bisa menyuruhnya pergi, karena dialah aku bisa menikmati tubuh sexy Febi. Tanpa menghiraukan pelukan Desi, kuangkat kedua kaki Febi kepundakku, dengan meremas kedua buah dadanya sebagai pegangan aku mengocoknya keras dan cepat. Febi menjerit keras antara sakit dan nikmat, kepala penisku serasa menyentuh dinding terdalam dari vaginanya, tangannya mencengkeram erat lenganku, matanya melotot ke arahku seakan tak percaya aku melakukan ini padanya, tapi sorot matanya justru menambah tinggi nafsuku, dia kelihatan makin cantik dengan wajah yang bersemu merah terbakar nafsu, lebih menggairahkan dan menggoda, makin dia melotot makin cepat kocokanku, makin keras pula jerit dan desah kenikmatannya. Dan tak lama kemudian dia sampai pada puncak kenikmatan tertinggi.<br />
“Truss.. Om.. Febi mau keluar ya.. truss.. fuck me harder” dia mendesis indah, dan dengan diiringi jeritan kenikmatan panjang dia menggoyang goyangkan kepalanya, cengkeraman di lenganku makin erat, tubuhnya menegang, dia telah mencapai orgasme lebih dulu, kunikmati saat saat orgasme yang dialami Febi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Inilah pertama kali aku melihat ekspresi orgasme dari keponakanku yang cantik, begitu liar dan menggairahkan, sungguh tak kalah dengan tantenya, istriku. Tubuh Febi perlahan mulai melemah, kuturunkan kakinya dari pundakku lalu kukecup bibir dan keningnya.<br />
“Makasih Om, ini orgasme terindah yang pernah kualami, nanti lagi ya, aku ingin merasakan Om keluar di dalam” katanya mendorong tubuhku turun dari atas tubuhnya.<br />
Desi sudah sampingnya bersiap menerimaku, posisi menungging dengan kaki dibuka lebar, penisku yang masih tegang siap untuk masuk ke vagina lainnya. Rupanya Desi tak pernah melupakan pengamannya, dia memberiku kondom sebelum penisku sempat menyentuh bibir vaginanya, sementara Febi tak peduli dengan hal itu, aku tak khawatir karena memang tidak berniat memuntahkan spermaku di vagina keponakanku. Febi memasangkan kondom di penisku dan kembali untuk kesekian kalinya penisku menguak celah sempit di antara kaki Desi, sungguh sempit, meski udah beberapa kali kumasuki tapi masih tetap saja terasa mencengkeram pada mulanya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Berbeda dengan punya Febi yang langsung bisa “melahap” semuanya, Desi meringis sebentar saat penisku kudorong menguak vaginanya, cukup lama sebelum akhirnya aku bisa mengocoknya dengan normal, sesekali hentakan keras menghunjam membuatnya teriak entah sakit atau enak. Kupegangi pantatnya yang padat berisi, kocokanku makin cepat, desahan Desi begitu juga makin keras terdengar, kuraih buah dadanya yang menggantung dan kuremas sambil tetap mengocoknya. Terus terang setelah merasakan nikmatnya bercinta dengan keponakanku, terasa Desi begitu hambar, padahal saat pertama tadi dia begitu menggairahkan, kini aku hanya berusaha untuk memuaskan dia sebagai balas jasa dan secepat mungkin mencapai orgasme dengannya supaya berikutnya aku bisa lebih “all out” dengan Febi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Kocokan kerasku membawa Desi lebih cepat ke puncak kenikmatan, tangan Desi dan Febi saling meremas, teriakan orgasme Desi mengagetkanku, apalagi diiringi dengan denyutan dan remasan kuat dari vaginanya, penisku seperti diremas remas, sungguh nikmat yang tak bisa kudapat dari Febi, akhirnya akupun harus takluk pada kenikmatan cengkeraman vagina Desi, menyemprotlah spermaku di dalam vaginanya. Kembali dia menjerit merasakan denyut kenikmatan penisku, kami saling memberi denyutan nikmat, lebih nikmat dari yang kudapat tadi. Tubuhku langsung ambruk di atas punggun Desi, kami bertiga telentang dalam kenangan dan kenikmatan indah. Aku telentang di antara dua gadis cantik yang menggairahkan, Desi melepas kondom, sungguh tak menyangka kalau aku akhirnya bercinta dengan keponakanku sendiri yang sangat sexy dan menggairahkan. Diusianya yang belum 23 tahun dia terlalu pintar bermain sex apalagi permainan oralnya, sungguh sukar dipercaya kalau dia mampu melakukannya dengan sangat baik.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Setelah kudesak akhirnya dia mengakui bahwa dia sudah sering melakukannya sejak setahun yang lalu. Pertama kali yang menikmati keperawanannya adalah P. Freddy, dosennya sendiri, seorang duda berumur hampir 50 tahun, orangnya jauh dari simpatik, justru lebih mendekati sadis, karena wajahnya tipikal orang maluku yang keras. Untuk mendapatkan nilai lulus dari dia akhirnya Febi harus menyerahkan keperawanannya, kalau tidak dia tidak akan bisa melewati tahap persiapan yang berakibat Drop Out. Dengan perasaan jijik Febi menyerahkan kehangatan dan kesuciannya pada si tua bangka, seminggu sekali dia terpaksa harus melayani nafsu bejat si dosen, setelah berjalan dua bulan dan merasakan nikmatnya bercinta akhirnya keterpaksaan itu berubah menjadi ketergantungan, bukan lagi P. Fredy yang memaksa tapi terkadang justru Febi yang minta karena dia tidak mungkin melakukannya dengan orang lain. Hingga akhirnya dia menemukan teman kuliah pujaan hati, tapi begitu sampai ke urusan sex ternyata Febi masih tidak bisa melupakan keperkasaan P. Fredy, jadi dia tetap melakukannya dengan si dosen untuk mendapatkan kepuasan, pacarnya tidak pernah memperlakukan Febi seperti yang dilakukan P. Fredy, perlakuannya begitu sabar dan kebapakan dan dia selalu memenuhi apa yang Febi inginkan, tak pernah memaksa dan selalu sopan di ranjang, begitu romantis hingga Febi makin terhanyut dalam pesona si dosen, dari keterpaksaan menjadi ketergantungan. Semua berakhir setelah P. Fredy mendapat Profesor dan promosi dipindah tugas ke Ujung Pandang. Untuk memenuhi ketergantungannya Febi sering melakukannya dengan pacarnya, tapi sosok permainan sex seperti P. Fredy tak pernah dia dapatkan dari sang pacar. Entah sudah berapa kali dia ganti pacar, tak pernah lebih dari 3 bulan mereka pacaran, selalu diawali dan diakhiri di ranjang.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Cerita Febi sungguh mengagetkanku, rupanya selama ini aku dan istriku terlalu memandang enteng masalah yang dihadapi Febi, tak pernah memberi solusi yang kondusif, kini baru kusadari hal itu. Istriku pernah cerita kalau Febi ingin mendapatkan suami seperti Om-nya, aku, sabar penuh pengertian dan kebapakan, hal yang tidak pernah dia terima dari ayah kandungnya. Diam diam dia mengagumiku, aku tak menyangka kalau kekagumannya ternyata lebih jauh dari sekedar seorang Om.<br />
“Om Febi cemburu sekali ketika melihat Om sama Mbak Lily bercinta, begitu penuh perasaan dan gairah” katanya sambil kepalanya disandarkan di dadaku.<br />
“Oh ya? kapan dan dimana” tanyaku kaget<br />
“Di rumah, ketika direnovasi, hampir tiap kali aku mendengar desahan dari Mbak Lily aku naik dan mengintip dari celah celah bangunan yang belum selesai itu, setelah itu aku tak bisa tidur sampai pagi, sejak itu aku bertekad untuk bisa merasakan nikmat seperti itu dari Om, bahkan aku ingin lebih dari itu” katanya.<br />
Berarti sejak dia kelas 3 SMA dia sudah melihat kami berhubungan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Mendengar penuturan Febi gairahku kembali naik, penisku menegang dalam genggaman Febi, Desi tertidur di samping kami, mungkin kelelahan setelah mendapat 2 kali orgasme berurutan dariku.<br />
“Di sofa yuk Om, Febi udah lama nggak bermain di sofa sejak terakhir kali dengan P. Fredy” ajaknya seraya bangun dan menarikku.<br />
Febi langsung duduk di sofa dan membuka kakinya, aku tak mau langsung melakukannya, kucium bibirnya lalu turun ke leher dan berhenti di kedua bukitnya, dengan gemas kuciumi bukit di dadanya, kombinasi jilatan dan kuluman membuat dia mendesah.<br />
Sengaja kutinggalkan beberapa bekas kemerahan di buah dadanya supaya dia berhenti melakukan dengan pacarnya untuk beberapa hari. Dia cemberut ketika tahu ada kemerahan di dadanya tapi justru kecemberutannya makin menambah kecantikan wajahnya. Bibirku menyusuri perutnya lalu berhenti di selangkangannya, terasa asin ketika lidahku menyentuh vaginanya, mungkin cairan ketika dia orgasme tadi. Tangannya meremas rambutku ketika lidahku menari nari di bibir vaginanya, kakinya menjepit kepalaku, aku makin bergairah mempermainkan vaginanya dengan bibirku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">“Udah.. udah.. Om.. sekarang.. Febi udah nggak tahan nih” desahnya menarik rambutku.<br />
Aku berdiri, kusodorkan penisku ke mulutnya, dia menggenggam dan mengocoknya, memandang ke arahku sejenak sebelum menjilati dan memasukkan penisku ke mulutnya. Tanpa kesulitan, segera penisku meluncur keluar masuk mulut mungil keponakanku yang cantik, kembali kurasakan begitu pintar dia memainkan lidahnya. Antara jilatan, kuluman dan kocokan membuatku mulai melayang tinggi. Puas dengan permainan oral-nya, aku lalu jongkok di depannya, dia menyapukan penisku ke vaginanya, dia menatapku dengan pandangan penuh gairah, aku jadi agak malu memandangnya, namun nafsu lebih berkuasa, dengan sekali dorong melesaklah penisku kembali ke vaginanya, dia masih tetap menatapku ketika aku mulai mengocoknya. Kakinya menjepit pinggangku, kutarik dia dalam pelukanku, kudekap erat hingga kami menyatu dalam suatu ikatan kenikmatan birahi, saling cium, saling lumat.</span></div><div style="text-align: justify;">Febi mendesah liar seperti sebelumnya, kurebahkan dia di sofa lalu kutindih, satu kaki menggantung dan kaki satunya dipundakku. Aku tak pernah bosan menikmati ekspresi wajah innocent yang memerah penuh birahi, makin menggemaskan. Buah dadanya bergoyang keras ketika aku mengocoknya, dia memegangi dan meremasnya sendiri. Kuputar tubuhnya untuk posisi doggie, dia tersenyum, tanpa membuang waktu kulesakkan penisku dari belakang, dia menjerit dan mendorong tubuhku menjauh, kuhentikan gerakanku sejenak lalu mengocoknya perlahan, tak ada penolakan. Kupegang pantatnya yang padat berisi, Febi melawan gerakan kocokanku, kami saling mengocok, dia begitu mahir mempermainkan lawan bercintanya.</div><div style="text-align: justify;">Aku bisa melihat penisku keluar masuk vagina keponakanku, kupermainkan jari tanganku di lubang anusnya, dia menggeliat ke-gelian sambil menoleh ke arahku. <span lang="SV">Kuraih buah dadanya yang menggantung dan bergoyang indah, kuremas dengan gemas dan kupermainkan putingnya. Aku sepertinya benar benar menikmati tubuh indah keponakanku dengan berbagai caraku sendiri, ada rasa dendam tersendiri di hatiku, kalau orang lain telah menikmatinya, aku sebagai orang yang membesarkannya tentu ingin menikmatinya lebih dari lainnya, tak ada yang lebih berhak dari aku. Kuraih tangannya dan kutarik kebelakang, dengan tangannya tertahan tanganku, tubuh Febi menggantung, aku lebih bebas melesakkan penisku sedalam mungkin. Desah kenikmatan Febi mekin keras memenuhi kamar ini. Kudekap tubuhnya dari belakang, kuremas kembali buah dadanya, penisku masih menancap di vaginanya, kuciumi telinga dan tengkuknya, geliat nikmat Febi makin liar.<br />
</span>“Aduh oom.. enak banget Omm, Febi sukaa, trus Om”</div><div style="text-align: justify;">Kulepaskan tubuh Febi, kambali kami bercinta dengan doggie style, tak terasa lebih setengah jam kami bercinta, belum ada tanda tanda orgasme diantara kami. Kami berganti posisi, Febi sudah di pangkuanku, tubuhnya turun naik mengocokku, buah dadanya berayun ayun di mukaku, segera kukulum dan kusedot dengan penuh gairah hingga kepalaku terbenam diantara kedua bukitnya. Gerakan Febi berubah menjadi goyangan pinggul, berputar menari hula hop di pangkuanku, berulang kali dia menciumiku dengan gemas, sungguh tak pernah terbayangkan kalau akhirnya aku bisa saling mengulum dengannya. Tak lama kemudian, tiba tiba Febi menghentikan gerakannya, dia juga memintaku untuk diam.<br />
“Sebentar Om, Febi nggak mau keluar sekarang, masih banyak yang kuharapkan dari Om” katanya sambil lebih membenamkan kepalaku di antara kedua bukitnya, aku hampir tak bisa napas.<br />
<span lang="SV">“Kamu turun dulu” pintaku<br />
“Tapi Om, Febi kan belum” protesnya<br />
“Udahlah percaya Om” potongku</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Kutuntun dan kuputar tubuhnya menghadap dinding, kubungkukkan sedikit lalu kusapukan penisku ke vaginanya dari belakang, Febi mengerti maksudku, kakinya dibuka lebih lebar, mempermudah aku melesakkan penisku. Tubuhnya makin condong ke depan, desah kenikmatan mengiringi masuknya penisku mengisi vaginanya.<br />
“ss.. aduuh Om, enak Om.. belum pernah aku.. aauu” desahnya sambil membalas gerakanku dengan goyangan pinggulnya yang montok.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Kami saling bergoyang pinggul, saling memberi kenikmatan sementara tanganku menggerayangi dan meremas buah dadanya. Nikmat sekali goyangan Febi, lebih nikmat dari sebelumnya, berulang kali dia menoleh memandangku dengan sorot mata penuh kepuasan, mungkin dia belum pernah melakukan dengan posisi seperti ini. Tubuhnya makin lama makin membungkuk hingga tangannya sudah tertumpu meja sebelah. Kudorong sekalian hingga dia telungkup di atasnya, aku tetap masih mengocoknya dari belakang, dia menaikkan satu kakinya di pinggiran meja, penisku melesak makin dalam, kocokanku makin keras, sekeras desah kenikmatannya. Kubalikkan tubuhnya, dia telentang di atas meja, kunaikkan satu kakinya di pundakku, kukocok dengan cepat dan sedalam mungkin.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">“ss.. eegghh.. udaahh oom, Febi nggaak kuaat, mau keluar niih” desahnya<br />
“Sama Om juga”<br />
“Kita sama sama, keluarin di dalam saja, aman kok, Febi pake pil, jangan ku.. aa.. sshhiit” belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya ternyata sudah orgasme duluan, aku makin cepat mengocoknya, tak kuhiraukan teriakan orgasme Febi, makin keras teriakannya makin membuatku bernafsu. Semenit kemudian aku menyusulnya ke puncak kenikmatan, kembali dia teriak keras ketika penisku berdenyut menyemprotkan sperma di vaginanya. Aku telah membasahi vagina dan rahim keponakanku dengan spermaku, dia menahanku ketika kucoba menarik keluar.<br />
“Tunggu, biarkan keluar sendiri” cegahnya, maka kutelungkupkan tubuhku di atas tubuhnya, kucium kening dan pipinya sebelum akhirnya kucium bibirnya.<br />
“Makasih Om, permainan yang indah, the best deh pokoknya” bisiknya menatapku tajam.<br />
Kuhindari tatapannya, tak sanggup aku melawan tatapan tajam keponakanku itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Jarum jam masih menunjukkan pukul 17:30, entah sudah berapa lama aku melayani kedua gadis ini, gelapnya malam mulai menyelimuti Kota Semarang, para pedagang kaki lima di simpang lima sudah mulai menata dagangannya. Aku sempat tertidur sejenak diantara kedua gadis itu sebelum mereka membangunkanku untuk makan malam, jam 19:30. Kami memutuskan untuk makan di luar sambil shoping di Mall sebelah hotel. Ternyata mereka lebih senang shopping lebih dulu dari pada makan malam, padahal aku sudah lapar akibat bekerja terlalu keras, terpaksa aku memenuhi keinginan kedua gadis itu. Diluar dugaanku justru mereka memilih untuk belanja parfum, lingerie dan pakaian dalam, aku ikutan memilihkan untuk mereka, tentu saja yang kuanggap sexy, tak jarang aku diminta memberikan penilaian ketika mereka mencoba bra di ruang ganti, tentu dengan senang hati aku memenuhinya. Tak lupa kami membeli beberapa VCD porno di pinggiran jalan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Kami kembali ke hotel hampir pukul 22:00, kuminta mereka memakai apa yang baru mereka beli, sungguh sexy dan menggairahkan kedua bidadari itu mengenakan pakaian dalam yang serba mini pilihanku, hampir semuanya dicoba, tapi aku sudah tak tahan lagi melihat penampilan mereka. Saat mereka berganti lagi untuk ketiga kalinya, aku sudah tak sanggup menahan lebih lama lagi, terutama melihat tubuh sexy Febi, kutarik mereka ke ranjang dan kucumbui mereka bersamaan, kami saling bergulingan seperti anak kecil sedang bermain main. Mereka berebutan melepas pakaian dan celanaku, bahkan suit untuk menentukan siapa yang melepas celana dalamku. Bersama sama mereka mulai menjilati dan mengulum penisku, kedua lidah gadis itu secara bersamaan menyusuri penis dan kantong bola dengan gerakan berbeda, aku segera melayang tinggi didampingi kedua bidadari ini.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">“Om percaya nggak, Desi itu udah lama lho kagum sama Om, jadi ini sudah menjadi fantasinya” kata Febi disela kulumannya.<br />
“Ih kamu buka rahasia deh” Desi yang sedang menjilati pahaku mencubih Febi, mereka berdua tertawa sambil terus menjilatiku.<br />
Kedua tanganku meremas remas dua buah dada yang berbeda, baik kekenyalan maupun besarnya, punya Febi lebih besar tapi Desi lebih kenyal dan padat. Febi lebih cepat mengambil inisiatif, kakinya dilangkahkan ke tubuhku hingga posisi 69, Desi yang kalah cepat bergeser di antara kakiku, sambil menjilati Febi aku masih bisa merasakan kuluman dari dua mulut yang berbeda. Ketika Febi menegakkan tubuhnya melepaskan kulumannya pada penisku, Desi segera mengambil posisi untuk memasukkan penisku ke vaginanya, rupanya takut keduluan Febi dia tak mempedulikan lagi kondomnya seperti sebelumnya, kurasakan vaginanya yang rapat mencengkeram erat penisku, apalagi tanpa kondom, kurasakan makin kuat mencengkeram, hingga semua tertanam dia tak berani bergerak.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">“Om kalo keluar bilang ya” rupanya dia masih sedikit sadar<br />
Perlahan tubuhnya turun naik dan mulai menggoyangkan pinggul, penisku terasa diremas dengan hebat, gerakannya makin cepat dan tidak beraturan. Tak lebih lima menit dia turun dari tubuhku.<br />
“Feb, giliranmu, aku nggak udah tahan, bisa keluar duluan aku nanti, habis enak banget sih” katanya.<br />
Mereka bertukar posisi, sepeti sebelumnya penisku langsung masuk ke vagina Febi tanpa hambatan yang berarti, berbeda dengan Desi yang mendiamkan sesaat sebelum mengocok, tubuh Febi langsung turun naik dengan cepatnya, pinggangnya berputar putar sambil tangannya mengelus kantong bola. Aku tak bisa melihat ekspresi wajah Febi karena mukaku tertutup pantat Desi yang tepat berada di atasku dengan vagina terbuka lebar. Jerit dan desahan kedua gadis di atasku saling bersahutan merasakan kenikmatan yang berbeda.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Tak lama kemudian Febi turun, Desi mengikutinya, kedua gadis itu lalu telentang bersebelahan dan membuka kakinya lebar lebar seakan mempersilahkan aku untuk memilihnya, aku bingung, kutatap mata keduanya, sama sama memberikan pandangan yang menggairahkan. Aku yakin Desi tidak bisa bertahan lama, maka kupilih Desi duluan supaya aku bisa menikmati Febi lebih lama dan memuntahkan spermaku ke vagina keponakanku itu.<br />
“Om janji ya kalo keluar di luar saja” katanya ketika aku mendekatinya.<br />
“Kalo aku nggak mau” godaku<br />
“Pleese” Desi memelas<br />
Tanpa menjawab lagi kusapukan penisku ke vaginanya dan mendorongnya masuk perlahan lahan.<br />
“Pelan pelan Om, ini pertama kali aku nggak pake kondom” katanya pelan ketika penisku mulai menerobos liang kenikmatannya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Kutelungkupkan tubuhku menindih tubuhnya setelah penisku masuk semuanya, pantatku mulai turun naik di atas tubuhnya, desah kenikmatan mengiringi kocokanku. Febi bergeser di belakangku, rupanya dia mengatur kaki Desi, diletakkannya menjepit pinggangku, penisku makin dalam mengisi liang kenikmatannya. Kukocok dia dengan cepat dan keras, kuhentakkan sedalam mungkin, tak kupedulikan desahan kenikmatannya, aku ingin segera membuatnya orgasme dan secepatnya beralih ke tubuh keponakanku yang sedang menunggu giliran. Diluar dugaanku, ternyata Desi tidak segera orgasme seperti perkiraanku, gerakannya malah semakin liar mencengkeramku, justru hampir saja aku keluar duluan kalau tidak segera kuhentikan gerakanku dan kucabut penisku dari vaginanya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Desi tersenyum penuh kemenangan melihat aku hampir kalah, kuambil napas dalam dalam lalu kutahan dan kuhembuskan pelan pelan. Febi sudah bersiap di sampingnya dengan posisi nungging, kuturunkan teganganku dengan menciumi pantat Febi, menjilati vagina dan anusnya, dia menggeliat geli, kukocok vaginanya dengan dua jariku, dia mendesis. Setelah kurasa aku siap maka langsung kumasukkan penisku ke liang Febi dengan sekali dorong disusul kocokan cepat, dia menjerit nikmat lepas.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">“Des, remas dadanya” perintahku sambil mengocoknya keras, Desi memandangku bingung, kuraih tangannya dan kuletakkan di dada Febi, kedua gadis itu kelihatan risih tapi aku tak peduli, kupaksa Desi meremasnya. Akhirnya Febi bisa menerima remasan Desi di buah dadanya, aku makin bergairah melihatnya, apalagi ketika Desi meremas kedua buah dada yang menggantung itu. Nafsuku makin meninggi ketika Febi membalas meremas buah dada Desi, mereka saling meremas buah dada.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Aku terkejut ketika Febi mengambil inisiatif lebih jauh, tiba tiba dia menciumi buah dada Desi dan menjilati putingnya, mulanya Desi tertawa geli menerima hal itu, tapi kemudian dia ikutan mendesah dan meremas rambut Febi yang ada di dadanya. Aku makin bergairah dibuatnya, kocokanku makin cepat dan liar, seliar sedotan Febi pada buah dada sahabatnya. Desi menyusupkan tubuhnya di bawah Febi, kepalanya tepat di bawah bukit yang menggantung, mereka saling mengulum buah dada seperti permainan lesbi meski aku yakin mereka bukan golongan itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Imajinasiku makin liar melihat kenakalan mereka, kuminta Desi nungging di atas Febi, tubuhnya menempel rapat di punggungnya, memeluk rapat dari belakang, vaginanya tepat di atas pantat Febi, masih tetap mengocok Febi kumasukkan dua jariku ke liang kenikmatannya, kedua gadis itu mendesah bersahutan. Kutarik keluar penisku dan segera beralih ke liang kenikmatan di atasnya, masih saja kurasakan rapatnya vagina Desi, nikmat yang berbeda dari dua vagina. Kocokanku berpindah dari satu vagina ke vagina lainnya. Aku tak tahu harus mengakhirinya di mana, hampir saja aku orgasme ketika tiba tiba kudengar bunyi HP-ku. Ingin kuabaikan tapi deringnya terasa mengganggu.<br />
“Terima dulu Om, siapa tahu penting, atau mungkin dari Mbak Lily” kata Febi ketika aku sedang mengocok vagina di atasnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Terpaksa kutinggalkan kedua vagina yang sedang penuh gairah itu, benar saja istriku menelpon, aku menjauhi mereka, duduk di sofa supaya tidak terdengar suara napas mereka yang sedang ngos-ngosan. Kedua gadis itu menyusulku, Desi bersimpuh di antara kakiku sedangkan Febi duduk di sebelahku, menempelkan telinganya di HP, ikutan mendengar pembicaraanku dengan tantenya, sambil tangannya mengocok penisku bersamaan dengan lidah dan mulut Desi yang menari nari di penisku yang masih menegang. Handphone kuberikan ke Febi ketika istriku mau bicara padanya, akupun tak mau berlama lama bicara sama istriku dalam keadaan seperti ini, bisa bisa bicara sambil mendesah.<br />
“Ya Mbak, ini Om mau antar Febi pulang, udah malam, lagian besok kan kuliah.. agak siang sih, jam 11 pagi kuliahnya.. tapi Febi belum pamit sama ibu Kost, ntar dicari”</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Untungnya Febi mengikuti pembicaraan kami tadi hingga bisa langsung nyambung, kubalas Febi dengan mengulum putingnya ketika bicara sama tantenya, dia melototiku.<br />
“..oke deh Mbak, nanti Febi telpon ke kost deh” jawabnya mengakhiri pembicaraan.<br />
“Nakal ya, awas Febi balas” katanya lalu jongkok di sebelah sahabatnya, bersamaan mereka mengulum penisku, lidah kedua gadis itu menyusuri penisku kembali, aku mendesah sambil meremas rambut keduanya. Begitu nikmat permainan dua lidah, apalagi ketika bibir keponakanku mulai meluncur di batang kemaluanku, sementara sobatnya mempermainkan kantong bola dengan lidahnya, membawaku melayang tinggi dalam kenikmatan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Akhirnya aku menyerah dalam permainan dua mulut mereka, menyemprotlah spermaku ketika berada di mulut Desi, segera dia menarik keluar tapi terlambat, beberapa semprotan sudah membasahi tenggorokannya. Febi segera meraih penisku dan langsung memasukkan ke mulut mungilnya, semprotanku sempat mengenai wajah dan rambut Desi sebelum akhirnya habis dalam kuluman keponakanku, sedikit tetesan keluar dari celah bibirnya, dia menyedot habis semburan demi semburan hingga tetes terakhir tanpa mengeluarkan dari mulutnya. Kedua gadis itu lalu menyapukan penisku yang sudah lemas ke wajahnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Malam itu kuhabiskan dengan mengarungi lautan kenikmatan bersama keponakanku dan sahabatnya, sepertinya mereka tak ada kata puas merengkuh kenikmatan demi kenikmatan, bergantian aku harus melayani mereka sampai kewalahan melayaninya, tapi dengan bantuan film VCD yang kami putar di Laptop, sedikit banyak aku bisa mengimbangi permintaan mereka. Entah jam berapa kami baru bisa tertidur, “terpaksa” aku pulang dengan pesawat terakhir ke Jakarta besoknya, “tak tega” meninggalkan keponakanku tercinta berikut sobat karibnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV">Pesanku sebelum meninggalkannya di airport, jangan merusak rumah tangga orang, jangan merebut suami orang, dan yang paling penting, jangan sampai hamil. Suatu pesan yang tak layak disampaikan seorang paman kepada keponakannya, apa boleh buat, tak mungkin aku menyadarkan Febi dari kelakuannya kalau aku sendiri berperilaku sama, bahkan meniduri keponakanku.</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-37771108595582638152011-01-10T15:27:00.000+07:002011-01-10T15:27:09.884+07:00Bertukar Pasangan Dengan Tetanggaku<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Usiaku sekarang sudah mendekati empat puluh tahun, kalau dipikir-pikir seharusnya aku sudah punya anak, karena aku sudah menikah hampir lima belas tahun lamanya. Walaupun aku tidak begitu ganteng, aku cukup beruntung karena mendapat isteri yang menurutku sangat cantik. Bahkan dapat dikatakan dia yang tercantik di lingkunganku, yang biasanya menimbulkan kecemburuan para tetanggaku.<a name='more'></a></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Isteriku bernama Resty. Ada satu kebiasaanku yang mungkin jarang orang lain miliki, yaitu keinginan sex yang tinggi. Mungkin para pembaca tidak percaya, kadang-kadang pada siang hari selagi ada tamu pun sering saya mengajak isteri saya sebentar ke kamar untuk melakukan hal itu. Yang anehnya, ternyata isteriku pun sangat menikmatinya. Walaupun demikian saya tidak pernah berniat jajan untuk mengimbangi kegilaanku pada sex. Mungkin karena belum punya anak, isteriku pun selalu siap setiap saat.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Kegilaan ini dimulai saat hadirnya tetangga baruku, entah siapa yang mulai, kami sangat akrab. </span><span lang="SV" style="color: black;">Atau mungkin karena isteriku yang supel, sehingga cepat akrab dengan mereka. Suaminya juga sangat baik, usianya kira-kira sebaya denganku. Hanya isterinya, woow busyet.., selain masih muda juga cantik dan yang membuatku gila adalah bodynya yang wah, juga kulitnya sangat putih mulus.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Mereka pun sama seperti kami, belum mempunyai anak. Mereka pindah ke sini karena tugas baru suaminya yang ditempatkan perusahaannya yang baru membuka cabang di kota tempatku. </span><span lang="SV" style="color: black;">Aku dan isteriku biasa memanggil mereka Mas Agus dan Mbak Rini. Selebihnya saya tidak tahu latar belakang mereka. Boleh dibilang kami seperti saudara saja karena hampir setiap hari kami ngobrol, yang terkadang di teras rumahnya atau sebaliknya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Pada suatu malam, saya seperti biasanya berkunjung ke rumahnya, setelah ngobrol panjang lebar, Agus menawariku nonton VCD blue yang katanya baru dipinjamnya dari temannya. Aku pun tidak menolak karena selain belum jauh malam kegiatan lainnya pun tidak ada. Seperti biasanya, film blue tentu ceritanya itu-itu saja. Yang membuatku kaget, tiba-tiba isteri Agus ikut nonton bersama kami.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">“Waduh, gimana ini Gus..? Nggak enak nih..!”<br />
“Nggak apa-apalah Mas, toh itu tontonan kok, nggak bisa dipegang. Kalau Mas nggak keberatan, Mbak Res diajak sekalian.” katanya menyebut isteriku.<br />
Aku tersinggung juga waktu itu. Tapi setelah kupikir-pikir, apa salahnya? Akhirnya aku pamit sebentar untuk memanggil isteriku yang tinggal sendirian di rumah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">“Gila kamu..! Apa enaknya nonton gituan kok sama tetangga..?” kata isteriku ketika kuajak.<br />
Akhirnya aku malu juga sama isteriku, kuputuskan untuk tidak kembali lagi ke rumah Agus. Mendingan langsung tidur saja supaya besok cepat bangun. Paginya aku tidak bertemu Agus, karena sudah lebih dahulu berangkat. Di teras rumahnya aku hanya melihat isterinya sedang minum teh. Ketika aku lewat, dia menanyaiku tentang yang tadi malam. Aku bilang Resty tidak mau kuajak sehingga aku langsung saja tidur.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Mataku jelalatan menatapinya. Busyet.., dasternya hampir transparan menampakkan lekuk tubuhnya yang sejak dulu menggodaku. Tapi ah.., mereka kan tetanggaku. Tapi dasar memang pikiranku sudah tidak beres, kutunda keberangkatanku ke kantor, aku kembali ke rumah menemui isteriku. Seperti biasanya kalau sudah begini aku langsung menarik isteriku ke tempat tidur. Mungkin karena sudah biasa Resty tidak banyak protes. Yang luar biasa adalah pagi ini aku benar-benar gila. Aku bergulat dengan isteriku seperti kesetanan. Kemaluan Resty kujilati sampai tuntas, bahkan kusedot sampai isteriku menjerit. Edan, kok aku sampai segila ini ya, padahal hari masih pagi.Tapi hal itu tidak terpikirkan olehku lagi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Isteriku sampai terengah-engah menikmati apa yang kulakukan terhadapnya. Resty langsung memegang kemaluanku dan mengulumnya, entah kenikmatan apa yang kurasakan saat itu. Sungguh, tidak dapat kuceritakan.<br />
“Mas.., sekarang Mas..!” pinta isteriku memelas.<br />
Akhirnya aku mendekatkan kemaluanku ke lubang kemaluan Resty. Dan tempat tidur kami pun ikut bergoyang.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Setelah kami berdua sama-sama tergolek, tiba-tiba isteriku bertanya, “Kok Mas tiba-tiba nafsu banget sih..?”<br />
Aku diam saja karena malu mengatakan bahwa sebenarnya Rini lah yang menaikkan tensiku pagi ini.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Sorenya Agus datang ke rumahku, “Sepertinya Mas punya kelainan sepertiku ya..?” tanyanya setelah kami berbasa-basi.<br />
“Maksudmu apa Gus..?” tanyaku heran.<br />
“Isteriku tadi cerita, katanya tadi pagi dia melihat Mas dan Mbak Resty bergulat setelah ngobrol dengannya.”<br />
Loh, aku heran, dari mana Rini nampak kami melakukannya? Oh iya, baru kusadari ternyata jendela kamar kami saling berhadapan.<br />
Agus langsung menambahkan, “Nggak usah malu Mas, saya juga maniak Mas.” katanya tanpa malu-malu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">“Begini saja Mas,” tanpa harus memahami perasaanku, Agus langsung melanjutkan, “Aku punya ide, gimana kalau nanti malam kita bikin acara..?”<br />
</span><span lang="PT-BR" style="color: black;">“Acara apa Gus..?” tanyaku penasaran.<br />
“Nanti malam kita bikin pesta di rumahmu, gimana..?”<br />
“Pesta apaan..? Gila kamu.”<br />
“Pokoknya tenang aja Mas, kamu cuman nyediain makan dan musiknya aja Mas, nanti minumannya saya yang nyediain. Kita berempat aja, sekedar refresing ajalah Mas, kan Mas belum pernah mencobanya..?”</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="PT-BR" style="color: black;">Malamnya, menjelang pukul 20.00, Agus bersama isterinya sudah ada di rumahku. </span><span lang="SV" style="color: black;">Sambil makan dan minum, kami ngobrol tentang masa muda kami. Ternyata ada persamaan di antara kami, yaitu menyukai dan cenderung maniak pada sex. Diiringi musik yang disetel oleh isteriku, ada perasaan yang agak aneh kurasakan. Aku tidak dapat menjelaskan perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman yang dibawakan Agus dari rumahnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Tiba-tiba saja nafsuku bangkit, aku mendekati isteriku dan menariknya ke pangkuanku. Musik yang tidak begitu kencang terasa seperti menyelimuti pendengaranku. Kulihat Agus juga menarik isterinya dan menciumi bibirnya. Aku semakin terangsang, Resty juga semakin bergairah. Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Tidak berapa lama Resty sudah telanjang bulat, entah kapan aku menelanjanginya. Sesaat aku merasa bersalah, kenapa aku melakukan hal ini di depan orang lain, tetapi kemudian hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Seolah-olah nafsuku sudah menggelegak mengalahkan pikiran normalku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Kuperhatikan Agus perlahan-lahan mendudukkan Rini di meja yang ada di depan kami, mengangkat rok yang dikenakan isterinya, kemudian membukanya dengan cara mengangkatnya ke atas. Aku semakin tidak karuan memikirkan kenapa hal ini dapat terjadi di dalam rumahku. Tetapi itu hanya sepintas, berikutnya aku sudah menikmati permainan itu. Rini juga tinggal hanya mengenakan BH dan celana dalamnya saja, dan masih duduk di atas meja dengan lutut tertekuk dan terbuka menantang.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Perlahan-lahan Agus membuka BH Rini, tampak dua bukit putih mulus menantang menyembul setelah penutupnya terbuka.<br />
“Kegilaan apa lagi ini..?” batinku.<br />
Seolah-olah Agus mengerti, karena selalu saya perhatikan menawarkan bergantian denganku. Kulihat isteriku yang masih terbaring di sofa dengan mulut terbuka menantang dengan nafas tersengal menahan nafsu yang menggelora, seolah-olah tidak keberatan bila posisiku digantikan oleh Agus.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Kemudian kudekati Rini yang kini tinggal hanya mengenakan celana dalam. Dengan badan yang sedikit gemetar karena memang ini pengalaman pertamaku melakukannya dengan orang lain, kuraba pahanya yang putih mulus dengan lembut. Sementara Agus kulihat semakin beringas menciumi sekujur tubuh Resty yang biasanya aku lah yang melakukannya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Perlahan-lahan jari-jemariku mendekati daerah kemaluan Rini. Kuelus bagian itu, walau masih tertutup celana dalam, tetapi aroma khas kemaluan wanita sudah terasa, dan bagian tersebut sudah mulai basah. Perlahan-lahan kulepas celana dalamnya dengan hati-hati sambil merebahkan badannya di atas meja. Nampak bulu-bulu yang belum begitu panjang menghiasi bagian yang berada di antara kedua paha Rini ini.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="PT-BR" style="color: black;">“Peluklah aku Mas, tolonglah Mas..!” </span><span lang="SV" style="color: black;">erang Rini seolah sudah siap untuk melakukannya.<br />
Tetapi aku tidak melakukannya. Aku ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam ini. Kutatapi seluruh bagian tubuh Rini yang memang betul-betul sempurna. Biasanya aku hanya dapat melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan terhalang pakaian. Berbeda kini bukan hanya melihat, tapi dapat menikmati. Sungguh, ini suatu yang tidak pernah terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Kemudian kujilati seluruhnya tanpa sisa, sementara tangan kiriku meraba kemaluannya yang ditumbuhi bulu hitam halus yang tidak begitu tebal. Bagian ini terasa sangat lembut sekali, mulut kemaluannya sudah mulai basah. Perlahan kumasukkan jari telunjukku ke dalam.<br />
“Sshh.., akh..!” Rini menggelinjang nikmat.<br />
Kuteruskan melakukannya, kini lebih dalam dan menggunakan dua jari, Rini mendesis.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Kini mulutku menuju dua bukit menonjol di dada Rini, kuhisap bagian putingnya, tubuh Rini bergetar panas. Tiba-tiba tangannya meraih kemaluanku, menggenggam dengan kedua telapaknya seolah takut lepas. Posisi Rini sekarang berbaring miring, sementara aku berlutut, sehingga kemaluanku tepat ke mulutnya. Perlahan dia mulai menjilati kemaluanku. Gantian badanku sekarang yang bergetar hebat.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Rini memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Ya ampun, hampir aku tidak sanggup menikmatinya. Luar biasa enaknya, sungguh..! Belum pernah kurasakan seperti ini. Sementara di atas Sofa Agus dan isteriku seperti membentuk angka 69. Resty ada di bawah sambil mengulum kemaluan Agus, sementara Agus menjilati kemaluan Resty. Napas kami berempat saling berkejaran, seolah-olah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan. Bunyi Music yang entah sudah beberapa lagu seolah menambah semangat kami.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Kini tiga jari kumasukkan ke dalam kemaluan Rini, dia melenguh hebat hingga kemaluanku terlepas dari mulutnya. Gantian aku sekarang yang menciumi kemaluannya. Kepalaku seperti terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Kujulurkan lidahku sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke dalam kemaluannya sambil kupermainkan di dalamnya. Aroma dan rasanya semakin memuncakkan nafsuku. Sekarang Rini terengah-engah dan kemudian menjerit tertahan meminta supaya aku segera memasukkan kemaluanku ke lubangnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Cepat-cepat kurengkuh kedua pahanya dan menariknya ke bibir meja, kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar supaya aku dapat memasukkan kemaluanku sambil berjongkok. Perlahan-lahan kuarahkan senjataku menuju lubang milik Rini.<br />
Ketika kepala kemaluanku memasuki lubang itu, Rini mendesis, “Ssshh.., aahhk.., aduh enaknya..! Terus Mas, masukkan lagi akhh..!”<br />
Dengan pasti kumasukkan lebih dalam sambil sesekali menarik sedikit dan mendorongnya lagi. Ada kenikmatan luar biasa yang kurasakan ketika aku melakukannya. Mungkin karena selama ini aku hanya melakukannya dengan isteriku, kali ini ada sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Tanganku sekarang sudah meremas payudara Rini dengan lembut sambil mengusapnya. Mulut Rini pun seperti megap-megap kenikmatan, segera kulumat bibir itu hingga Rini nyaris tidak dapat bernapas, kutindih dan kudekap sekuat-kuatnya hingga Rini berontak. Pelukanku semakin kuperketat, seolah-olah tidak akan lepas lagi. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh kami. Agus dan isteriku tidak kuperhatikan lagi. Yang kurasakan sekarang adalah sebuah petualangan yang belum pernah kulalui sebelumnya. Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Rini.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Luar biasa kemaluan Rini ini, seperti ada penyedot saja di dalamnya. Kemaluanku seolah tertarik ke dalam. Dinding-dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Rini merem melek menikmati permainan ini. Erangannya tidak pernah putus, sementara helaan napasnya memburu terengah-engah.Posisi sekarang berubah, Rini sekarang membungkuk menghadap meja sambil memegang kedua sisi meja yang tadi tempat dia berbaring, sementara saya dari belakangnya dengan berdiri memasukkan kemaluanku. Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran kemaluanku lumayan besar, lubang kemaluan Rini juga semakin ketat karena membungkuk.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Kukangkangkan kaki Rini dengan cara melebarkan jarak antara kedua kakinya. Perlahan kucoba memasukkan senjataku. Kali ini berhasil, tapi Rini melenguh nyaring, perlahan-lahan kudorong kemaluanku sambil sesekali menariknya. Lubangnya terasa sempit sekali. Beberapa saat, tiba-tiba ada cairan milik Rini membasahi lubang dan kemaluanku hingga terasa nikmat sekarang. Kembali kudorong senjataku dan kutarik sedikit. Goyanganku semakin lincah, pantatku maju mundur beraturan. Sepertinya Rini pun menikmati gaya ini.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Buah dada Rini bergoyang-goyang juga maju-mundur mengikuti irama yang berasal dari pantatku. Kuremas buah dada itu, kulihat Rini sudah tidak kuasa menahan sesuatu yang tidak kumengerti apa itu. Erangannya semakin panjang. Kecepatan pun kutambah, goyangan pinggul Rini semakin kuat. Tubuhku terasa semakin panas. Ada sesuatu yang terdorong dari dalam yang tidak kuasa aku menahannya. Sepertinya menjalar menuju kemaluanku. Aku masih berusaha menahannya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Segera aku mencabut kemaluanku dan membopong tubuh Rini ke tempat yang lebih luas dan menyuruh Rini telentang di bentangan karpet. Secepatnya aku menindihnya sambil menekuk kedua kakinya sampai kedua ujung lututnya menempel ke perut, sehingga kini tampak kemaluan Rini menyembul mendongak ke atas menantangku. Segera kumasukkan senjataku kembali ke dalam lubang kemaluan Rini.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Pantatku kembali naik turun berirama, tapi kali ini lebih kencang seperti akan mencapai finis saja. Suara yang terdengar dari mulut Rini semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap sesuatu yang kulakukan padanya. Tiba-tiba Rini memelukku sekuat-kuatnya. Goyanganku pun semakin menjadi. Aku pun berteriak sejadinya, terasa ada sesuatu keluar dari kemaluanku. Rini menggigit leherku sekuat-kuatnya, segera kurebut bibirnya dan menggigitnya sekuatnya, Rini menjerit kesakitan sambil bergetar hebat.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Mulutku terasa asin, ternyata bibir Rini berdarah, tapi seolah kami tidak memperdulikannya, kami seolah terikat kuat dan berguling-guling di lantai. </span><span lang="PT-BR" style="color: black;">Di atas sofa Agus dan isteriku ternyata juga sudah mencapai puncaknya. Kulihat Resty tersenyum puas. Sementara Rini tidak mau melepaskan kemaluanku dari dalam kemaluannya, kedua ujung tumit kakinya masih menekan kedua pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar dari kemaluanku masuk ke liang milik Rini. Kulihat Rini tidak memperdulikannya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="PT-BR" style="color: black;">Perlahan-lahan otot-ototku mengendur, dan akhirnya kemaluanku terlepas dari kemaluan Rini. Rini tersenyum puas, walau kelelahan aku pun merasakan kenikmatan tiada tara. Resty juga tersenyum, hanya nampak malu-malu. Kemudian memunguti pakaiannya dan menuju kamar mandi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Hingga saat ini peristiwa itu masih jelas dalam ingatanku. Agus dan Rini sekarang sudah pindah dan kembali ke Jakarta. Sesekali kami masih berhubungan lewat telepon. Mungkin aku tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Pernah suatu waktu Rini berkunjung ke rumah kami, kebetulan aku tidak ada di rumah. </span><span style="color: black;">Dia hanya ketemu dengan isteriku. Seandainya saja..</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-823987910546136233.post-38554020924672513712011-01-05T21:08:00.002+07:002011-01-05T21:08:43.759+07:00Erik Cintaku<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<div class="MsoNormal">Maria. Itu namaku. Kedua orang tuaku meninggal karena kecelakaan ketika aku berusia 11 tahun. Saat itu, aku benar-benar sendirian. Rasa takut dan kesepian menyerang hati dan pikiranku. Yang paling menyedihkan adalah, aku sama sekali tidak pernah dikenalkan ataupun berjumpa dengan kerabat ayah maupun ibu. Aku tidak pernah bertanya. Selama ini aku hanya mengenal ayah dan ibu saja. Dan itu sudah lebih dari cukup bagiku. Kami bertiga sangat bahagia.</div><a name='more'></a><br />
<a href="" name="more"></a><br />
<br />
Aku tidak ingat, bagaimana aku bisa sampai di panti asuhan itu. Yayasan Bunda Erika, aku membacanya di sebuah papan nama di depan pintu masuk bangunan itu. Di sana, banyak anak-anak yang sebaya denganku. Kehadiran mereka membuatku setidaknya "lupa" akan kemalangan yang baru saja menimpaku. Tidak lamapun, aku merasa kalau aku telah menemukan rumah baru bagiku. Enam bulan pun berlalu.<br />
<br />
Pada suatu hari yang cerah, mendadak kami dibangunkan oleh Bunda Risa, salah satu pengurus di tempat kami.<br />
"Ayo bangun, cepat mandi, pakai pakaian terbaik kalian, setelah itu kalian harus berkumpul di aula. Kita akan kedatangan seseorang yang sangat istimewa", katanya sambil tersenyum hangat.<br />
Dan aku pun bertanya, "Bunda, tamu istimewanya siapa sih? Artis ya?"<br />
"Mungkin ya..", kata Bunda Risa sambil tertawa kecil.<br />
"Karena dia adalah putra tunggal dari pemilik yayasan ini.."<br />
<br />
Tak kusangka, pertemuanku dengan Erik Torian bisa mengubah hidupku, seluruhnya. Saat dia melewati barisan anak-anak yang lain, dia tiba-tiba berhenti tepat di depanku. Senyuman misterius menghiasi wajahnya. Dengan posisi membungkuk, dia mengamati wajahku dengan teliti. Temannya yang ikut bersamanya pun ikut memperhatikan diriku.<br />
<br />
"Ada apa Torian? Apa kau kenal dengan anak ini?", tanyanya.<br />
"Tidak", Erik masih memandangiku sambil memegang mukaku, seolah-olah aku tidak bernyawa.<br />
"Sempurna" katanya dingin.<br />
"Seperti boneka.."<br />
Aku yakin sekali dia bergumam ["..boneka yang aku idam-idamkan"]<br />
Lalu dia melepaskan wajahku dan langsung meninggalkanku begitu saja.<br />
<br />
Sehari setelah kunjungan itu, Erik bersama temannya itu kembali mengunjungi yayasan, untuk mengadopsi diriku.<br />
"Halo.. Maria" Erik melemparkan senyum yang berbeda dari kemarin.<br />
"Mulai saat ini, aku-lah yang akan merawat dan mengurus Maria. Kamu tidak harus memanggil aku 'ayah' atau sebutan lainnya, panggil saja aku Erik."<br />
Sambil mengalihkan pandangannya ke temannya, dia melanjutkan,"Nah.., ini adalah temanku, namanya Tomi."<br />
Akupun menyunggingkan senyuman ke arah Tomi yang membalasku dengan senyuman hangat.<br />
<br />
Aku sama sekali tidak percaya bahwa ternyata Erik tinggal sendirian di rumah megah seperti ini dan masih berusia 24 tahun saat itu. Diam-diam, aku kagum dengan penampilan Erik dan Tomi yang sangat menarik. Berada di tengah-tengah mereka saja sudah sangat membuatku special. Erik sangatlah baik padaku. Dia selalu membelikan baju-baju indah dan boneka porselain untuk dipajang dikamar tidurku. Dia sangat memanjakan aku. Tapi, dia juga bersikap disiplin. Aku tidak diperbolehkan untuk keluar rumah selain ke sekolah tanpa dirinya.<br />
<br />
Empat bulan berlalu, rasa sayangku terhadap Erik mulai bertambah. Hari itu, aku mulai merasa bosan di rumah dan Erik belum pulang dari kantor. Aku pun menunggunya untuk pulang sambil bermain Play Station di kamarku. Tepat jam 10.30 malam, aku mendengar suara pintu di sebelah kamarku berbunyi.<br />
"Erik sudah pulang!!", pikirku senang.<br />
<br />
Aku pun berlari keluar kamar untuk menyambutnya. Tapi, di depan kamar Erik aku berhenti. Pintunya terbuka sedikit. Dan aku bisa tahu apa yang terjadi di dalam sana. Erik bersama seorang wanita yang sangat cantik, berambut panjang, kulitnya pun sempurna. Aku hanya bisa terdiam terpaku. Aku melihat Erik mulai menciumi bibir wanita itu dengan penuh nafsu. Tangannya meraba-raba dan meremas payudara wanita itu.<br />
<br />
"Ohh..Erik"<br />
<br />
Pelan-pelan, tangan Erik menyingkap rok wanita itu dan menari-nari di sekitar pinggul dan pahanya. Tak lama, Erik sudah habis melucuti pakaian wanita itu. Erik merebahkan wanita itu ke tempat tidur dan menindihnya, tangan Erik bermain-main dengan tubuh wanita itu, menciuminya dengan membabi buta, menciumi leher, menciumi payudara wanita itu sambil meremas-remasnya.<br />
<br />
"Ohh..Eriik.." Aku mendengar desahan wanita itu.<br />
<br />
Aku melihatnya. Aku tidak percaya bahwa aku menyaksikan itu semua. Tapi, aku tidak bergerak sedikit pun. Aku tidak bisa.<br />
<br />
Erik pun membuka resleting celananya dan mengeluarkan 'senjata'nya, kedua kaki wanita itu dipegang dengan tangan Erik dan Erik segera menancapkan 'senjata'nya ke liang wanita yang sudah basah itu dengan sangat kasar. Wanita itu mengerang dengan keras. Tanpa sadar, pipiku sudah dibasahi oleh air mata. Hatiku terasa sakit dan ngilu. Tapi, aku tetap tidak bisa beranjak dari sana. Aku tetap melihat perbuatan Erik tanpa berkedip sambil berlinang air mata.<br />
<br />
Erik masih melanjutkan permainannya bersama wanita cantik itu, dia menggerakkan pinggulnya maju dan mundur dengan sangat cepat. Teriakan kepuasan dari wanita itu pun membahana di seluruh ruangan. Sepuluh menit setelah itu, Erik terlihat kejang sesaat sambil mengerang tertahan. Erik pun menghela napas dan beristirahat sejenak, masih dalam rangkulan wanita itu. Permainan berakhir.<br />
<br />
Tapi aku masih mematung di depan kamarnya, memperhatikan Erik dari sebelah pintu yang sedikit terbuka. Aku tidak mau bergerak juga, seolah-olah aku sengaja ingin ditemukan oleh Erik. Benar saja, aku melihat Erik berbenah memberesi bajunya dan bergerak menuju pintu. Dia membuka pintu dan melihat diriku mematung sambil menangis di sana. Dia memperhatikanku sejenak dan senyuman misterius itu hadir lagi.<br />
<br />
Dia pun membungkukkan tubuhnya,<br />
"Hey, tukang ngintip cilik. Aku nggak marah kok. Hanya saja, aku sudah mempersiapkan hukuman yang tepat untukmu. Tapi, tidak saat ini. Ayo, aku temani kamu sampai kamu tertidur. Kalau kamu capek, besok bolos saja."<br />
Erik pun menggendongku yang masih terisak kekamar tidurku. Dan semalaman dia tidur sambil memelukku dengan hangat.<br />
"Aku..aku..sayang Erik"<br />
"Erik adalah milikku..hanya milikku seorang"<br />
Pikiranku berputar-putar memikirkan hal itu. Tak lama, aku pun tertidur lelap.<br />
<br />
Hari ini adalah ulang tahunku yang ke-14. Aku senang sekali, karena Erik telah mempersiapkan sebuah pesta ulang tahun untukku di sebuah hotel bintang 5. Ballroom hotel itu sangat indah, Erik mempersiapkannya secara spesial. Aku pun mengenakan gaun berwarna putih yang baru dibelikan Erik. Kata Erik, aku sangat cantik dengan baju itu, "Kamu cocok sekali dengan warna putih, sangat matching dengan warna kulitmu.. Dan lagi, sekarang.. kamu semakin cantik."<br />
<br />
Teman-teman perempuanku juga berdecak kagum melihat penampilanku saat itu.<br />
"Kamu cantik ya Maria? Beruntung sekali kamu punya ayah angkat seperti Erik.."<br />
Kata Sara, teman baikku sambil tertawa meledek. Sara melirik ke arah Erik yang sedang duduk di meja pojok bersama Tomi.<br />
"Hey Maria, Erik itu ganteng banget ya? Temennya juga.." ujar Sara sambil tertawa kecil.<br />
Aku pun hanya bisa tertawa, aku pun menetujuinya. Akhir-akhir ini, kami memang jadi sering membicarakan soal cowok. Mungkin karena puber. Tak lama, Aryo temanku yang sepertinya suka denganku datang, sambil menyerahkan hadiah, dia mencium kedua pipiku. Tanpa sadar pipiku bersemu merah.<br />
<br />
Setelah pesta usai, Erik mengajakku istirahat di kamar hotel. Aku lumayan capek, tapi aku senang. Dan setiba di kamar, aku memeluk Erik sambil mengucapkan terima kasih.<br />
"Terima kasih Erik..aku sayang sekali sama Erik.."<br />
Erik pun membalas pelukanku sejenak dan kemudian melepasnya, dan dia memegang kedua lenganku sambil memandangku dengan serius. Aku pun merasa heran dan sedikit takut.<br />
"..Erik? Kenapa? Marah yaa? Aku..melakukan kesalahan apa?"<br />
<br />
Tanpa banyak bicara, Erik menggeretku ke tempat tidur, mencopot dasinya dan menggunakannya untuk mengikat kedua tanganku dengan kencang. Aku memekik dan mulai menangis.<br />
"Eriik!! Sakit!! Kenapa??!!"<br />
Dia melihatku dengan pandangan marah. Kemudian berteriak,<br />
"Kenapa??!! Kenapa katamu?! Kamu itu perempuan apa??!! Masih kecil sudah kenal laki-laki!! Sudah kuputuskan! Kamu harus di hukum atas perbuatanmu barusan dan perbuatanmu 2 tahun yang lalu!!"<br />
<br />
Deg. Jantungku terasa berhenti mengingat kejadian itu.<br />
"Erik marah..", pikirku.<br />
Aku pun merasa ketakutan. Aku takut dibenci. Aku tidak mau kehilangan lagi orang yang kusayangi.<br />
Tiba-tiba, Erik menarik gaunku dengan sangat kasar sehingga menjadi robek. Aku berteriak.<br />
"Ini akibatnya kalau jadi perempuan genit!!"<br />
Erik menariknya lagi untuk kedua kalinya, pakaian dalamku semakin terlihat. Celana dalamku juga akan dilepasnya.<br />
"Erriik!! Jangaan!!", aku berteriak ketakutan.<br />
<br />
Terlambat, aku sudah telanjang total. Hanya sisa-sisa gaunku-lah yang masih menyembunyikan bagian-bagian tubuhku sedikit. Erik melihatku dengan penuh nafsu. Nafasnya terdengar berat penuh dengan kemarahan dan birahi. Dia pun menahan tanganku yang terikat dan mendekatkan bibirnya ke bibirku.<br />
"Aku harus menjadi orang pertama yang.."<br />
Erik tidak menyelesaikan kata-katanya dan mulai melumat bibirku dengan sedikit kasar.<br />
"Hmmphh.."<br />
Untuk pertama kalinya aku merasakan ada getaran yang aneh pada tubuhku. Sensasi yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.<br />
Erik terus berlanjut menciumku, aku bisa merasakan lidahnya memijat lidahku. Aku pun mengikuti permainannya, sedikit takut, sedikit ingin tahu. Erik mulai meremas-remas payudaraku yang belum tumbuh seutuhnya.<br />
"Ahh.."<br />
Aku mulai menikmati getaran aneh pada diriku.<br />
"Panas..badanku terasa panas..Erik.." pikirku dalam hati.<br />
Erik melanjutkan ciumannya ke leher dan menggigitnya sedikit, remasan tangannya di payudaraku makin kuat.<br />
"Ahh..!!" nafasku makin memburu.<br />
<br />
Tiba-tiba Erik berhenti dan melihatku sambil tersenyum misterius.<br />
"Hmm..kamu menyukainya bukan? Ya kan, setan cilik?"<br />
Mukaku bersemu merah, tapi terlalu takut untuk berbicara, tubuhku bergetar hebat. Erik melepaskan kemejanya dan celananya, masih memandangiku. Aku terlalu malu untuk memandang wajahnya.<br />
"Aku rasa, kamu sudah siap untuk permainan selanjutnya.."<br />
Erik tertawa kecil, sedikit kemarahan masih tersisa pada dirinya. Erik kembali menciumiku, kali ini dia meremas payudaraku sambil menghisapnya.<br />
"Hhh..!!"<br />
"Tidak apa-apa..kalau Erik..tidak apa-apa." pikirku.<br />
<br />
Aku memejamkan mataku erat-erat ketika Erik mulai memasukkan 'senjata'nya ke dalam diriku.<br />
"Emm.." aku tidak berani bilang kalau aku merasa sakit.<br />
Erik mulai tidak sabar, dan dia memasukkannya dengan kasar.<br />
"Aaahh..!!"<br />
Aku menjerit dan mulai menangis lagi. 'Senjata'nya sudah memasuki diriku seutuhnya dan sakit yang kurasakan itu sedikit aneh, ada kenikmatan di dalamnya. Aku mulai sedikit meronta sambil berteriak. Tapi Erik menahanku dengan kuat. Erik menciumi diriku yang bergetar hebat dengan sedikit paksa. Bosan dengan posisinya, Erik membalikkan posisi tubuhku menjadi telungkup.<br />
"Erriik..!! tidaak!!" aku sangat malu melakukan posisi itu.<br />
<br />
Tetapi Erik tidak peduli dan melanjutkan kembali permainannya. Setiap kali tubuh Erik menghentak, aku menjerit sekeras-kerasnya. Erik melakukan gerakan menghentak itu secara teratur, dan tiba-tiba aku merasakan getaran yang sangat hebat dalam diriku, aku merasakan 'liang'ku<br />
menyempit karena otot-otot di tubuhku menjadi tegang. Aku pun berteriak lebih keras dari sebelumnya.<br />
<br />
"Ohh..Maria."<br />
Aku merasakan tangan Erik meremas pinggulku dengan kuat. Tubuh Erik mengejang, dan cairan deras pun mengalir dari 'liang'ku. Aku mendesah panjang. Tubuhku masih bergetar. Erik masih menindihku dan mulai menciumi punggungku.<br />
"Hhhmm.. pilihanku memang selalu tepat", gumamnya.<br />
Aku memilih untuk diam. Erik bergeser ke sampingku. Dia memandangiku yang masih berlinang air mata. Tersenyum Erik mengecup kepalaku sambil mengelusnya.<br />
"Maria, kamu adalah milikku seorang.. tidak ada satupun yang boleh menyentuhmu tanpa seizin-ku."<br />
<br />
Erik memeluk tubuhku yang kecil dengan erat.<br />
"Ya Erik..aku adalah milikmu. Aku akan melakukan apa saja yang kau perintahkan, asal kau tidak membenciku." Aku masih terisak.<br />
"Anak bodoh.. Aku tidak akan pernah membencimu Maria.."<br />
Pelukan Erik semakin erat. Mukaku terasa panas. Dan aku segera membenamkan diriku ke dalam pelukan Erik.<br />
<br />
"Terima kasih..Erik."Unknownnoreply@blogger.com0